Informasi Terpercaya Masa Kini

Ini Alasan Mengapa Anak Usia 2 Tahun Sering Tantrum

0 11

Tantrum yang dialami oleh Si Kecil tak hanya membuatnya lelah dan tak nyaman, tapi juga bisa membuat frustasi orang tua. Namun, alih-alih memandangnya sebagai hal buruk, yuk cari tahu apa saja alasan anak usia 2 tahun sering tantrum.

Saat tantrum, biasanya anak bisa memiliki respons yang berbeda-beda. Mulai dari merengek, menangis, berteriak, menendang, dan bahkan memukul. Situasi ini umum terjadi pada anak antara usia 1 hingga 3 tahun.

Beberapa anak mungkin sering tantrum, tapi ada pula yang jarang. Tantrum adalah bagian normal dari perkembangan anak, yakni cara menunjukkan bahwa mereka sedang kesal atau frustrasi.

Alasan mengapa anak usia 2 tahun sering tantrum 

Dikutip dari Kids Health, alasan mengapa anak usia 2 tahun sering tantrum bisa beragam. Berikut ulasannya:

1. Merasa tidak nyaman

Bisa disebabkan oleh banyak faktor, misalnya karena anak merasa lelah, lapar, atau tidak nyaman. 

Baca Juga : Kapan Tantrum Anak Termasuk Gejala ADHD? Kenali Tanda Awal Disregulasi Emosional

Emosi mereka bisa ‘meledak’ karena tidak bisa mendapatkan sesuatu yang diinginkan (seperti mainan atau permen) atau tidak bisa membuat seseorang melakukan apa yang mereka inginkan (seperti membuat orang tua segera memperhatikannya, dll). 

Sebenarnya belajar mengatasi frustrasi adalah keterampilan yang diperoleh anak-anak seiring berjalannya waktu.

2. Kemampuan berbahasa masih minim

Alasan paling umum tantrum sering terjadi pada anak usia 2 tahun adalah karena kemampuan berbahasanya sedang berkembang. 

Anak tidak selalu bisa mengatakan apa yang mereka inginkan atau butuhkan, bisa juga karena kata-kata yang menggambarkan perasaan lebih rumit untuk diungkapkan. 

Diharapkan ketika kemampuan berbahasanya sudah meningkat, tantrum Si Kecil cenderung berkurang.

3. Sedang ingin memegang kendali

Anak usia 2 tahun biasanya sedang belajar mandiri dan ingin mengambil kendali atas lingkungannya, melebihi kemampuan mereka. Hal ini dapat menyebabkan tantrum ketika seorang anak mulai berpikir ‘saya bisa melakukannya sendiri’.

Ketika anak-anak menyadari bahwa mereka tidak mampu melakukannya dan tidak bisa mendapatkan semua yang mereka inginkan, mereka mungkin akan mengamuk.

Bagaimana cara mencegah tantrum? 

Kemungkinan besar Bunda mungkin tidak akan bisa menciptakan lingkungan yang bebas tantrum. Ini karena seperti disebutkan di atas, tantrum adalah salah satu cara anak berkomunikasi. 

Namun, Bunda dapat mengambil langkah-langkah untuk mengurangi frekuensi dan tingkat keparahan tantrum, seperti berikut:

1. Berikan pilihan

Biarkan anak memilih, dengan alasan yang masuk akal. Misalnya, mereka dapat memilih antara dua pakaian atau dua makanan ringan. Hal ini bisa membantu anak merasa memegang kendali. 

Ingat, pastikan untuk membiarkan mereka memilih di antara dua hal yang sudah Bunda setujui. Jangan beri mereka harapan palsu, ya.

2. Mempersiapkan transisi

Masa transisi, seperti meninggalkan rumah atau taman bermain, bisa jadi sulit bagi anak-anak. Cobalah untuk mempersiapkan mereka terlebih dahulu bahwa transisi akan terjadi sehingga mereka siap menghadapinya. 

Dikutip dari Cleveland Clinic, transisi yang lebih besar biasanya memerlukan lebih banyak persiapan. Misalnya, jika ada saudara baru yang akan datang atau akan pindah rumah, berikan lebih banyak waktu untuk mempersiapkan emosi anak.

3. Cek jadwal makanan dan tidur

Emosi yang meledak-ledak yang berujung pada tantrum mungkin disebabkan oleh lapar atau mengantuk. Jadi, pastikan anak mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan cukup tidur.

Kapan tantrum perlu diperiksa ke dokter?Ilustrasi anak tantrum/Foto: Getty Images/AzmanJaka

Jika kemarahan anak tampaknya tidak berhubungan dengan tahap perkembangan normal dan berlangsung lebih dari beberapa minggu, Si Kecil mungkin harus berkonsultasi dengan dokter. 

Bunda juga dapat berkonsultasi dengan ahlinya apabila merasa tidak bisa mengatasi amarah anak. Dikutip dari Web MD, beberapa tanda lain bahwa anak mungkin memerlukan bantuan profesional di antaranya:

  • Senang mencederai diri sendiri atau orang lain, termasuk sampai ada memar dan bekas gigitan
  • Menyerang orang tua atau orang dewasa lainnya
  • Dipulangkan dari sekolah atau daycare

Tanda peringatan terbesar adalah seberapa sering tantrum terjadi. Anak-anak yang memiliki masalah seperti gangguan tingkah laku mungkin bisa bertahan beberapa hari atau seminggu tanpa ledakan emosi.

Kesimpulannya, tantrum adalah bagian perkembangan anak yang normal meski kadang membuat orang tua kewalahan. Kondisi ini sering kali terjadi karena anak ingin mandiri, tetapi tetap mencari perhatian orang tua.

Anak usia 2 tahun rata-rata juga belum memiliki keterampilan verbal untuk mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata. Saat amarah muncul, cobalah untuk tetap tenang dan validasi emosi anak.

Saat sudah tenang, bantu mereka memberi label pada emosi tersebut dan temukan cara yang lebih baik untuk bereaksi terhadap kekecewaan.

Jika anak mengalami tantrum yang berlangsung lebih dari 15 menit atau sering menyakiti diri sendiri maupun orang lain, bicarakan dengan penyedia layanan kesehatan. 

Begitu juga jika anak sudah berusia lebih dari 4 tahun dan masih sering mengamuk, ada baiknya Bunda juga berkonsultasi dengan profesional segera.

Pilihan Redaksi

  • 5 Kesalahan Orang Tua yang Menyebabkan Tantrum Anak Bertambah Buruk, Hindari Bun!
  • Perilaku Anak Berubah saat Kecanduan Gadget, Ini 5 Cara Mengatasinya Menurut Psikolog
  • 7 Manfaat Anak Punya Rutinitas Sejak Bayi, Salah Satunya Kurangi Tantrum

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

Leave a comment