Informasi Terpercaya Masa Kini

Pahitnya Kisah Pedagang Jakarta di Balik Gorengan yang Terbuang…

0 2

JAKARTA, KOMPAS.com – Di balik hiruk-pikuk Jakarta yang tak pernah sepi, ada cerita-cerita sunyi yang berputar di sekitar gerobak-gerobak kecil para pedagang gorengan yang terus berjuang.

Hari demi hari, mereka berharap dagangannya laris manis, namun tak jarang, harapan itu sirna.

Gorengan-gorengan yang tersisa tak dapat diselamatkan dan terpaksa berakhir sia-sia, terbuang begitu saja.

Virna, seorang pedagang gorengan yang berjualan di pelataran rumahnya di Manggarai, Jakarta Selatan, mengisahkan bagaimana dagangannya yang tak laku meninggalkan kecewa yang mendalam.

Baca juga: Tantangan Berat Pedagang Gorengan di Jakarta, Tak Laku Harus Dibuang

“Makanan sisa apalagi, aku kan frozen kadang enggak bisa lama-lama keluar masuk kulkas asam, bakso aja dibuang,” ucap Virna saat diwawancarai Kompas.com, Selasa (21/1/2025).

Frozen food yang tak terjual saat itu dapat bertahan paling lama hanya tiga hingga lima hari ke depan.

Jika melewati batas waktu itu, rasa dan teksturnya berubah. Virna pun tidak bisa menjualnya begitu saja.

Kekecewaan terasa semakin dalam saat perempuan berusia 35 tahun ini harus membuang gorengan-gorengan itu.

“Tantangan terbesarnya kalau dagangan sepi,” kata Virna.

Baca juga: Bagaimana Azis Bertahan dengan Penghasilan Rp 50.000 Per Hari sebagai Pedagang Starling?

Dimakan bersama keluarga

Selain itu, Zaenudin (42), seorang pedagang gorengan lainnya, mengungkapkan tantangan serupa. Dagangan yang tak terjual menjadi tantangannya.

“Ya, sebenarnya kalau laku enggak ada tantangan, tapi kalau enggak laku itu jadi tantangan,” kata Zaenudin.

Zaenudin menyadari bahwa tidak setiap hari dagangannya akan habis. Ia pun tak bisa memaksakan keadaan, dan akhirnya memilih untuk memakan gorengan yang tersisa.

“Cuma kan enggak bisa dipaksa, ya, udah dimakan aja,” ujar Zaenudin.

Baca juga: Perjuangan Zaenudin Hidup di Jakarta: 10 Tahun Memulung, Kini Jadi Pedagang Gorengan

Hari-hari yang penuh dengan harapan itu, perlahan berganti menjadi kenyataan yang pahit.

Para pedagang ini, yang hanya menginginkan sedikit keuntungan untuk bertahan hidup, terpaksa menelan kenyataan setiap kali sisa gorengan harus terbuang.

Namun, meski berulang kali menghadapi kegagalan, mereka tetap kembali, dengan harapan terjual habis dan gorengan yang terbuang akan menjadi kenangan.

(Reporter: Shinta Dwi Ayu | Editor: Abdul Haris Maulana)

Leave a comment