Informasi Terpercaya Masa Kini

Kesedihan pegawai Disneyland yang bekerja di ‘tempat paling bahagia di Bumi’

0 15

Cynthia “Cyn” Carranza dengan cermat mencari tempat parkir yang teduh bagi mobilnya. Kendaraan itu tidak hanya alat transportasi bagi Carranza, tapi juga pernah berfungsi sebagai rumah.

Perempuan itu bekerja sebagai petugas kebersihan di Disneyland pada malam hari. Siang harinya dia habiskan tidur di dalam mobil – hal yang sulit mengingat dia juga tinggal bersama dua anjing.

Carranza mengaku memperoleh US$20,65 per jam (sekitar Rp336.000) di taman hiburan tersebut.

Namun, musim panas lalu, ia tidak mampu membayar kontrakan di California Selatan karena harga sewa apartemen di sana rata-rata mencapai lebih dari US$2.000 (sekitar Rp32,5 juta) per bulan.

Carranza menitikkan air mata saat menceritakan perjuangannya pada musim panas itu, termasuk menyelinap ke kamar mandi di bagian kostum Disneyland.

Sekarang, ia tinggal di apartemen kecil dengan pacarnya, yang juga bekerja di Disneyland, tetapi penghasilannya masih pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

“Itu bukan sesuatu yang seharusnya dialami siapa pun saat bekerja penuh waktu di perusahaan seperti Disney,” katanya kepada BBC.

Carranza, seperti orang lain yang bekerja di taman itu, menceritakan kepada BBC kesulitan keuangan yang dia alami saat bekerja di tempat yang seharusnya menjadi “Tempat Paling Bahagia di Bumi”.

Sekitar 10.000 anggota serikat pekerja di Disneyland – taman hiburan pertama dari 12 Disneyland yang dibuat di seluruh dunia – mengancam akan mogok kerja karena upah rendah dan apa yang mereka sebut sebagai praktik anti-serikat pekerja.

Ratusan pekerja berunjuk rasa di luar taman hiburan pekan ini, dengan berbagai poster dan bros yang memperlihatkan kepalan tangan Mickey Mouse sebagai bentuk perlawanan.

“Mickey menginginkan upah yang adil,” teriak para pekerja di dekat gerbang Disneyland.

Mereka memberikan suara hampir bulat untuk melakukan aksi mogok kerja pada Jumat, beberapa hari sebelum negosiasi kontrak serikat pekerja untuk pekerja dilanjutkan.

Meskipun pemungutan suara tersebut tidak berarti pemogokan akan segera terjadi, hal itu dapat membuat para pekerja bertindak cepat jika negosiasi tidak membuahkan hasil.

Hasil pemungutan suara juga memberi pengaruh bagi serikat pekerja saat perundingan dengan manajemen Disney berlanjut lagi pekan depan.

Kontrak untuk para pemeran tokoh Disney di Disneyland berakhir pada 16 Juni.

Negosiasi saat ini melibatkan koalisi serikat pekerja yang mewakili hampir 10.000 karyawan di Disneyland, yang mencakup semua pegawai mulai dari mereka yang bekerja sebagai pemeran tokoh Disney, operator wahana, penjual souvenir, pelayan restoran, hingga petugas kebersihan.

Pejabat serikat pekerja mengatakan sekitar satu dari 10 pemeran tokoh Disneyland pernah menjadi tuna wisma saat bekerja di taman hiburan tersebut.

Sebuah survei terhadap para pegawai menunjukkan 73% responden mengeklaim tidak menghasilkan cukup uang untuk menutupi pengeluaran dasar setiap bulan dan sekitar sepertiga mengatakan uang mereka tidak cukup menyewa rumah kontrakan dalam setahun terakhir.

“Kamilah yang membuat keajaiban,” kata L Slaughter, seorang pembawa acara di bagian taman bertema Toontown.

“Kami meminta Disney membayar upah kami dengan layak.”

Slaughter menghabiskan dua tahun tinggal di mobilnya saat bekerja di Disneyland. Dia sekarang memiliki apartemen kecil sekitar satu jam perjalanan dari Disneyland.

Selama tinggal di mobil, Slaughter mengaku menghabiskan banyak waktu untuk menemukan tempat parkir yang aman untuk tidur.

Tapi, menurutnya, para pegawai tidak diizinkan tidur di tempat parkir Disneyland.

“Harga sewa rumah saya naik US$200 (sekitar Rp3,2 juta) dan saya tidak akan mampu membayar sewa lagi,” katanya.

Slaughter memperoleh US$19,90 (sekitar Rp324.000) per jam – berkat mandat upah minimum yang disahkan pada 2018.

Jumlah itu, menurut para pekerja, masih belum cukup untuk bertahan hidup di California Selatan. Namun, angka upah itu sempat ditolak Disney.

Sebuah kalkulator upah layak yang dibuat oleh Massachusetts Institute of Technology menunjukkan bahwa seorang lajang tanpa anak harus dibayar US$30,48 (sekitar Rp496.000) per jam agar mampu tinggal di dekat Disneyland di Orange County, yang berjarak sekitar 48 kilometer di sebelah tenggara Los Angeles.

Para pekerja yang berbicara kepada BBC mengatakan bahwa mereka tetap bekerja di taman hiburan tersebut karena mereka mencintai merek Disney serta bergantung pada tunjangan kesehatan dan dapur umum serikat pekerja, yang disebut sebagai penyelamat oleh beberapa pekerja.

Disney mengatakan bahwa mereka berkomitmen untuk bernegosiasi dengan “para pemeran” – istilah perusahaan untuk pegawai yang berperan sebagai putri dan bajak laut serta para koki dan petugas kebersihan yang merawat taman hiburan tersebut.

“Kami menghormati dan menghargai para pemeran kami dan mengakui peran penting mereka dalam menciptakan kebahagiaan bagi para tamu kami,” kata Disney dalam sebuah pernyataan.

Disney menambahkan bahwa pembicaraan dengan serikat pekerja yang mewakili para pegawai dilanjutkan pada 22 Juli dan mereka berkomitmen mencapai kesepakatan “yang berfokus pada apa yang paling penting bagi para pemeran kami saat ini, membantu kami menarik para pemeran baru, dan memposisikan Disneyland Resort untuk pertumbuhan dan penciptaan lebih banyak lapangan kerja”.

Mogok kerja Disneyland terakhir terjadi pada tahun 1984, dan berlangsung selama 22 hari.

Carranza memaparkan pekerjaan berat yang ia lakukan setiap malam di Disneyland – membersihkan, memoles, memperbaiki lantai, dan terkadang memasang karpet.

Ia mengatakan tinggal di mobil selama musim panas lalu adalah titik terendah dalam hidupnya. Dia mengaku anjing-anjingnya yang membuatnya tetap hidup.

“Saya tahu bahwa merekalah alasan mengapa saya masih di sini, mengapa saya tidak menyerah,” katanya.

“Ada saat-saat ketika saya mempertanyakan apa yang saya lakukan di sini dan bagaimana saya akan bangkit kembali.”

Meski kini sudah tinggal di apartemen studio nan kecil, Carranza mengaku masih hidup dari gaji ke gaji dan terkadang hanya mampu makan nasi atau mi.

Tuntutan para pekerja memang bersifat ekonomi, tapi pemungutan suara untuk mogok dilakukan sebagai reaksi atas keluhan bahwa sejumlah pekerja dijatuhi sanksi karena mengenakan bros Mickey dan menyebarkan informasi serikat pekerja di taman.

Pada bulan Juni, serikat pekerja mengajukan tuntutan praktik ketenagakerjaan yang tidak adil kepada Dewan Hubungan Perburuhan Nasional terhadap Disney atas “pendisiplinan, intimidasi, dan pengawasan yang melanggar hukum terhadap anggota serikat pekerja yang menggunakan hak mereka untuk mengenakan bros serikat pekerja di tempat kerja.”

Colleen Palmer, salah satu juru runding dari UFCW Lokal 324, telah bekerja di Disneyland selama hampir 37 tahun dan menghasilkan hampir US$24 per jam untuk Disney sebagai “pelayan barang suvenir”.

Dia mengatakan bahwa dia mengenakan bros serikat pekerja kurang dari setengah jam sebelum manajemen menyuruhnya melepasnya.

Palmer mengatakan bahwa para pekerja bertanggung jawab atas pengalaman yang dinikmati pengunjung Disneyland, dan bahwa kesetiaan serta pengalamannya harus dihargai.

Dia mengatakan bahwa para pekerja percaya bahwa kesenjangan gaji antara pekerja dan eksekutif perusahaan itu keterlaluan: kompensasi CEO Disney Bob Iger adalah US$31,6 juta (Rp514,3 miliar) pada tahun 2023 – ratusan kali lipat dari jumlah yang diperoleh anggota pemeran di Disneyland.

“Itu membuat saya bertanya-tanya, mengapa Anda tidak ingin mengakui saya? Karena saya menghasilkan uang itu untuk Anda, sehingga Anda dapat membeli klub olahraga itu,” katanya, mengacu pada berita bahwa Iger dan istrinya telah mengambil alih klub sepak bola wanita LA, Angel City Football Club.

Kesenjangan antara gaji pekerja dan manajemen telah memicu keresahan buruh di Amerika Serikat.

Menurut Economic Policy Institute yang condong ke kiri, kompensasi CEO naik 1.460 persen antara tahun 1978 dan 2021.

Disneyland adalah tempat kerja yang unik. Banyak yang menganggapnya sebagai karier, bukan pekerjaan. Para pekerja sering kali juga merupakan penggemar merek Disney – beberapa menyebutnya sebagai kultus Disney.

Para pekerja mendapatkan fasilitas seperti tiket masuk gratis ke taman Disney untuk keluarga dan teman-teman mereka. Namun, mereka juga mengatakan Disney tidak fleksibel saat mereka mengalami masalah keluarga atau sakit.

Banyak yang memiliki pekerjaan kedua dan ketiga sehingga jadwal kerja Disneyland yang tidak dapat diprediksi menjadi tantangan untuk dijalani.

Bagi para mahasiswa dan pensiunan yang bekerja paruh waktu, ini bisa menjadi pekerjaan impian, tetapi tidak lagi memberikan upah yang layak bagi orang-orang di dan sekitar Anaheim, kota kaya yang pemberi kerja terbesarnya adalah Disney, kata para pekerja.

“Tanpa kami, Disney akan seperti tempat lain,” kata Morgan, yang tinggal di motel di sekitar Disneyland selama empat tahun bersama anak-anaknya dan ingin dikenali hanya dengan nama tengahnya.

Perceraian Morgan menyebabkan dia kehilangan tempat tinggal dan motel murah adalah satu-satunya yang mampu dia sewa dengan upahnya dari Disney.

Saat anak-anaknya bersama ibu mereka, dia sering menggelandang dan bersembunyi untuk menghindari polisi atau penjahat.

Sekarang ia memiliki pekerjaan kedua sebagai perekrut – yang dapat dilakukannya dari rumah – dan sebuah apartemen yang dapat dibelinya dengan penghasilan gabungan tersebut.

Namun, ia bangga dengan pekerjaannya menjual barang souvenir Disney dan mengatakan setiap para pemeran di Disneyland menganggap pekerjaan mereka dengan serius.

“Bukan animatronik – tetapi kami. Setidaknya hargai kami dengan membayar kami upah yang layak.”

  • Serba-serbi aksi protes ganjil: mogok seks hingga mogok terima uang
  • Bagaimana film-film Disney membentuk cara pandang penontonnya
  • Sisi gelap film Disney, Toy Story
Leave a comment