Informasi Terpercaya Masa Kini

Kenangan Soeharto Ibadah Haji Tahun 1991,Kemah Bersama Jemaah Indonesia hingga Dijamu Raja Arab

0 33

TRIBUNTRENDS.COM –  Momen Soeharto dan istrinya, Siti Hartinah alias Ibu Tien saat menunaikan ibadah haji 33 tahun silam meninggalkan kesan yang mendalam.

Mulai dari kemah bersama jemaah Indonesia hingga makan malam dengan Raja Arab Saudi.

Diketahui, Soeharto dan rombongannya berangkat ke Tanah Suci pada 16 Juni 1991.

Setibanya di Arab Saudi, Soeharto dan rombongannya disambut Gubernur Mekkah, Amir Abdul Majid bin Abdul Azis yang mewakili pemerintah Kerajaan Arab Saudi.

Baca juga: Kisah Soeharto saat Kunjungan ke Jerman, Dihadang Demo Anarkis, Begini Kesaksian Mantan Pengawal

Kepala Bidang Urusan Haji Indonesia pada Konsulat Jenderal RI di Jeddah Maftuh Ikhsan kala itu menceritakan, Soeharto dan keluarga mulanya menginap di Royal Guest House yang disediakan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi.

“Ini atas permintaan Raja Fahd, bahwa Presiden Soeharto adalah tamu beliau,” kata Maftuh sebagaimana dituliskan Harian Kompas, 17 Juni 1991.

Namun, ketika hendak melaksanakan wukuf di Arafah, Presiden kedua RI itu minta berkemah bersama jemaah haji asal Indonesia.

Kisah ini disampaikan langsung oleh Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) kala itu, Moerdiono.

“Pak Harto akan alma wukuf bersama jemaah haji Indonesia lainnya,” demikian dituliskan Harian Kompas.

Makan malam bersama raja

Hari ke-10 di Saudi, Soeharto dijamu makan malam oleh Raja Fahd bin Abdul Aziz Al-Saud, Raja Arab Saudi ketika itu. Kedua pimpinan negara makan malam di Istana Al Salam, Jeddah, 25 Juni 1991 malam.

Dalam jamuan kehormatan ini, presiden didampingi Mensesneg Moerdiono, Pangab Jenderal Try Sutrisno, Menteri Agama Munawir Sjadzali, dan Dubes RI untuk Arab Saudi E Soekasah Somawidjaja.

Sementara, pejabat tinggi Kerajaan Arab Saudi yang hadir kala itu antara lain Putra Mahkota yang juga Wakil Perdana Menteri dan Kepala Pengawal Nasional Pangeran Abdullah bin Abdul Aziz Al Saud, Menteri Luar Negeri Pangeran Saud Al-Faisal, Gubernur Mekkah, Pangeran Abdul Majid bin Abdul Aziz, serta sejumlah pejabat tinggi lainnya.

Tepat sehari setelah makan malam itu, Soeharto dan rombongan bertolak kembali ke Tanah Air. Rombongan presiden tiba di Jakarta pada 27 Juni 1991.

Keharuan Pak Harto

Setibanya di Tanah Air, Mensesneg Moerdiono mewakili Soeharto dan keluarga menyampaikan terima kasih ke masyarakat Indonesia.

Mensesneg mengatakan, Soeharto merasa haru karena jemaah haji Indonesia di Tanah Suci ikut menjaga kelancaran ibadah presiden.

Atas dukungan jemaah Indonesia, kata Moerdiono kala itu, Soeharto dan rombongan dapat melaksanakan tawaf dengan lancar.

Di Mina ketika hendak lempar jumrah, jemaah haji Indonesia ikut membuka jalan agar orang nomor satu di RI itu dapat mendekati tempat pelemparan jumrah.

“Saya ingin menyampaikan rasa terima kasih dari Bapak Presiden kepada masyarakat Indonesia atas segala doa yang diberikan, sehingga Pak Harto, Bu Harto beserta keluarga dan rombongan yang lainnya dapat menunaikan ibadah haji sebaik-baiknya, se-khusuk-khusuknya dan tiba kembali di Tanah Air dengan selamat,” kata Moerdiono.

Soeharto pun mengungkap, dirinya sudah lama berniat melaksanakan ibadah haji. Namun, keinginan itu ia tunda karena berbagai urusan negara.

“Sebenarnya bagi saya sudah lama untuk memenuhi cita-cita atau keinginan untuk memenuhi kewajiban ibadah haji.

Tapi karena saya pikir waktu itu keadaan dari negara kita masih memerlukan pemikiran dan tenaga untuk melaksanakan pembangunan, maka terpaksa saya tunda-tunda,” kata Soeharto ketika berbicara di hadapan jemaah haji asal Indonesia saat acara jamuan makan di kediaman Konsul Jenderal RI di Jeddah Moeslim Sya’roni, 26 Juni 1991.

Baca juga: Rumah Cendana Dulu Jadi Saksi Bisu Sejarah, Kini Sunyi Tak Berpenghuni Sepeninggal Soeharto

Soeharto mengatakan, dirinya datang ke Tanah Suci sebagai hamba Allah, bukan sebagai kepala negara.

“Karena itu saya menetapkan bahwa yang naik haji ini bukan Presiden tetapi yang namanya Soeharto, seorang muslim, bersama-sama istri dan anak-anak yang mengikutinya,” ujarnya.

Dalam penuturannya, Soeharto mengatakan, dirinya hanya bermodalkan niat ketika beribadah haji. Katanya, tanpa niat yang kuat, ibadahnya tak akan berjalan baik.

“Mudah-mudahan ibadah yang dilakukan itu karena niatnya berdasarkan iman dan takwa kepada Tuhan, akan lebih memberi kekuatan pada iman saya dan keluarga, serta saudara-saudara yang melaksanakan ibadah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,” tuturnya.

Tribuntrends/Kompas.com

Leave a comment