Harga Starlink Turun Lagi, Sampai Kapan?
Bisnis.com, JAKARTA — Perangkat internet Starlink milik Elon Musk diperkirakan terus dijual dengan yang lebih murah di Indonesia. Teranyar, perangkat Starlink kembali banting harga sebesar 33% menjadi Rp3,9 juta hingga 16 September.
Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi menilai bahwa sebagai pendatang baru, Starlink harus melakukan upaya memikat pengguna dengan menjual harga layanan internet yang lebih murah dibandingkan operator seluler atau internet broadband terdahulu.
Bukan hanya itu, Heru juga melihat akan adanya gerak-gerik Starlink menurunkan harga layanan bulanan untuk merebut pasar telekomunikasi di Indonesia. Hal ini mengingat harga layanan termurah Starlink dibanderol Rp750.000 per bulan.
Baca Juga : Telkom (TLKM), Data Lake, dan Grup Salim Bersaing Jualan Starlink Elon Musk
“Terkait harga yang ada sekarang memang masih Rp750.000 per bulan, ini yang tampaknya mungkin akan dilakukan kalkulasi ulang [Starlink] untuk pasar Indonesia dan bukan tidak mungkin dijual dengan harga yang lebih murah lagi,” kata Heru kepada Bisnis, Kamis (15/8/2024).
Heru menuturkan bahwa persaingan harga terjadi seiring dengan sensitifnya pasar di Indonesia. Artinya, kompetisi ini harus dilakukan salah satunya dengan menjual produk yang lebih murah dari kompetitor lainnya.
Baca Juga : : Starlink Banting Harga Gila-gilaan di RI, Kini Dijual Rp3,9 Juta!
Dengan adanya persaingan itu, Heru kembali menekankan sejak awal Starlink masuk, maka Indonesia harus bersiap mewaspadai terjadinya predatory pricing dengan menjual produk di bawah psar.
“Karena dampak dari predatory pricing itu baru bisa dinilai ketika ada operator yang mati, ada penyelenggara internet yang bangkrut, dan kita kan tidak mau itu terjadi. Caranya diwaspadai, diingatkan menjual produk di bawah pasar,” jelasnya.
Baca Juga : : Primacom Jadi Reseller Starlink Elon Musk untuk Perusahaan, Ikuti Telkom (TLKM)
Terpisah, Pengamat Telekomunikasi sekaligus Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung (STEI ITB) Agung Harsoyo menyebut bahwa umumnya, setiap perusahaan memiliki target penjualan tahunan, termasuk Starlink, dalam memasarkan layanan internetnya di Indonesia.
“Saat ini sudah akhir Agustus. Salah satu cara yang digunakan untuk memenuhi target penjualan adalah dengan menurunkan harga,” ungkap Agung kepada Bisnis.
Agung menuturkan bahwa suatu produsen perangkat pada saat memproduksi perangkat elektronik sudah memprakirakan kebutuhan pasar pada rentang waktu tertentu. “Jika tidak sesuai prakiraan, maka salah satu strategi mengurangi kerugian adalah menurunkan harga,” ujarnya.
Dia menyampaikan bahwa Starlink memiliki dua keterbatasan waktu sekaligus, yakni dari sisi angkasa (satelit) yang berumur sekitar 5 tahun dan sisi terrestrial yang berumur sekitar 18 bulan atau dua tahun. Kemudian dari sisi komersial, yaitu bagian marketing Starlink yang harus berkejaran dengan waktu.
Di sisi lain, Agung menilai bahwa penyelenggara jaringan dan jasa telekomunikasi internet dalam negeri mesti memperbaiki diri dengan melakukan berbagai infrastruktur agar lebih efisien di sisi biaya dan tetap mempertahankan kualitas layanan (QoS). Menurutnya, dengan melakukan hal ini, maka pemain lokal dapat bersaing dengan Starlink.