Informasi Terpercaya Masa Kini

Peran Keluarga Maslahat sebagai Pilar Transformasi Bangsa

0 7

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pada peringatan Harlah ke-102 Nahdlatul Ulama, kita diingatkan kembali akan pentingnya keluarga sebagai pilar utama transformasi bangsa. Keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang memiliki peran besar dalam membangun generasi yang maslahat, toleran, dan berdaya. Nahdlatul Ulama melalui Gerakan Keluarga Maslahat NU (GKMNU) memperkuat visi ini dengan mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan dalam upaya membangun keluarga yang tangguh menghadapi tantangan zaman.

Keluarga maslahat NU adalah konsep strategis yang digagas untuk menjawab persoalan mendesak, seperti kekerasan dalam rumah tangga, perkawinan anak, stunting, krisis lingkungan, dan ancaman ekstremisme. Dalam konteks ini, GKMNU menggarisbawahi peran keluarga sebagai agen transformasi sosial yang tidak hanya melindungi anggota keluarganya tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi masyarakat luas.

Tantangan yang dihadapi keluarga Indonesia semakin kompleks, terutama di era digital. Data dari Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) menunjukkan bahwa pada 2024 terdapat 28.568 kasus kekerasan, sebagian besar melibatkan perempuan dan anak. Ini menggambarkan perlunya intervensi sistemik dari berbagai elemen, termasuk keluarga, sebagai garda terdepan dalam mencegah kekerasan dan menciptakan lingkungan yang aman.

GKMNU memperkenalkan enam dimensi utama keluarga maslahat, yaitu keluarga maslahat, sehat, sejahtera, moderat, terdidik, dan cinta alam. Dimensi-dimensi ini dirancang untuk menjawab kebutuhan keluarga secara holistik. Misalnya, dalam dimensi keluarga sehat, fokusnya adalah mengatasi tantangan stunting melalui edukasi gizi dan pola makan sehat. Keluarga diajak untuk menjadi bagian dari solusi atas masalah kesehatan yang menghambat kualitas sumber daya manusia Indonesia.

Dalam dimensi keluarga moderat, GKMNU menanamkan nilai-nilai moderasi beragama sejak dari rumah. Keluarga diharapkan menjadi benteng melawan ekstremisme dengan menanamkan toleransi dan menghargai keberagaman. Pendidikan agama di lingkungan keluarga diarahkan pada nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin, yang relevan dengan kehidupan multikultural di Indonesia.

Moderasi beragama yang diterapkan dalam keluarga juga mencakup kemampuan untuk berdialog dan bekerja sama dengan berbagai pihak dari latar belakang berbeda. Ini mengajarkan anggota keluarga, terutama anak-anak, untuk memahami pentingnya hidup berdampingan dalam keberagaman dan membangun sikap inklusif. Dengan nilai-nilai ini, keluarga dapat menjadi pelopor perubahan di masyarakat untuk menciptakan harmoni sosial yang lebih luas.

Selain itu, moderasi beragama dalam keluarga juga berfungsi sebagai filter terhadap pengaruh negatif, seperti radikalisme yang mudah menyebar di era digital. Dengan membangun literasi agama yang kuat dan relevan, keluarga mampu membekali anggota-anggotanya dengan pemahaman keagamaan yang mendalam, kontekstual, dan sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan. Ini menjadikan keluarga sebagai benteng yang kokoh dalam menghadapi berbagai tantangan ideologi yang dapat mengancam persatuan bangsa.

Keluarga juga menjadi kunci dalam mencegah perkawinan anak, yang masih menjadi persoalan besar di Indonesia. Berdasarkan data BPS, sebanyak 1 dari 9 anak perempuan menikah sebelum usia 18 tahun. Hal ini tidak hanya berdampak pada pendidikan dan kesehatan mereka tetapi juga pada potensi mereka untuk berkontribusi secara produktif di masyarakat. GKMNU mengedukasi keluarga untuk mengubah norma sosial yang mendukung perkawinan anak dan mempromosikan pernikahan yang sehat dan bermartabat.

Tidak hanya itu, dimensi keluarga cinta alam juga menjadi perhatian penting. Di tengah krisis lingkungan global, keluarga diharapkan menjadi pelopor gaya hidup ramah lingkungan. Konsep zero-waste family diperkenalkan untuk mengurangi limbah rumah tangga melalui daur ulang dan komposting. Dengan memadukan nilai-nilai Islam dan pelestarian lingkungan, keluarga dapat menjadi agen perubahan yang signifikan dalam menjaga keberlanjutan alam.

Khidmah Nahdlatul Ulama

Gerakan ini menjadi bentuk khidmah Nahdlatul Ulama yang inklusif dan strategis. GKMNU melibatkan berbagai pihak, seperti lembaga pendidikan, pemerintah, dan komunitas lokal, untuk memastikan implementasi program berjalan efektif. Pendekatan kolaboratif ini mencerminkan semangat NU sebagai organisasi yang selalu merangkul berbagai elemen masyarakat dalam menciptakan maslahat.

Pentingnya peran keluarga juga tercermin dalam kontribusinya terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Keluarga yang maslahat berkontribusi pada pengentasan kemiskinan, peningkatan pendidikan, kesehatan, dan pelestarian lingkungan. Melalui keluarga, nilai-nilai kebaikan dapat ditanamkan secara efektif sehingga memberikan dampak berkelanjutan bagi masyarakat dan bangsa.

Harlah ke-102 NU menjadi momentum refleksi bersama untuk memperkuat posisi keluarga sebagai pilar transformasi bangsa. Keluarga tidak hanya berfungsi sebagai tempat berlindung tetapi juga sebagai ruang pembelajaran nilai-nilai keagamaan, moral, dan sosial. Dari keluargalah generasi masa depan Indonesia dibentuk untuk menghadapi tantangan global dengan tetap berakar pada nilai-nilai lokal dan spiritual.

Untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045, keluarga harus ditempatkan sebagai pusat dari segala kebijakan pembangunan. Pendekatan berbasis keluarga tidak hanya memastikan keberhasilan program pemerintah tetapi juga menciptakan dampak jangka panjang yang menyeluruh. Dengan adanya GKMNU, NU telah menunjukkan komitmennya dalam mendukung agenda pembangunan nasional melalui pemberdayaan keluarga.

Namun, perjalanan menuju keluarga maslahat bukanlah tanpa tantangan. Perubahan sosial yang cepat, tekanan ekonomi, dan arus informasi di era digital sering kali mengguncang stabilitas keluarga. Oleh karena itu, GKMNU hadir untuk memberikan panduan praktis dan strategis kepada keluarga Indonesia agar tetap tangguh dan relevan dalam setiap zaman.

Kita semua memiliki tanggung jawab untuk mendukung gerakan ini. Baik sebagai bagian dari keluarga, masyarakat, maupun organisasi, kontribusi kecil kita akan memberikan dampak besar jika dilakukan bersama-sama. Melalui Harlah ke-102 ini, mari jadikan keluarga maslahat sebagai prioritas utama dalam setiap langkah kita untuk membangun bangsa yang lebih baik.

Harlah ke-102 NU bukan hanya tentang perayaan, tetapi juga tentang penguatan peran keluarga sebagai fondasi utama masyarakat. Dengan menanamkan nilai-nilai maslahat, toleransi, dan keberlanjutan di setiap rumah tangga, kita optimis dapat mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045. Keluarga maslahat adalah kunci menuju bangsa yang kuat, sejahtera, dan bermartabat.

Mari kita jadikan keluarga maslahat sebagai sebuah gerakan nasional yang tidak hanya dirayakan dalam momentum tertentu, tetapi juga dijadikan arah perubahan sosial yang berkesinambungan. Dengan sinergi antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah, kita mampu menjawab tantangan zaman dan menciptakan ekosistem kehidupan yang harmonis dan berkeadilan.

Gerakan Keluarga Maslahat NU adalah warisan yang mengakar pada nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah. Melalui gerakan ini, NU membuktikan bahwa kehadirannya tidak hanya menjadi penjaga nilai agama, tetapi juga sebagai penggerak perubahan sosial yang relevan dengan kebutuhan bangsa. Keberhasilan gerakan ini tidak hanya diukur dari angka, tetapi dari dampak nyata pada kualitas hidup masyarakat.

Dengan semangat Harlah ke-102 NU, mari kita jadikan keluarga maslahat sebagai pijakan menuju masa depan bangsa yang lebih cerah. Karena dari keluarga yang kuat dan maslahat, akan lahir generasi emas yang membawa kejayaan Indonesia di panggung dunia.

Leave a comment