Mengapa Kucing Menjadi Simbol “Ketuhanan” bagi Bangsa Mesir Kuno?
KOMPAS.com – Kucing menjadi salah satu hewan peliharaan yang cukup populer, bukan hanya bagi masyarakat saat ini, tapi juga bagi bangsa Mesir kuno.
Bersama dengan hieroglif, obelisk, dan pola geometris, kucing ditampilkan secara menonjol dalam seni Mesir kuno.
Ini mencerminkan status unik hewan tersebut di antara orang-orang yang tinggal di sepanjang Sungai Nil.
Kucing awalnya diadopsi sebagai predator yang berguna di Mesir kuno dan secara bertahap menjadi simbol keilahian dan perlindungan.
Baca juga: Apakah Kucing Peliharaan Anda Merasa Bahagia di Rumah? Kenali Ciri-cirinya Berikut Ini
Lantas, bagaimana kucing bisa menjadi simbol ketuhanan bagi masyarakat Mesir kuno?
Kucing dan bangsa Mesir kuno
Dikutip dari laman History, secara umum orang Mesir kuno tidak menyembah hewan, sebaliknya mereka melihat hewan sebagai representasi aspek ilahi dari dewa-dewa mereka.
Namun, terlepas dari apakah mereka disembah sebagai dewa atau tidak, kucing merupakan bagian integral dari kehidupan Mesir kuno.
Berdasarkan kucing mumi yang ditemukan di makam bersama manusia, mereka juga memiliki peran penting dalam kehidupan setelah kematian.
Baca juga: Paus Katolik Ini Ternyata Seorang Pencinta Kucing, Suka Mengelus dan Memberi Makan
Apa yang banyak diketahui tentang kucing dalam masyarakat Mesir kuno berasal dari pemandangan kehidupan sehari-hari yang digambarkan dalam lukisan di dinding makam.
Kucing ditampilkan berbaring atau duduk di bawah kursi, mengejar burung, dan bermain. Dalam beberapa teks kematian, kucing ditampilkan dengan belati, memotong Apopis: dewa ular yang mengancam Ra (matahari).
Di dinding Makam Nebamun misalnya, yang sekarang disimpan di British Museum, satu lukisan menampilkan seekor kucing yang menemani Nebamun saat ia pergi memancing dan berburu burung.
Keberadaan kucing di makam tidak terbatas pada lukisan, kadang-kadang kucing dimumikan dan ditempatkan di dalam makam teman manusianya.
Baca juga: Ahli Jelaskan Mengapa Kucing Membenci Pintu yang Tertutup
Pengingat para dewa
Bangsa Mesir kuno sangat menghormati kucing karena praktik dan preferensi dewa-dewa mereka, juga karena raja-raja mereka, firaun, memelihara kucing.
Bastet (putri dewa Ra dan Isis) misalnya, pertama kali digambarkan sebagai singa betina yang ganas, namun kemudian digambarkan sebagai kucing domestik.
Kemudian Sekhmet adalah dewi singa betina yang merupakan pejuang dan pelindung yang menjauhkan musuh dewa matahari Ra dan mengusir penyakit dan wabah.
Baca juga: Mengenal 10 Dewa dan Dewi Mesir Kuno yang Paling Populer
Orang Mesir kuno memahami bahwa kucing itu cerdas, cepat, dan kuat. Mereka menganggap kucing sebagai pelindung, dan di saat yang sama mereka menghormati keganasannya.
Lebih lanjut, orang Mesir kuno percaya bahwa dewa dapat mengambil bentuk yang berbeda, dan semakin umum bagi dewa untuk mengambil bentuk hewan, termasuk kucing.
Dewa-dewa ini tidak hanya dapat muncul dengan kepala kucing, tetapi juga dapat menghuni tubuh kucing. Itulah mengapa kucing dimumikan.
Kucing tidak disembah sebagai dewa itu sendiri, tetapi sebagai wadah yang dipilih para dewa untuk dihuni, dan bagi bangsa Mesir kuno, kucing berfungsi sebagai pengingat sehari-hari akan kekuatan para dewa.
Baca juga: Mengenal 12 Dewa dan Dewi Olympus Yunani
Sejarah singkat penyebaran kucing
Dalam sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Nature, diketahui bahwa populasi kucing liar Afrika di Near East dan Mesir berkontribusi terhadap kumpulan gen kucing domestik pada masa sejarah yang berbeda.
Penyebarannya memperoleh momentum selama periode Klasik, ketika kucing Mesir berhasil menyebar ke seluruh Dunia.
Karena kurangnya sisa-sisa kucing dalam catatan arkeologi, hipotesis saat ini tentang domestikasi kucing awal hanya bergantung pada beberapa studi kasus zooarkeologi.
Sejalan dengan itu, dari laman Business Insider, penyebaran kucing dimulai sekitar 10.000 tahun yang lalu di wilayah yang sekarang menjadi negara Turki modern.
Baca juga: 10 Rekomendasi Ras Kucing yang Mudah Dilatih, Ada Siam dan Persia
Berdasarkan analisis DNA, diketahui bahwa di sinilah kemungkinan besar nenek moyang kucing liar berasal.
Kucing liar terbukti efektif mengendalikan hewan pengerat bagi para peternak awal. Ketika revolusi pertanian menyebar, kucing pun ikut serta.
Pada 2.500 SM, hewan ini telah mencapai Siprus yang sebelumnya belum pernah ada kucing sama sekali.
Kucing Mesir, khususnya, menjadi populer di kalangan orang Romawi dan Viking yang membawa kucing ke kapal mereka untuk pengendalian hama.
Kedua kelompok inilah yang kemudian mengambil alih revolusi kucing, membantu menyebarkannya ke seluruh Afrika, Eropa, dan Asia.