Informasi Terpercaya Masa Kini

Siasat Anak Kos Supaya Gaji Fresh Grad Tak Cuma Numpang Lewat

0 4

Bagi saya, menjadi anak kos itu bukanlah hal baru. Di bangku SMA, saya sudah merasakan jadi anak kos. Lalu, berlanjut saat kuliah. 

Jadi, ketika saya mendapatkan pekerjaan di Jakarta dan akan kembali menjadi anak kos, saya cukup percaya diri. 

Namun, ternyata menjadi anak kos di Jakarta dengan mengandalkan gaji fresh grad itu tidak sesederhana kelihatannya. Perlu siasat khusus agar gaji tak sekadar numpang lewat.

Cuci Baju Sendiri

Saat SMA dan kuliah, baju kotor sehari-hari biasa saya masukkan laundry atau bawa pulang ke rumah. Di rumah, baju-baju itu akan dicuci menggunakan mesin cuci, lalu dibawa ke laundry untuk disetrika. 

Baju yang sudah bersih dan rapi tinggal diangkut lagi ke kos. Ini bisa dilakukan karena jarak rumah dan tempat kos yang masih sangat bisa dijangkau dengan perjalanan mengendarai sepeda motor. Dan saya memang biasa bolak-balik kos-rumah setidaknya seminggu sekali.

Nah, saat ngekos di Jakarta, tentu lain cerita. Karena tidak lagi bisa bolak-balik, saya tentu harus mengurus baju kotor sendiri. 

Awal-awal, saya hanya mencuci pakaian dalam dan sisanya saya masukkan laundry. Rupanya ongkos laundry di Jakarta amat mahal. Bisa 3-4 kali lipat lebih mahal (bahkan lebih) dari ongkos laundry di daerah. 

Kepala pening sekali karena pengeluaran untuk cucian saja besar sekali.

Saya ingin mencuci sendiri, tetapi kos yang saya tempati kebetulan tidak memiliki area jemur baju.

 Jemur pakaian dalam saja di dalam toilet (yang sempit dan sirkulasi udaranya tidak bagus-bagus amat). Kebayang, kan, itu pakaian dalam perlu kering berapa lama. Gimana kalau dipakai buat jemur baju? Tidak ada harapan.

Jadi, pelajaran pertama biar gaji bulanan selamat, cuci baju sendiri biar hemat. Biar bisa cuci baju dengan nyaman, pastikan untuk memilih kos yang punya area jemur.

Pakai Transportasi Umum

Pemilihan kos ternyata sangat krusial untuk menyelamatkan keuangan. Bukan hanya supaya bisa cuci baju sendiri, tetapi juga agar bisa ke mana-mana pakai transportasi umum.

Di Jakarta ada beberapa pilihan transportasi umum yang jauh lebih terjangkau daripada transportasi online. Misalnya angkot mikrotrans atau yang sering disebut juga dengan “Jaklingko”.

Rutenya ada banyak dan kita hanya perlu tap kartu uang elektronik dengan ongkos 0,-. Lalu, ada pula Transjakarta, KRL, MRT, dan LRT.

Kalau kos kita berada di wilayah yang strategis, misalnya jarak ke bus stop bisa ditempuh dengan jalan kaki, tentu pengeluaran untuk transportasi PP ke kantor dan jalan-jalan di akhir pekan bisa ditekan.

Masak Nasi

Sudah jadi rahasia umum kalau harga makanan di Jakarta itu mahal. 

Makanan murah tetap ada. Namun, “murah”-nya Jakarta tetap tidak bisa dibandingkan bahkan dengan harga standarnya daerah tempat saya kuliah, yaitu Solo. 

Nah, karena kita perlu makan 2-3 kali sehari, budget untuk makan ini tidak boleh diabaikan. 

Supaya pengeluaran untuk makan tidak terlalu besar, tetapi nggak repot-repot amat (apalagi kalau di kos tidak ada kulkas dan dapur yang layak) kita bisa masak nasi sendiri, lalu beli lauk dan sayur di warung seperti warteg. 

Tidak harus setiap hari, karena pasti ada bosannya. Namun, dari sekian banyak waktu makan, kalau sebagiannya kita pakai cara ini perbedaan pengeluaran untuk makan tiap bulannya pasti lumayan.

Mau Coba dan Nggak Malas

Cuci baju sendiri, naik transportasi umum, masak nasi sendiri, dan cari kosan yang mendukung tentu tidak gampang. Perlu effort yang besar.

Tentu kita tidak perlu repot-repot melakukannya kalau gaji bulanan kita besar, masih ada sponsor alias kiriman uang seperti dari orang tua, atau kita punya kesibukan lain yang apabila dihitung-hitung lebih worth.

Misalnya, daripada waktu sejam digunakan untuk mencuci baju, mending bajunya di-laundry, dan waktunya bisa kita gunakan untuk bekerja sampingan yang menghasilkan uang jauh lebih besar dari ongkos laundry-an kita. 

Namun, kalau tiap bulannya kita masih terseok-seok dan hidup paycheck to paycheck, maka menurut saya tidak ada alasan untuk tidak “effort” melakukan itu semua. 

Dengan “effort” itu, pengeluaran bisa ditekan, sehingga ada sebagian gaji yang bisa dialokasikan untuk ditabung demi menggapai berbagai tujuan. 

Tentu ini tidak mudah, tetapi namanya juga masih merintis. Nanti akan ada waktunya kehidupan jadi lebih baik apabila kita tidak menyerah mengusahakannya. 

Kalau kamu juga punya siasat lain untuk berhemat biar gaji nggak sekadar numpang lewat, boleh bagi-bagi di kolom komentar, ya! 

Terima kasih sudah membaca sampai habis.

Leave a comment