Haniyeh, Wajah Moderat Hamas yang 3 Putranya Telah Terbunuh dalam Serangan Israel
TEHERAN, KOMPAS.com – Ismail Haniyeh, pemimpin Hamas yang terbunuh di Iran, merupakan wajah diplomasi internasional kelompok Palestina.
Dia berbicara keras ketika perang berkecamuk di Gaza, termasuk saat tiga anak laki-lakinya terbunuh dalam sebuah serangan udara Israel.
Namun terlepas dari itu semua, ia dipandang oleh banyak diplomat sebagai seorang moderat dibandingkan dengan anggota lain dari kelompok yang didukung Iran itu.
Baca juga: Media Iran Ungkap Lokasi dan Penyebab Tewasnya Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh
Dilansir dari Reuters, Haniyeh diitunjuk untuk menduduki jabatan tertinggi Hamas pada tahun 2017. Dia berpindah-pindah dari Turkiye ke ibu kota Qatar, Doha, untuk menghindari pembatasan perjalanan di Jalur Gaza yang diblokade.
Ini memungkinkannya untuk bertindak sebagai juru runding dalam pembicaraan gencatan senjata atau berbicara dengan sekutu Hamas, Iran.
“Semua perjanjian normalisasi yang Anda (negara-negara Arab) tandatangani dengan (Israel) tidak akan mengakhiri konflik ini,” kata Haniyeh dalam siaran televisi Al Jazeera, tak lama setelah Hamas melancarkan serangan 7 Oktober.
Tanggapan Israel terhadap serangan tersebut adalah kampanye militer yang telah menewaskan lebih dari 39.000 orang di dalam Gaza sejauh ini, dan mengebom sebagian besar daerah kantong tersebut menjadi puing-puing.
Pada Mei, kejaksaan Mahkamah Pidana Internasional meminta surat perintah penangkapan untuk tiga pemimpin Hamas, termasuk Haniyeh, dan juga Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu atas dugaan kejahatan perang.
Israel dan para pemimpin Palestina telah menepis tuduhan tersebut.
Putra-putra Haniyeh Tewas dalam Serangan Udara
Tiga putra Haniyeh, Hazem, Amir dan Mohammad, terbunuh pada tanggal 10 April ketika sebuah serangan udara Israel menghantam mobil yang mereka kendarai.
Haniyeh juga kehilangan empat cucunya, tiga perempuan dan seorang laki-laki, dalam serangan itu.
Baca juga: Presiden Palestina Mahmoud Abbas Kecam Pembunuhan Haniyeh, Serukan Persatuan Rakyat Palestina
Haniyeh membantah pernyataan Israel bahwa anak-anaknya adalah pejuang untuk kelompok tersebut.
Dia mengatakan bahwa kepentingan rakyat Palestina ditempatkan di atas segalanya ketika ditanya apakah pembunuhan mereka akan berdampak pada pembicaraan gencatan senjata.
“Semua rakyat kami dan semua keluarga penduduk Gaza telah membayar harga yang mahal dengan darah anak-anak mereka, dan saya adalah salah satunya,” katanya, seraya menambahkan bahwa sedikitnya 60 anggota keluarganya terbunuh dalam perang.
Baca juga: Bagaimana Jadinya Gaza Setelah Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Tewas Terbunuh?
Namun untuk semua bahasa yang keras di depan umum, para diplomat dan pejabat Arab memandangnya relatif pragmatis dibandingkan dengan suara-suara yang lebih keras di dalam Gaza, tempat sayap militer Hamas merencanakan serangan 7 Oktober.