Informasi Terpercaya Masa Kini

Komentari Ledakan Drone di Tel Aviv,Pemimpin Oposisi Israel Nilai Netanyahu Tak Mampu Beri Keamanan

0 18

TRIBUNNEWS.COM – Ledakan pesawat tak berawak atau drone yang terjadi di Tel Aviv, Israel, menyebabkan 10 orang terluka dan satu orang tewas, Jumat (19/7/2024) pagi waktu setempat.

Serangan udara itu menggelegar di jalan-jalan dan menyebabkan serpihan-serpihan peluru jatuh dan meninggalkan radius ledakan yang besar.

Politisi oposisi Israel, Yair Lapid, menanggapi serangan pesawat tak berawak tersebut.

Menurutnya, pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak mampu memberikan keamanan pada warga Israel.

“Bukti lebih lanjut bahwa pemerintah ini tidak mengetahui dan tidak dapat memberikan keamanan kepada warga Israel,” kata Yair Lapid, Jumat, dikutip dari Al Jazeera.

“Mereka yang kehilangan daya tangkal di utara dan selatan juga kehilangannya di jantung kota Tel Aviv.”

“Tidak ada kebijakan, tidak ada rencana, semua hubungan masyarakat dan diskusi tentang diri mereka sendiri. Mereka (pemerintah) harus pergi,” papar Pemimpin Partai Yesh Atid yang berhaluan tengah itu.

Houthi Yaman Klaim Serangan

Pemberontak Houthi Yaman pada Jumat mengaku bertanggung jawab atas ledakan pesawat tak berawak di Tel Aviv.

Kelompok Houthi telah berulang kali meluncurkan pesawat nirawak dan rudal ke Israel selama perang yang berlangsung selama sembilan bulan, sebagai bentuk simpati kepada Hamas.

Namun hingga hari Jumat, semua pesawat itu dicegat oleh Israel atau sekutu Barat yang memiliki pasukan yang ditempatkan di wilayah tersebut.

Baca juga: Houthi Ancam Israel, Siap Perluas Operasi di Samudra Hindia dan Mediterania

Dilansir AP News, kelompok itu memuji kemampuan pesawat tak berawak tersebut untuk menerobos pertahanan udara Israel.

Mereka bertujuan untuk mencapai wilayah terdalam Israel sebagai respons terhadap perang di Gaza antara Israel dan militan Hamas, yang kini telah memasuki bulan kesembilan.

Serangan Houthi terjadi beberapa jam setelah militer Israel mengonfirmasi bahwa salah satu serangan udaranya telah menewaskan seorang komandan Hizbullah dan militan lainnya di Lebanon selatan.

Israel sejauh ini belum melancarkan serangan terhadap Houthi, sehingga sekutunya dapat memimpin.

Sementara, Israel memfokuskan upayanya pada perang di Gaza dan pertempuran yang sedang berlangsung dengan kelompok militan Hizbullah Lebanon.

Hal ini terjadi saat mediator internasional terus berharap akan tercapainya kesepakatan gencatan senjata, yang mendorong Israel dan Hamas menuju kesepakatan bertahap yang akan menghentikan pertempuran dan membebaskan sekitar 120 sandera yang ditawan oleh kelompok militan tersebut di Gaza.

Prospek kesepakatan dapat membaik karena para pemimpin Israel mengisyaratkan operasi mereka yang sedang berlangsung di Rafah hampir selesai.

Di sisi lain, Israel memiliki sistem pertahanan udara berlapis-lapis, yang mampu mencegat berbagai ancaman mulai dari rudal balistik jarak jauh hingga pesawat nirawak dan rudal jarak pendek.

Sistem ini telah mencegat ribuan proyektil selama perang.

Namun, para pejabat memperingatkan bahwa sistem ini tidak 100 persen efektif, dan sistem tersebut tampaknya kesulitan menghadapi pesawat nirawak serang yang kecil dan sulit dideteksi.

Baca juga: Ledakan Besar Guncang Tel Aviv Israel, 1 Orang Tewas dan 10 Lainnya Luka, Patroli Udara Ditingkatkan

Seperti Hamas, Hizbullah dan Houthi didukung oleh musuh bebuyutan Israel, Iran.

Israel sebagian besar juga menghindari konfrontasi langsung dengan Iran selama perang.

Iran meluncurkan ratusan pesawat nirawak dan rudal ke Israel dalam satu insiden pada bulan April sebagai tanggapan atas dugaan pembunuhan Israel terhadap dua jenderal Iran di Suriah pada saat itu.

Update Perang Israel-Hamas

Tentara Israel mengebom tempat penampungan sekolah kesembilannya di Jalur Gaza dalam beberapa hari terakhir, kali ini di Kota Gaza.

Serangan itu menewaskan sedikitnya dua warga Palestina yang berlindung di sana bersama pengungsi internal lainnya.

Koresponden Al Jazeera melaporkan bahwa lima orang tewas ketika tentara Israel menembaki sebuah rumah di kamp pengungsi Bureij di Jalur Gaza bagian tengah.

Serangan itu diikuti oleh penembakan yang menewaskan sedikitnya lima orang di kamp pengungsi Nuseirat di dekatnya.

Serangan Israel menewaskan komandan Hizbullah kedua dalam 24 jam, menurut pernyataan dari kelompok Lebanon dan tentara Israel.

Israel juga membunuh seorang komandan senior kelompok bersenjata sekutu Hamas di Lebanon pada hari terakhir.

Israel telah mengurangi 94 persen jumlah air yang tersedia di Gaza, “menciptakan bencana kesehatan yang mematikan”, menurut laporan Oxfam.

Baca juga: Israel Disebut Gunakan Air sebagai Senjata Perang Gaza, Rendahkan Martabat Manusia, Ancam Kehidupan

Militer Israel telah mengebom sebuah rumah di daerah Blok C kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah, menewaskan sedikitnya lima orang, termasuk anak-anak.

Satu orang tewas dan beberapa lainnya terluka setelah diduga terjadi serangan pesawat tak berawak di kota Tel Aviv, Israel, yang diklaim oleh kelompok Houthi yang bermarkas di Yaman.

Francesca Albanese, pelapor khusus PBB untuk situasi hak asasi manusia di wilayah Palestina yang diduduki, telah turut menyuarakan seruan agar Israel dicopot dari PBB.

Ketua DPR AS Mike Johnson mengatakan bahwa siapa pun yang mencoba mengganggu pidato yang akan disampaikan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada sidang gabungan Kongres pada tanggal 24 Juli dapat ditangkap.

Setidaknya 38.848 orang tewas dan 89.459 orang terluka dalam perang Israel di Gaza.

Jumlah korban tewas di Israel akibat serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober diperkirakan mencapai 1.139, dengan puluhan orang masih ditawan di Gaza.

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

Leave a comment