Informasi Terpercaya Masa Kini

Menerima Pasangan Apa Adanya: Seni Mencintai Tanpa Ekspektasi Yang Berlebihan

0 3

Standar orang lain hanyalah ilusi. Kamu tahu apa yang terbaik untuk dirimu dan pasanganmu ketika kamu berani mengevaluasi diri dan tidak membiarkan ekspektasi merenggut kebahagiaanmu. 

Pernah nggak sih kamu merasa ekspektasi dalam hubungan malah bikin segalanya menjadi berat? Apalagi jika ekspektasi itu datang dari standar media sosial atau ‘kata orang’. Belakangan ini, media sosial seperti ‘arena’ untuk menuntut pasangan menjadi sempurna, harus diperlakukan layaknya king atau queen. 

Siapa yang nggak ingin dimanja atau diperlakukan spesial? 

Namun, yang jadi pertanyaanya. Apakah ekspektasi tinggi ini realistis? Atau justru bikin hubungan jadi berat sebelah?

Faktanya, fenomena seperti ini tanpa kita sadari bisa menjadi salah satu penyebab rusaknya sebuah hubungan. Banyak pasangan yang gagal membina hubungan jangka panjang karena tuntutan dari pasangannya. Ada yang ditinggal menikah, atau bahkan diselingkuhi. Jika kamu termasuk salah satu yang merasa gagal dalam membina hubungan, mungkin kamu masih belum menemukan cara untuk menerapkan hubungan yang sehat dan realistis.

Berikut ini beberapa tips yang saya rangkum dari pengalaman pribadi dan cerita orang-orang di sekitar saya, semoga bisa membantu.

1. Fokus pada Hal Positif Yang Ada Pada Pasanganmu

Setiap manusia pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, dan itu juga berlaku untuk pasanganmu. Alih-alih menghakimi atau fokus pada kekurangannya, cobalah untuk selalu mengingat kebaikan-kebaikan kecil yang dia lakukan. Misalnya, mungkin doi jarang memberimu bunga atau membelikan barang yang kamu suka, tetapi dia justru selalu memastikan keselamatanmu dengan mengantarmu pulang dengan selamat, atau selalu meminta izin kepada keluargamu setiap kali mengajakmu jalan-jalan.

“Pasangan yang baik mungkin tidak selalu memberi apa yang kamu inginkan, tapi dia selalu mengusahakan apa yang kamu butuhkan.”

2. Sadari Bahwa Semua Orang Punya Kekurangan

Selalu ingat bahwa kamu pun memiliki kekurangan. Jika pasanganmu bisa menerima kekuranganmu, kenapa kamu tidak bisa melakukan hal yang sama?

Kamu bisa membuat daftar kekurangan yang bisa kamu toleransi dan yang tidak bisa kamu terima dari pasanganmu. Misalnya, Kamu bisa mentoleransi beberapa sifat pasangan, seperti pelupa atau keterlambatan waktu, sifat yang cenderung kaku atau sulit berkomunikasi, hobi-hobi yang mungkin tidak kamu sukai, atau perbedaan karakter seperti introvert dan ekstrovert. Kebiasaan kecil yang mengganggu, seperti mendengkur, tertawa keras, atau bahkan kebiasaan boros.

Begitu juga sebaliknya, jangan menerima pasangan yang sifatnya tidak bisa kamu terima. Misalnya, memiliki kebiasaan selingkuh, kasar baik secara lisan maupun fisik, tukang judi, sering menyewa PSK, pemabuk berat, dan pemalas, dalam artian tidak bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan pekerjaannya, harus selalu dilayani bahkan untuk masalah sepele.

“Cinta bukan tentang menemukan seseorang yang sempurna, tetapi tentang melihat ketidaksempurnaan mereka dengan cara yang sempurna. Namun, jangan terlalu dibutakan oleh cinta, kamu juga harus punya boundaries dalam menjalin hubungan dengan seseorang”

3. Komunikasi yang Jujur dan Terbuka

Salah satu tantangan dalam menjalin hubungan yang sehat adalah membangun komunikasi yang terbuka dan jujur. Jangan ragu untuk menyampaikan harapan atau perasaanmu dengan pasangan, kamu bisa melakukannya dengan cara yang lembut, bukan menuntut.

Jika pasanganmu mulai membahas masalah pribadinya, jadilah pendengar yang baik dan berikan solusi tanpa menyinggung perasaannya. Namun, jika dia masih belum membutuhkan saran, cukup dengarkan saja, dan pastikan dia tahu bahwa kamu selalu ada untuknya saat dia membutuhkan bantuan.

“Hubungan yang sehat dibangun di atas dua fondasi: kejujuran dalam berbicara dan ketulusan dalam mendengarkan.”

4. Berhenti Membandingkan Doi Dengan Orang Lain

Fokuslah pada hubunganmu sendiri, karena setiap orang memiliki tantangan tersendiri dalam mempertahankan hubungan mereka. Jangan pernah membandingkan pasanganmu dengan orang lain atau mengikuti standar yang ada di media sosial. Kamu tidak tahu apa saja yang mereka sembunyikan hanya untuk terlihat bahagia. Yang perlu kamu fokuskan adalah hubungan yang sedang kamu jalani. Belajarlah untuk bersyukur dengan apa yang sudah kamu miliki.

Jika kamu butuh saran tentang hubunganmu, carilah orang yang benar-benar netral dan bisa memberikan solusi tanpa memihak. Orang tersebut bisa dari seseorang yang kamu percayai, atau bahkan psikolog jika kamu memiliki anggaran lebih. Yang penting, pastikan orang yang memberikan saran bisa melihat masalahmu secara objektif.

“Setiap hubungan itu unik. Apa yang kita punya adalah milik kita, bukan orang lain.”

5. Bedakan Effort dan Bare Minimum

cukup aneh tapi nyata, banyak orang yang masih belum tahu perbedaan antara effort dan bare minimum. Ini sering menjadi salah satu penyebab ekspektasi yang terlalu tinggi dalam hubungan. Masalahnya, jika kamu tidak bisa membedakan antara keduanya, kamu bisa saja menuntut pasanganmu terlalu sering tanpa mengapresiasi setiap usaha yang mereka lakukan. Padahal, setiap orang perlu merasa dihargai atas usahanya, meski itu hal yang kecil. Perasaan dihargai dan diakui sangat penting dalam menjaga keseimbangan hubungan.

“Dengan memahami perbedaan antara effort dan bare minimum, kamu akan tahu mana yang patut diapresiasi dan mana yang seharusnya dilakukan bersama untuk membangun hubungan yang sehat.”

6. Rayakan Usahanya Meski Tidak Seperti Yang Diharapkan

Belajarlah mengapresiasi setiap usaha yang pasanganmu lakukan, meski hasilnya tidak selalu sesuai dengan harapanmu. Ingat, dia bukan ‘cenayang’ yang bisa membaca pikiranmu. Yang penting, dia sudah berusaha sebaik mungkin. Misalnya, dia memberimu hadiah yang ternyata kamu kurang suka, tidak masalah, tetap apresiasi dan hargai pemberiannya. Jika kamu tidak ingin itu terjadi lagi, belajarlah untuk menyampaikan keinginanmu dengan jelas. Jangan khawatir jika nanti tidak terasa seperti kejutan karena kamu tetap bisa menyampaikan keinginanmu seminggu sebelum hari H.

“Komunikasi yang terbuka adalah kunci. Jangan berharap pasanganmu membaca pikiranmu jika kamu tidak berani menyuarakan isi hatimu.”

7. Tetapkan Batasan Ekspektasi yang Realistis

Ekspektasi yang terlalu tinggi sering kali bikin kita kecewa. Tanyakan ke diri sendiri: “Apakah ini wajar untuk aku harapkan?” Misalnya, banyak orang yang mengharapkan pasangan mereka harus sempurna dalam segala hal, baik dari segi pendidikan, penghasilan, maupun status sosial. Padahal, jika mereka dihadapkan pada hal yang sama, belum tentu mereka juga bisa mencapainya. Kenyataannya, setiap individu memiliki perjalanan hidup yang berbeda-beda.

Contoh lainnya adalah mengharapkan pasangan untuk selalu memberi perhatian penuh tanpa mempertimbangkan kesibukan atau situasi yang mungkin mereka hadapi. Alih-alih menuntut perhatian terus-menerus, lebih baik belajar untuk saling memahami kebutuhan dan batasan masing-masing.

Fokuslah pada kualitas hubungan, saling mendukung, dan berkembang bersama, bukan pada standar yang mungkin tidak realistis atau berfokus pada hal-hal di luar kendali pasangan.

“Batasan yang realistis dalam hubungan bukan tentang membatasi cinta, tapi tentang menghargai ruang untuk tumbuh dan saling memahami.”

8. Selalu Ingat Tujuan Utama Hubungan

Hampir semua orang pasti pernah mendoakan agar ‘crush’ mereka menjadi pasangan hidupnya. Ingat, saat kamu berdoa dan memohon untuk bersama seseorang, kamu harus siap menerima segala konsekuensi dari doa itu. Jangan karena pasanganmu tidak memenuhi ekspektasi, lalu kamu memilih untuk meninggalkannya. Jika Tuhan mengabulkan doamu untuk bersamanya, bisa jadi dia memang yang terbaik untukmu. Dan jika dia hadir bukan dari doa kamu, tetap pahami tujuanmu membina hubungan dengannya. Ingat, hubungan itu bukan tentang mencari kesempurnaan, tapi tentang tumbuh bersama.

“Setiap hubungan pasti punya sisi positif dan negatif, tapi yang membuatnya berarti adalah komitmen untuk tetap maju bersama meskipun ada banyak rintangan.”

Saya paham, banyak orang mulai menggunakan standar dari media sosial karena mungkin mereka sudah pernah gagal dalam membina hubungan. Standar itu dibuat agar kesalahan yang sama tidak terulang lagi. Namun, tanpa disadari, standar tersebut bisa menjadi red flag, baik bagi diri sendiri maupun orang lain jika standar yang dianut terlalu tinggi dan tidak diiringi dengan introspeksi diri. Ingat, penilaian bukan hanya datang dari kamu saja, tetapi dari orang lain juga.

Banyak orang yang berusaha membangun hubungan dengan menerapkan standar tertentu, namun kenyataannya, tidak semua dari mereka berhasil. Kenapa? Karena setiap orang memiliki karakter yang berbeda, dan kamu tidak bisa menyamaratakan semuanya dengan standar yang ada. Bahkan, hubungan yang awalnya adem ayem bisa menjadi berantakan hanya karena salah satu dari pasangan terlalu mengikuti standar-standar tersebut.

Mulai sekarang, berhentilah mengikuti standar dari orang lain dan fokuslah pada perkembangan hubunganmu sendiri. “Kamu yang paling tahu apa yang terbaik buat kamu dan pasanganmu”. Semoga tulisan ini bisa membantu kamu membangun hubungan yang lebih sehat dan realistis.

Leave a comment