Kafe Golekan the First Old-Doll Cafe in Indonesia, Bikin Ingin Datang dan Datang Lagi
aku boneka engkau boneka
penghibur dalang mengatur tembang
di layar kembang bertukar pandang
hanya selagu, sepanjang dendang
golek gemilang ditukarnya pula
aku engkau di kotak terletak
aku boneka engkau boneka
penyelang dalang mengarak sajak
Sumber: Sebab Dikau
Amir Hamzah Penyair dari Indonesia (1911 – 1946)
Bagi sebagian orang boneka atau dalam bahasa Jawa disebut golekan merupakan teman, sahabat atau tempat curahan hati. Bahkan boneka baginya sudah menjadi bagian dari kehidupannya layaknya saudara kandung atau keluarga. Mereka mempunyai makna dan filosofi tersendiri bagi pemiliknya.
Bagi saya pribadi, boneka merupakan sesuatu yang sangat menarik dan mampu menjadi pelipur lara. Sebagai anak tunggal, bagi saya boneka menjadi teman setia dari mata terbuka hingga menjelang saat tidur tiba. Layaknya teman atau saudara, saya selalu melibatkan mereka dalam segala aktivitas yang saya lakukan terutama ketika saat menjelang waktu istirahat. Ngobrol bersama mereka hingga akhirnya saya terlelap.
Di Jepang, boneka bukan hanya sekedar boneka untuk mainan atau sebagai pajangan, namun mempunyai nilai spiritual dan estetik yang tinggi. Berdasarkan sejarah, sejak abad ke-7, bangsa Jepang telah menggunakan Ningyō, yang artinya “benda mirip manusia”, dalam upacara tolak bala.
Dalam ritual ntuk menghindari bahaya dan penyakit, boneka-boneka yang terbuat dari bilah-bilah kayu dihembusi nafas oleh pelaku upacara yang kemudian dihanyutkan ke sungai. Dan ritual seperti ini masih dilakukan di kuil-kuil Shinto di seluruh Jepang sebagai bagian dari upacara penyucian dosa hingga saat ini. Itu di Jepang….
Kafe Golekan, Satu-Satunya di Indonesia
Bicara tentang boneka dan filosofinya membawa kita untuk mengenal lebih dalam tentang sebuah kafe unik di kota Malang karena mengusung Vintage Old-Doll Cafe dengan vibes Witch’s House ditemani ribuan boneka antik dan jadul bahkan terkesan mistis. Kafe ini memiliki konsep yang unik dan hanya satu-satunya di Indonesia.
Kafe yang bernama “Kafe Golekan” ini dipenuhi oleh ribuan boneka jadul, langka dan bernilai tinggi yang merupakan koleksi pribadi seorang wanita berparas cantik, Luciana Febriani sekaligus merupakan owner dari kafe unik ini.
Dalam perbincangan yang hangat, Cici Luciana (seperti biasanya saya memanggil beliau) mengisahkan tentang sejarah nama dan asal mula berdirinya kafe yang sangat menarik ini.
Sambil menyeruput susu panas dan mencomot sepotong kentang goreng saya mendengarkan dengan seksama cerita Ci Lusiana dan puteri cantiknya Icha yang tengah libur dan akan kembali ke Filipina bulan September mendatang.
Luciana mengambil nama “Golekan” menjadi nama kafe karena senada dengan konsep kafe boneka yang diusung. Nama ‘golekan’ berasal dari bahasa Jawa dari boneka (golekan) yang mengusung konsep kafe nostalgia dengan boneka-boneka lawas yang beraneka ragam karakter.
Keberadaan kafe yang penuh dengan boneka kuno dan antik ini juga dimaksudkan agar orang tidak lagi memikirkan kesan-kesan mistis dan menakutkan dari boneka seperti yang ada dalam film-film horor selama ini.
Pada dasarnya boneka-boneka di kafe ini memang mempunyai spirit, namun menurut Luciana sejauh ini tidak pernah terjadi hal-hal yang di luar nalar sejak kafe ini berdiri. Apalagi terdapat banyak kucing peliharaan selalu ada menemani di kafe ini, yang diyakini dapat menyerap energi negatif di sekitarnya.
Ribuan Boneka Antik Koleksi Pribadi
Luciana mengoleksi boneka-boneka antik ini sejak sepuluh tahun silam. Berawal dari keinginannya mengoleksi boneka jadul dari Indonesia yang dibuat pada kisaran tahun 1950 hingga 1960-an hingga akhirnya merambah ke boneka-boneka jadul dan antik dari berbagai negara.
Di galeri boneka lantai satu atau dasar, tampak boneka cantik berkebaya Jawa berwarna merah yang terpajang dalam etalase. Sangat nampak karakter Jawa atau Indonesia dari boneka ini, namun uniknya boneka ini berlabel dan berasal dari Jerman. Ternyata boneka ini dibuat oleh seniman asli Indonesia bernama Dwi Saptono yang kini berdomisili dan sukses berkarya di Jerman.
Terdapat 1500 lebih boneka yang ia miliki dan berasal dari berbagai negara seperti Amerika, Jepang, dan Jerman. Boneka ini ada yang dibeli secara langsung dan online, ada juga yang merupakan hadiah dan adopt dari beberapa sahabat dan relasi Luciana. Ia sengaja memajang boneka-boneka ini agar dapat dinikmati banyak orang dan itu membuatnya senang dan bahagia.
Ibu cantik dua orang puteri ini sangat menyukai boneka sejak kecil, terlebih boneka yang menyerupai manusia. Tampak dari boneka-boneka yang terpampang di galeri dan kafenya sebagian besar merupakan boneka yang mirip dengan manusia yang tampak hidup.
Sebagai penyuka film horor, sebagian dari boneka yang ada di kafe dan galeri adalah boneka yang memiliki karakter mengerikan dalam film-film horor, seperti boneka Annabelle yang merupakan ikon dan favorit dari Kafe Golekan.
Sebagian besar boneka-boneka yang ada di Kafe Golekan mempunyai sertifikat semacam akta kelahiran, sehingga mempunyai nama sejak ia diciptakan. Wajah boneka-boneka di kafe ini benar-benar mirip manusia. Ada Ayuna dan Samantha yang merupakan dua boneka pertama yang dimiliki oleh Luciana sejak mulai mengoleksi boneka.
Keinginan mengoleksi ribuan boneka ini merupakan ungkapan balas dendam dari kegemarannya pada boneka yang sempat terhenti karena banyak koleksi bonekanya yang hilang. Keinginan mengoleksi boneka ini baru terlaksana sejak kurun waktu 10 tahun terakhir.
Hingga kini Luciana yang juga gemar hiking dengan membawa serta bonekanya ini masih terobsesi untuk dapat mengoleksi boneka-boneka antik dari berbagai negara dan informasi tentang jual beli boneka antik ini diperoleh dari komunitas pecinta barang antik yang Luciana ikuti. Terdapat boneka yang dibeli dengan harga 30 juta rupiah buatan Jerman dan saat ini diletakkan di galeri atas.
Kafe Golekan yang beralamat di Jalan Kecilung 28 ini mulai beroperasi sejak tanggal 14 Desember 2022. Ide memadukan konsep kuliner dengan nostalgia dengan boneka jadul ini muncul sepeninggal almarhum suami Luciana yang selama ini sangat mendukung kecintaannya pada boneka antik.
Ada satu boneka mempunyai kesan mendalam bagi Luciana, boneka peninggalan almarhum omanya yang berusia lebih dari 80 tahun. Awalnya boneka tersebut merupakan boneka mainan dari almarhum sepupunya yang meninggal karena sakit di usianya yang masih belia. Oma berpesan pada Luciana agar boneka cantik itu dirawat dan disayang.
Luciana tidak memahami maksud pesan ini, namun ia sangat bersyukur kini dapat mewujudkannya dengan mencintai dan merawat boneka itu bersama dengan ribuan boneka lainnya bahkan dapat dinikmati oleh khalayak.
Ribuan boneka yang ada di Kafe ini sangat bersih dan terawat. Luciana menjelaskan bahwa untuk perawatan boneka dalam etalase cukup mudah karena mereka terbebas dari debu, kotoran dan kejahilan. Mereka cukup dilap atau disapu khusus debu dan kotoran serangga yang kadang masuk dalam etalase.
Perawatan khusus adalah pada boneka yang dipergunakan pengunjung untuk berfoto, yang disentuh, dipeluk dan digendong. Mereka dimandikan dan berganti baju ketika sudah saatnya diganti, baju-baju ganti boneka ini sudah tersedia dalam berbagai ukuran.
Perpaduan Konsep Kafe “Old-Doll Nostalgia” dengan “Pet Friendly”
Kafe Golekan telah dikenal dan sangat viral di media massa dan plafform digital. Beberapa stasiun TV, media massa, bahkan artis pun sudah mendatangi kafe ini. Salah satunya adalah aktor sinetron Evan Sanders yang datang dan bercengkerama dengan boneka-boneka di Kafe Golekan.
Kafe unik yang berhias beragam boneka dan tanaman hias ini terdiri dari tiga lantai. Di lantai satu atau dasar merupakan galeri boneka yang menyediakan spot foto bagi pengunjung yang ingin mengabadikan diri bersama Annabelle dan ribuan boneka di sana.
Di lantai dua merupakan area kafe yang lebih lapang. Selain dapat duduk santai di balkon, di lantai dua ini kita dapat melihat proses penyajian yang langsung dibuat oleh Luciana dan beberapa pegawainya. Suasana nyaman dan syahdu diiringi musik klasik dan berpadu dengan aroma dupa yang membawa kita ke suasana yang benar-benar berbeda.
Deretan lukisan antik, patung-patung kayu, topeng-topeng wayang terhampar di berbagai sudut dan dinding kafe lantai dua ini. Luciana mengisahkan terkadang lukisan-lukisan yang sudah ia tata di dinding dapat berpindah tempat keesokan harinya. Aneh tetapi membuatnya lelah sekaligus menyenangkan.
Di sisi kiri atas terdapat galeri kecil yang merupakan area spot foto. Boneka favorit di sana adalah si cantik Samantha. Pengunjung dapat berfoto bersama boneka-boneka di sana, dipangku atau digendong.
Lantai tiga merupakan rooftop yang mengasyikkan. Tak hanya dapat menikmati pemandangan sekitar, pengunjung juga dapat bermain kartu, UNO, dan aneka game board lainnya.
Satu hal lagi yang menarik adalah kita juga dapat bercengkerama dengan hewan-hewan kesayangan keluarga Luciana. Bagi pecinta hewan seperti anjing dan kucing mari merapat. Dengan membuat perjanjian kita dapat melihat anjing-anjing peliharaan Luciana yang berjumlah 30 an ekor.
Kita pun dapat bermain dengan kucing-kucing lucu yang sering menemani tamu di kafe; ada Wishper yang gemoy dan cantik, Si Abra yang gagah, Dupa si hitam dan manja, dan si kecil April. April adalah kitten lucu yang direscue Luciana di kawasan jalan Sukarno Hatta. Jangan khawatir, hewan-hewan ini semua sudah divaksin dan sangat terawat.
Luciana mengungkapkan bahwa sebenarnya sejak awal konsep kafe boneka ini adalah perpaduan antara “Old-Doll Nostalgia” dengan “Pet Friendly” di mana pengunjung dapat bermain dengan boneka-boneka lawas sekaligus dapat bercegkerama dengan kucing-kucing lucu yang ada di sana.
Luciana yang seorang pecinta hewan ini juga merupakan pemerhati hewan-hewan yang terbuang, terlantar dan tersakiti. Besar harapannya agar terdapat keseimbangan hidup antara manusia dengan hewan-hewan yang layak diperhatikan ini. Mereka juga makhluk bernyawa yang mempunyai rasa juga perasaan seperti halnya manusia. Mereka juga berhak untuk hidup secara layak.
Ingin Datang dan Datang Lagi
Kafe Golekan mempunyai menu rumahan yang enak dan sangat layak untuk dicoba. Pengunjung dapat menikmati aneka kopi ala kafe, jamu segar, aneka menu platter juga menu nasi Sego Lodeh Jowo atau Sego Ndeso, Sup Merah dan lain sebagainya yang dibanderol mulai dari harga 10.000 rupiah.
Tersedia pula jajanan jadul yang digemari ketika masa kanak-kanan era 80 – 90 an seperti permen karet Yosan, permen tape, permen coklat payung, permen coklat bola, permen vosco, permen Dancing Pop dan masih banyak lagi. Benar-benar tempat yang asyik untuk bernostalgia masa kecil.
Kafe ini buka di hari Selasa – Minggu dengan jam operasional pk. 17.00 – 23.00. Kafe yang nyaris tak pernah sepi ini semakin malam justru semakin ramai. Penggemar kafe ini tak hanya remaja, melainkan segala usia mulai kanak-kanak dan keluarg-keluarga.
Keluarga pemiliknya yang ramah, suasananya yang hangat dan nyaman disertai hidangannya yang khas dan terjangkau membuat ingin selalu datang dan datang kembali.
Yang pengen nostalgia peluk dan gendong boneka masa kecil, yuk ikut lagi ke sana… (Yy)
Melalui media ini saya mengucapkan terima kasih pada keluarga Cici Luciana Febriani, puterinya Gaby dan Icha yang dengan gembira menghadiahi saya seekor anjing Maltipom bernama Bumi.