Tingkatkan Kualitas Hidup dengan “Slow Living”, Apa Itu?
KOMPAS.com – Dalam kondisi dunia yang dituntut serba cepat, gaya hidup slow living menjadi alternatif bagi mereka yang tidak suka terburu-buru dan lebih nyaman melakukan sesuatu secara perlahan.
Perkembangan teknologi dan budaya konsumsi telah menciptakan ritme kehidupan yang serba instan, namun sering kali tanpa memperhatikan prioritas esensial.
Kondisi tersebut melahirkan gerakan, seperti slow living, yang mengajak manusia untuk hidup lebih sadar, memperlambat langkah, dan kembali pada prioritas penting.
Lantas, seperti apa gaya hidup slow living?
Baca juga: 3 Penyebab KIP Kuliah Dicabut, Termasuk Gaya Hidup Mewah
Apa itu gaya hidup slow living?
Slow living adalah gaya hidup yang menekankan pada kehidupan yang lebih sederhana, santai, dan lebih sadar akan waktu dan lingkungan sekitar.
Dilansir dari laman Verywell Mind, slow living sering digambarkan sebagai seni menjalani hidup dengan “kecepatan” santai, meluangkan waktu dan bertindak lebih sadar.
Slow living bukan hanya soal menata hidup dan menghabiskan waktu, tetapi juga tentang cara menghubungkan waktu dengan berbagai hal dalam hidup secara berkualitas.
Artinya, tidak hanya sibuk dengan pekerjaan, Anda juga dapat mengambil waktu untuk menikmati kegiatan sehari-hari, berolahraga, atau menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman.
Baca juga: Sejarah dan Efek YOLO, Gaya Hidup yang Populer di Era Milenial
Meski demikian, tuntutan karier dan kenyataan finansial dapat mengalahkan keinginan untuk menjalani slow living bagi banyak orang.
Pada dasarnya, sebagian besar masyarakat tidak mungkin mengubah hidup dengan menjalani gaya hidup slow living sepenuhnya.
Bagi mereka yang bekerja di lingkungan sibuk dengan tenggat waktu yang mendesak, akan lebih sulit untuk menjalaninya.
Cobalah untuk memperhatikan kebiasaan-kebiasaan kecil yang Anda lakukan setiap hari, bukan hanya fokus pada pekerjaan. Kebiasaan-kebiasaan itu dapat membantu meringankan laju hidup Anda secara umum.
Baca juga: Ramai soal Anggapan Anak Bikin Cepat Tua, Gaya Hidup Childfree atau Fobia?
Seperti apa contoh gaya hidup slow living?
Slow living cenderung menekankan pada kualitas hidup yang lebih baik daripada kuantitas, serta mendorong kesadaran akan lingkungan sekitar.
Slow living juga mendorong kesadaran akan lingkungan sekitar dan berusaha mengurangi dampak negatif pada lingkungan dengan mengadopsi praktek yang lebih berkelanjutan.
Dikutip dari laman Kompas.com (19/5/2023), berikut adalah beberapa contoh praktek slow living, yaitu:
- Mengurangi konsumsi dan berusaha membeli barang-barang berkualitas yang lebih tahan lama.
- Mengurangi penggunaan teknologi dan media sosial untuk mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan mental.
- Memasak dan menikmati makanan secara perlahan dengan kesadaran akan bahan makanan yang digunakan.
- Berjalan kaki atau bersepeda untuk bepergian dan melakukan aktivitas sehari-hari.
- Berlibur dengan cara yang lebih santai dan menghindari turisme massa.
Baca juga: Cara Menyeimbangkan Gaya Hidup dan Pekerjaan ala Milenial
Nah, gaya hidup slow living dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Itu karena Anda dilatih untuk lebih berhati-hati dalam cara menghabiskan waktu, menghadapi tekanan, dan menjalani kehidupan yang serba cepat.
Terkadang, ritme hidup yang serba cepat menimbulkan stres dan kelelahan. Kondisi tersebut dapat memengaruhi kesehatan termasuk sakit kepala, masalah tidur, depresi, hingga kecemasan.
Sehingga, gaya hidup slow living tidak hanya lebih menenangkan, tetapi juga dapat memberikan manfaat bagi kesehatan seseorang secara keseluruhan.