Uniknya Tape Karak, Kudapan Tradisional Banyuwangi yang Dibuat dari Nasi Sisa
BANYUWANGI, KOMPAS.com – Suku Osing, suku asli Banyuwangi memiliki beragam kuliner yang kian menarik jika makin diulik, salah satunya tape karak.
Tape karak biasa disajikan masyarakat Lingkungan Cungking, Kelurahan Mojopanggung, Kecamatan Giri saat acara khusus.
Dihidangkan bersama jajanan tradisional lainnya dan disandingkan dengan teh hangat atau kopi.
“Tape karak berasal dari nasi sisa makan yang dijemur,” kata warga setempat, Wariah.
Baca juga: 11 Kuliner Khas Banyuwangi yang Wajib Dicoba
Setelah dipastikan kering, nasi direndam menggunakan air selama satu hari, untuk kemudian dimasak kembali seperti menanak nasi pada umumnya.
“Setelah itu nanti ada bumbunya, pakai ragi tape,” kata wanita berusia 70 tahun itu.
Jika dihitung, nasi tersebut butuh melewati proses fermentasi selama dua hari untuk bisa dihidangkan. Biasanya disajikan pada saat acara-acara adat.
“Ini jajanan turun temurun, dikonsumsi tiap acara khusus,” ucap Wariah.
Menurutnya, tak ada filosofi khusus dari makanan ini.
Namun, kudapan yang diyakini sudah ada sejak ratusan tahun dan merupakan jajanan para leluhur itu mengandung makna baik, yakni soal tidak membuang-buang makanan.
“Tidak ada arti khusus, ini memanfaatkan kembali yang ada supaya tidak mubazir makanan,” katanya.
Wariah menyampaikan, sejauh ini jajanan tersebut cukup mudah untuk ditemui di wilayahnya karena sering dihidangkan pada acara khusus adat.
“Gampang ditemukan kalau di masyarakat sini, kalau di pasar belum pernah menemukan, kebanyakan bikin sendiri,” ucap Wariah.
Baca juga: Berburu Sarapan Gecok, Kuliner Khas Sumbawa Murah Langganan ASN
Di Lingkungan Cungking, Kelurahan Mojopanggung, Kecamatan Giri, tape karak terkadang tersaji saat acara pembersihan makam buyut yang dilakukan setiap hari Kamis Kliwon.
“Buat sekitar 2 kilogram, nanti dibagikan ke masyarakat yang datang. Kalau acara-acara khusus biasanya 15 kilogram,” katanya.
Sementara itu, Winda, warga asal Kecamatan Kencong, Jember yang menjajal tape karak menilai, olahan yang dibungkus daun pisang tersebut memiliki rasa asam yang unik.
“Tampilannya sangat tradisional sekali. Rasa asamnya unik, agak berbeda dengan tape pada umumnya,” ucapnya.