3 Cara Ajarkan Anak Mengelola Emosi agar Bahagia dan Jadi Sukses
Menghadapi anak yang tantrum bukanlah hal yang mudah ya, Bunda. Namun, ternyata ‘amukan’ Si Kecil ini bisa menjadi kesempatannya untuk belajar jika emosinya dikelola dengan baik.
Mengelola emosi menjadi sebuah keterampilan yang diperlukan Si Kecil agar lebih bahagia seiring pertumbuhannya. Para psikolog pun setuju kunci kesuksesan dan kesejahteraan anak ada pada caranya mengelola emosi.
Untuk itu, Bunda bisa membantu anak belajar mengelola emosi dengan beberapa cara. Misalnya saja, perlahan Bunda mengajari anak untuk menerima perasaannya baik senang, marah ataupun sedih.
“Bagaimanapun ledakan kemarahan yang sesekali terjadi tidak dapat dihindari,” kata Jazmine McCoy, seorang Psikolog klinis yang berbasis di pinggiran kota Atlanta seperti dikutip dari laman CNBC Make It.
McCoy mengatakan tujuan menjadi orangtua yakni membesarkan seorang anak yang tahu cara menangani amarahnya dengan cara yang sehat. Mengajarkan anak mengelola emosi dengan sehat dimulai dengan cara orangtua merespon kemarahan anak.
“Tidak apa-apa (Si Kecil) untuk marah, kemarahan adalah emosi yang merupakan pesan untuk memberi tahu kita sesuatu yang penting. Jadi mari diperhatikan,” tutur McCoy.
Baca Juga : 10 Cara Mendidik Anak yang Berperilaku Kasar dan Pemarah, Jangan Pakai Emosi Bun!Cara ajarkan anak mengelola emosi dengan baik
Berikut rangkuman beberapa cara mengajarkan anak mengelola emosi seperti dilansir dari laman CNBC Make It:
1. Buatlah batasan yang jelas
Anak harus tahu bahwa emosi yang intens dan negatif adalah hal yang normal. Kehadiran orangtua ada untuk membantu dan akan tetap mencintainya tanpa syarat bahkan ketika Si Kecil sedang bertingkah.
Meski begitu, bukan berarti menerima perilaku yang sudah condong ke sesuatu berbahaya yang mungkin ditimbulkannya, seperti membentak atau memukul seseorang tetap ada batasannya.
“Anak-anak perlu merasa didengarkan dan dipahami, terutama oleh orang tuanya,” kata McCoy.
Bunda dan Ayah dapat dengan jelas menyatakan mana batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar. Misalnya tidak boleh membentak dan bisa mengatakan, “Bunda ingin mendengar apa yang kamu katakan. Tapi akan sulit dimengerti bila kamu berteriak sayang. Mari kita tenangkanâ.
2. Akui emosi anak
Mengakui kemarahan anak dapat membantunya mengungkapkan emosi yang mereka rasakan. Hal ini merupakan langkah penting membantu mereka mengelola perasaan tersebut tanpa bertindak berlebihan.
Hal ini bisa dilakukan dengan bertanya alasan yang membuat Si Kecil begitu marah. Ayah Bunda bisa membicarakan cara untuk menyelesaikan masalah yang tengah dihadapi anak.
âSaat kita mengajari anak kita cara berkomunikasi dengan kata-katanya, maka mereka tidak perlu merasa harus berteriak dan menjadi agresif,â kata McCoy.
3. Menenangkan keadaanIlustrasi/Foto: Getty Images/AzmanJaka
Mengajarkan anak untuk menarik napas dalam-dalam saat mereka sedang kesal adalah cara populer untuk meredakan ledakan amarah. McCoy mengatakan trik untuk menggunakan strategi itu secara efektif yakni para orangtua juga harus mencontohkan bernapas dalam-dalam sebelum meluapkan amarah ketika di hadapannya.
Beri tahu anak untuk berhenti sejenak ketika sudah mulai merasakan emosi marah untuk menarik napas dalam-dalam. “Kami tidak serta merta memaksa anak untuk menarik napas dalam-dalam (ketika marah). Tinggal (orangtua) memodelkannya,â kata McCoy.
Jangan menanggapi emosi anak yang meledak-ledak dengan kemarahan juga. Membentak anak-anak malah akan menimbulkan dampak negatif yang bertahan lama terhadap harga diri dan perkembangan emosi mereka.
“Betapapun frustrasinya melihat balita manis Anda tiba-tiba meledak dalam kemarahan, Anda harus ingat bahwa mereka masih terlalu muda untuk mengatur perasaan besar mereka,” ujar McCoy.
Meskipun kekesalan tidak diungkapkan secara verbal, anak bisa merasakan kemarahan orangtuanya yang dapat memperburuk situasi. Maka belajar mengelola emosi anak agar bahagia dan sukses tergantung dari orangtuanya.
“Hal ini bergantung pada pesan yang kita (orangtua) kirimkan dan bagaimana kita mencontohkan kemarahan kita,” pungkas McCoy.
Pilihan Redaksi
- 9 Cara Mendidik Anak Perempuan Tanpa Figur Ayah Menurut Psikolog
- Istri dr. Richard Lee Sharing Cerita Besarkan Anak Autis, Minta Jangan Salahkan Orang Tua
- Rekomendasi Makanan agar Anak Cepat Bicara sesuai Perkembangan Anak
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!