Informasi Terpercaya Masa Kini

Tompi Buka Suara soal Senioritas di RS dan Kedokteran

0 47

KOMPAS.com – Dokter sekaligus penyanyi Teuku Adifitrian alias Tompi buka suara berkait senioritas di dunia kedokteran dan rumah sakit (RS) di Indonesia yang beberapa waktu terakhir menjadi sorotan.

Tompi buka suara setelah ramai sorotan terhadap kematian seorang dokter yang merupakan peserta program pendidikan dokter spesialis (PPDS) anestesi di Universitas Diponegoro (Undip).

Menurut Tompi yang merupakan dokter spesialis bedah plastik, situasi dan lingkungan di rumah sakit selama ini membuat banyak tenaga kesehatan muda mengeluh.

Baca juga: Atta Halilintar Sebut Sudah Hubungi Pihak Tompi soal Rumah Rp 150 Miliar dan Minta Maaf

Namun, banyak tenaga kesehatan muda itu, baik dokter maupun perawat segan untuk mengoreksi tradisi yang ada.

Seberapa banyak sih nakes junior yang brani menyampaikan kritik/ketidaksetujuan akan sesuatu yang berlansung di RS-dunia praktek kedeokteran?” tulis Tompi di akun X-nya, dikutip Senin (19/8/2024).

Tompi menyebut, selama ini hanya sedikit tenaga kesehatan yang berani mengoreksi berbagai hal yang dirasa tak ideal.

Baca juga: Atta Halilintar Tanggapi Keluhan Tompi soal Didatangi Petugas Pajak karena Konten Rumah Rp 150 Miliar

Itu pun, lanjut Tompi, sungguh dengan hati-hati agar tak mengalami konsekuensi buruk.

Kalo pun brani menegur bunyi nya akan penuh dengan ‘ijin meyampaikan… atau maaaf kl bs …’,” lanjut Tompi.

Tompi menjelaskan, rasa segan atau takut dari banyaknya tenaga kesehatan atas situasi yang tak mengenakkan itu lantaran ada tekanan dari senior atau petinggi di lingkungan RS atau tempat praktik dokter tersebut.

Knp jadi takut? Krn bgitu ada yg brani bunyi dianggap keras kepala, dosanya diungkit2 dan jadi terkucilkan. Yang setuju angkat tangan,” kata Tompi.

Baca juga: Banyak Orang Indonesia Memilih Perawatan ke Luar Negeri, Tompi: Dokter di Luar Sama Bodohnya dengan Indonesia, yang Beda Pelayanannya

Ada pun, pernyataan Tompi ini menanggapi peristiwa seorang mahasiswi yang mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di program studi Universitas Diponegoro RSUP Dr Kariadi, Semarang, Jawa Tengah, yang diduga bunuh diri akibat dirundung atau di-bully senior.

Sebelumnya, seorang mahasiswi PPDS Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah (Jateng) ditemukan tewas di kamar kosnya, pada Senin (12/8/2024) malam.

Peristiwa ini sendiri menjadi perhatian nasional. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) akan mencabut Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP) dokter senior yang terbukti melakukan praktik perundungan (bullying) yang berakibat pada kematian.

Baca juga: Kesal Banyak Figur Publik Pamer Harta Kekayaan, Tompi: Memang dengan Itu Bisa Membahagiakan Orang?!

Kemenkes juga meminta Universitas Diponegoro dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memperbaiki sistem PPDS.

Kontak bantuan

Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tidak ada orang yang membantu.

Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup.

Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada. Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling. Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini:

https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling

Leave a comment