Informasi Terpercaya Masa Kini

Siapa Tidak Pernah Kecele Buah Alpukat? Matang di Pohon Cara Paling Tepat

0 28

Memilih buah alpukat yang mempunyai isi daging buah bagus, lembut, mulus, tanpa serat, tidak berulat dan matang, ternyata mudah-mudah susah. Tampak mudah bila berpatokan pada petunjuk, tip, saran, cara, rahasia atau apapun yang merujuk pada teori memilih buah alpukat. Tetapi pada praktiknya ternyata susah alias tidak mudah. 

Berbagai teori memilih buah, khususnya petunjuk, tip, saran, cara atau rahasia memilih buah alpukat yang bagus, matang dan lezat sekarang ini mudah ditemukan melalui media daring. Sejumlah teori itu mengarahkan agar dalam memilih buah alpukat harus berpatokan pada warna kulit alpukat, tekstur buah, mencabut bagian batang di buah alpukat, periksa berat buah, perhatikan bentuk buah, cek kondisi biji dan hindari bintik-bintik hitan atau kering di kulit buah. Sekilas membaca teorinya memang tampak mudah. Apakah praktiknya semudah itu?  

Salah satu buyarnya teori yang sudah diketahui oleh calon pembeli dalam memilih alpukat matang dan lezat saat coba menerapkannya adalah informasi yang datang dari sejumlah pedagang buah alpukat di lokasi jual beli, yang tanpa disadari dapat memengaruhi pengetahuan tentang petunjuk, trip, saran, cara atau rahasia memilih buah alpukat. 

Banyak di antara para pedadang buah yang berupaya mempromosikan alpukat dagangannya sebagai alpukat mentega, yaitu jenis alpukat yang dapat dipastikan mempunyai daging buah dengan jaminan bagus, matang dan rasa yang lezat, juga dengan penawaran harga yang lebih murah dari harga selayaknya. Selain itu, seringkali pembeli juga terpedaya oleh informasi kematangan buah yang bisa didapat sempurna dalam waktu satu, dua hingga tiga hari dari buah alpukat yang warna kulitnya masih hijau muda dengan tekstur masih terasa keras. 

Berdasarkan pengalaman pribadi, saya kerap kecele ketika memilih buah alpukat yang sudah dibeli. Baik saat membeli di pasar tradisional, di pedagang buah kaki lima maupun di pasar modern semacam supermarket, saya suka kecele saat menentukan pilihan terkait harga buah atau rasa dan kematangan buah. 

Secara keseluruhan dari pengalaman pembelian buah di pedagang kaki lima, siapa tidak pernah kecele harga yang dipajang pedagang di lapaknya? Siapa tidak pernah kecele dengan tampilan salah satu buah yang sengaja dipotong atau dikupas oleh pedagang untuk memperlihatkan daging buah kepada para calon pembeli yang lewat sebagai daya tarik?

Beberapa kali saya kecele pada harga yang terpasang di mobil mini pick up pedagang buah di pinggir jalan. Karena ternyata, harga murah yang dipajang hanya untuk buah tertentu saja dengan kecenderungan ukuran yang lebih kecil dari buah lain, lebih muda, rasa masam, lebih mendekati busuk bahkan ada yang busuk, kondisi buah potongan atau bukan buah utuh. 

Di lain waktu saya kecele dalam memilih buah alpukat yang ditawarkan oleh pedagang kaki lima di pasar tradisional. Dengan promosi meyakinkan bahwa buah alpukat yang dijual berjenis alpukat mentega, yang semakin diyakinkan oleh tampilan buah alpukat yang sudah dipotong atau dikupas untuk tester atau dapat dicoba langsung oleh pembeli, tetapi realitanya begitu tiba di rumah saat akan disantap, buah alpukat tidak sesuai harapan.

Sementara di lain lokasi seperti supermarket, ketika membeli buah alpukat dengan harga yang terbilang mahal bagi isi kantong, buah alpukat yang tersedia entah mengapa senantiasa belum matang atau bertekstur keras. Saat dikonfirmasi ke karyawan supermarket, umumnya akan dijawab dengan informasi buah alpukat dengan kondisi seperti itu satu sampai tiga hari akan matang dan bisa dikonsumsi. Tapi dari apa yang saya alami tidak selalu begitu sebab pernah sampai satu minggu tekstur buah alpukat baru terasa lunak dan itupun dengan kematangan yang tidak sempurna atau ada pembusukan di sebagian sisi buah alpukat.    

Berdasarkan pengalaman-pengalaman kecele dalam memilih dan mematangkan buah alpukat, sebuah pengalaman menyenangkan dan sesuai harapan akan buah alpukat pernah saya rasakan. Kala itu sekira tahun 2017 saya berkunjung ke rumah seseorang yang sempat kontrak di rumah orangtua di jakarta. Orang yang saya kunjungi adalah suami-isteri yang telah kembali ke kampung halaman dan tidak berniat merantau ke Jakarta lagi. Keduanya menetap di dekat Rawa Pening-Semarang. 

Kunjungan saya sempat mengejutkan keduanya lantaran akhirnya saya mewujudkan kata-kata bahwa kelak suatu hari ingin main ke tempat tinggal keduanya, yang bagi mereka tak mungkin. Ketika tiba di halaman rumahnya, saya disambut udara yang segar dan benar-benar sejuk. Sangat jauh bila dibandingkan dengan udara Jakarta yang sudah terkontaminasi berbagai polutan. 

Di halaman rumah mereka yang masih asri dan terbentang kebun yang luas ke sisi timur, saya memerhatikan terdapat berbagai macam tumbuhan, termasuk tumbuhan berbuah. Dua di antara tumbuhan buah yang tampak jelas ada di halaman rumah itu adalah buah durian dan alpukat. Buah durian sepertinya belum masuk pada musimnya sehingga yang tampak di pohon-pohon di kebun itu hanya segelintir buah yang masih pentil. Sementara buah alpukat terlihat rimbun memenuhi cabang-cabang pohon dan berlomba dengan daunnya. Fisik buahnya juga menunjukkan siap panen, sudah tampak besar, ranum dan matang. 

Kemudian entah bagaimana suami-istri yang saya panggil Pakde dan Bude itu seolah dapat menduga keinginan saya, selepas masuk ke ruang tamu dan dipersilahkan duduk untuk beristirahat, Pakde melangkah keluar rumah dan Bude beranjak ke bagian dalam rumah. Selang sekira lima belas menit Bude kembali dengan segelas teh hangat dan cemilan. Lima menit kemudian Pakde menyusul dengan menenteng 2 buah durian di tangannya. 

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Buah durian matang di pohon yang didapat dari kebun milik sanak keluarga Pakde dan Bude itu saya santap. Lembut, manis dan lezatnya luar biasa. Meski saya hanya sanggup menyantap dua juring, itu sudah cukup memuaskan dan menyenangkan. 

Sore menjelang malamnya saya disuguhi buah alpukat matang di pohon. Saya tidak sempat menanyakan itu jenis buah alpukat apa, tapi saya menduga itulah yang disebut-sebut sebagai alpukat mentega. Kulit buahnya hijau mengilap, tekstrunya lembut, mulus dan lunak, tanpa serat-serat apalagi ulat, dan rasanya sungguh lezat. Esok harinya menjelang pergi dari sana, say adibekali sekira 10 buah alpukat yang besar-besar dan pisang. 

Kesimpulan dari pengalaman yang saya dapat untuk mendapatkan buah matang dan lezat, khususnya buah alpukat yang matang dan lezat cara yang paling tepat untuk mengetahui dan merasakannya agar tidak sering kecele adalah dengan menemukan atau mendapatkan buah alpukat yang matang atau ranum di pohon.    

Leave a comment