Informasi Terpercaya Masa Kini

Bambu-Bambu yang Enggan Jadi Pagar

0 6

Bambu-Bambu yang Enggan Jadi Pagar

Penduduk Kampung Ceria di pantai utara, damai sebagai nelayan sederhana. Laut adalah sahabat mereka, hingga suatu hari datanglah proyek besar bernama “Pagar Laut Nasional” yang katanya demi menjaga ekosistem. Pagar ini bukan pagar biasa; terbuat dari bambu-bambu kokoh yang katanya bisa menahan ombak, ikan, bahkan nelayan malas yang lupa mengangkat jaring.

Proyek itu mendadak ramai. Nelayan bingung, “Pagar ini buat apa? Apa laut jadi seperti kandang ayam?” gumam Pak Surip, nelayan senior. Tapi tak ada yang bisa melawan. Yang penting proyek jalan, katanya.

Para pekerja datang membawa bambu-bambu dari gunung. Bambu-bambu itu tampak kecewa. “Kenapa kami dibawa jauh-jauh ke pantai? Kami ini bambu gunung, bukan bambu pantai,” keluh si Bambu Tua yang sudah lama berdiri gagah di lereng bukit.

“Aku lebih cocok jadi tiang bendera di sekolah!” teriak si Bambu Kecil.

“Saya mau jadi kerajinan tangan, bukan pagar!” sambut yang lain.

Namun, mereka tetap dipasang menjadi pagar laut. Hari pertama pagar selesai, masyarakat desa justru makin bingung. Ombak tetap datang, ikan tak peduli dengan pagar, dan nelayan makin susah mencari rezeki.

“Coba pikir, apa ikan punya SIM? Mereka nggak bakal peduli ada pagar atau nggak,” kata Bu Yati, penjual gorengan yang biasa menghibur nelayan.

Sebulan berlalu, pagar itu mulai rusak. Ombak besar menghantamnya tanpa ampun. Nelayan malah makin kerepotan karena sisa-sisa bambu nyangkut di jaring mereka. Warga mulai protes, tapi seperti biasa, buzzer-buzzer dari kota mulai berdatangan di media sosial.

“Nelayan itu nggak tahu diri!” tulis akun anonim bernama @PahlawanPagar.

“Laut kan bukan milik nenek moyang kalian! Pagar itu investasi masa depan!” seru yang lain.

Yang lebih aneh, ada juga akun dengan nama @BambuBersuara yang menuduh nelayan merusak ekosistem laut karena tak mau merawat pagar.

“Aku rasa akun itu dibuat sama bambu-bambu yang nganggur,” bisik Pak Surip ke temannya.

Puncaknya terjadi ketika seorang anak kecil, Siti, bertanya polos, “Kenapa pagar laut bikin ayahku jadi nggak bisa cari ikan?”

Entah bagaimana, komentar Siti viral di media sosial. Ada yang mendukung, tapi banyak juga yang mencaci.

“Anak kecil kok ikut-ikutan ngomong politik?” tulis @KipasProyek.

Namun, keajaiban terjadi seminggu kemudian. Tiba-tiba, para bambu mulai bergerak sendiri!

“Cukup sudah! Kami ingin kembali ke gunung atau dijadikan hal lain yang lebih bermanfaat!” teriak si Bambu Tua sambil melompat dari posisinya di laut.

Dalam semalam, semua pagar bambu menghilang. Ternyata mereka berkumpul di balai desa.

“Kami menyerah jadi pagar laut. Silakan jadikan kami apa saja, asal bukan pagar lagi!” ujar si Bambu Kecil sambil meringis.

Warga desa pun setuju. Bambu-bambu itu akhirnya diubah menjadi berbagai kerajinan tangan, tiang bendera, bahkan gazebo di taman. Desa jadi makin ramai turis, dan para nelayan kembali melaut tanpa hambatan.

Proyek “Pagar Laut Nasional” pun akhirnya dianggap sukses… tapi bukan karena pagarnya, melainkan karena kreativitas warganya!

Leave a comment