7 Cara Bijak Orang Tua Menghadapi Anak Bicara Kotor

Ketika anak berbicara kotor sebaiknya orang tua segera mengambil langkah bijak untuk introspeksi diri, evaluasi, serta memperbaiki pola pengasuhannya.

Pernahkah Ayah atau Bunda menjumpai seorang anak berbicara kotor atau tidak pantas, kemudian orangtuanya merespon dengan mencubit atau menyebutnya anak yang nakal?

Atau sebaliknya, justru orangtua malah membiarkan anak tersebut sembari mengatakan "namanya juga anak kecil".

Nampaknya kedua kondisi tersebut menjadi pemandangan yang umum terjadi di balik pola pengasuhan orang tua yang beragam. Namun, perlu diingat oleh para orang tua bahwa pola pengasuhan pun mengalami "pembaharuan" dan penyesuaian seiring berkembangnya zaman.

Sebagai contoh pada orang tua milenial, jangan samakan pola asuh orang tua kita pada zaman dahulu dengan sekarang. Dimana teknologi masa kini mengalami perkembangan yang begitu pesat.

Inilah pentingnya orang tua mendidik anak sesuai dengan zamannya. Agar orang tua mampu memandang sebuah persoalan misalnya pada proses pengasuhan untuk menyikapinya secara universal atau global.

Salah satu contoh yang penulis sebutkan di awal tadi berkaitan dengan bagaimana sebaiknya orang tua secara bijak menghadapi anaknya yang berbicara kotor. Hal demikian dimaksudkan agar orang tua tidak lantas buru-buru melabeli anak dengan sebutan nakal atau julukan negatif lainnya.

Bukan berarti pula orang tua membiarkan perilaku negatif pada anak tersebut. Ingat bahwa perilaku tersebut akan menjadi sebuah persoalan berat manakala orang tua tidak dengan sigap mengatasinya.

Adapun persoalan tersebut apabila dibiarkan berlarut dapat berdampak pada psikologis anak seperti mudah marah, mudah tersinggung, mudah terganggu, bahkan hingga timbul rasa dendam. Selain itu, timbulnya perilaku yang tidak sopan serta terkikisnya nilai moral pada anak karena ia tidak merasa bersalah jika melontarkan kata-kata kotor pada seseorang.

Penyebab Anak Bicara Kotor

Perkataan kotor yang diucapkan anak pada umumnya dijumpai berupa berbagai nama binatang, kata-kata jorok, omongan tidak sesuai umur, hingga panggilan kepada orang lain dengan sebutan tidak sopan.

Adapun faktor yang melatarbelakangi anak berbicara kotor diantaranya terdapat 2 faktor yaitu faktor internal (dari dalam) dan faktor eksternal (dari luar).

1. Faktor Internal.

Pertama, keinginan anak untuk mencari perhatian dan sensasi. Di balik usianya yang memiliki daya rasa ingin tahu yang tinggi, tersimpan keinginan anak yang ingin diperhatikan. Anak senang apabila diperhatikan walau cara yang ia gunakan tidak tepat atau tidak semestinya termasuk berbicara kotor.

Kedua, kontrol emosi yang belum baik. Anak memiliki kemampuan mengelola emosi yang belum stabil. Oleh sebab itu, terkadang ia belajar sesuatu melalui sebab akibat suatu peristiwa. Sebagai contoh, ketika anak melontarkan kata-kata kotor, maka respon atau reaksi orang lain yang ada di sekitarnya lah yang ia tunggu. Dari situlah anak belajar.

2. Faktor Eksternal.

Pertama, keluarga. Perilaku negatif anak bisa bersumber dari kebiasan-kebiasaan yang ia terima di dalam rumah. Misalnya, bagaimana cara atau gaya atau pemilihan bahasa dalam berkomunikasi yang diterapkan orang tuanya di rumah.

Kedua, lingkungan tempat tinggal. Adapun lingkungan tersebut meliputi masyarakat yang tinggal di sekitar rumah yang memiliki peran penting dalam pembentukan karakter atau perilaku anak. Mengingat lingkungan sosial adalah rumah kedua setelah rumah utama anak.

Ketiga, teman sepergaulan. Di sekolah misalnya, anak memiliki teman dengan berbagai macam karakter sehingga hal demikian memungkinkan memengaruhi perilaku anak. Demikian pula teman sepergaulan anak yang bukan dari sekolah misalnya anak para tetangga yang biasa diajak main bersama.

Keempat, tontonan. Sungguh hal yang sangat mudah di masa kini bagi anak untuk mengakses berbagai informasi dari ruang digital salah satunya media sosial. Berbagai situs jejaring sosial menyuguhkan konten-konten "menarik" sehingga menimbulkan ketertarikan pada anak untuk menirunya.

Cara Bijak Orang Tua Mengatasinya

Berikut penulis sampaikan beberapa cara bijak yang bisa ditempuh orang tua dalam menghadapi anak yang berbicara kotor, antara lain :

1. Tetap tenang.

Jika ayah atau bunda mendapati buah hati berbicara kotor, maka respon awal yang sebaiknya diberikan adalah tetap tenang dan tidak panik. Tidak langsung memberikan reaksi berupa amarah. Mengingat yang orang tua hadapi adalah seorang anak kecil yang pengetahuannya masih sangat terbatas bahkan belum mengerti apa-apa.

2. Mencari tahu penyebabnya.

Pada bagian ini adalah fase dimana orang tua untuk introspeksi diri, mengevaluasi pola pengasuhan selama ini, serta memperbaikinya berdasarkan pada faktor internal dan internal yang telah penulis sampaikan di atas.

Dari serangkaian fase tersebut orang tua diharapkan menemukan sebab musabab perilaku negatif yang terjadi pada buah hatinya. Sebab, terkadang dalam hati orang tua merasa bahwa mereka sudah mendidik dan mengajarkan kebaikan kepada buah hatinya dengan sepenuh jiwa dan raga.

3. Beri pengarahan.

Saat kondisi sudah tenang, orang tua dapat memberikan pengarahan kepada anak melalui nasihat. Adapun nasihat tersebut dapat berupa penjelasan arti dari kata-kata kotor yang ia lontarkan. Sampaikan kepada anak bahwa kata tersebut buruk, tidak santun, tidak enak didengar, membuat orang lain merasa tidak nyaman, dan bahkan dapat membuat sakit hati orang yang mendengarnya.

4. Memberikan pantauan secara berkala.

Misalnya pada lingkup sekolah, ketika anak melontarkan kata-kata kotor terhadap teman sebaya atau gurunya, maka langkah pertama yang harus ditempuh adalah kerja sama yang baik antara guru dan orang tua. Kerja sama tersebut meliputi komunikasi yang baik, visi dan misi pengasuhan serta pendidikan yang sama, dan sebagainya.

Hal demikian sebagai salah satu contoh tindakan pengawasan terhadap lingkungan pergaulan anak.

5. Membatasi screen time.

Orang tua masa kini dihadapkan pada tantangan era digital dimana aktivitas screen time pada anak menjadi sebuah hal yang wajar. Namun, di balik kewajaran tersebut sebaiknya orang tua senantiasa bijak dalam memberikan durasi waktu screen time terhadap anak setiap harinya. Bahkan, hendaknya orang tua membersamai buah hatinya saat aktivitas tersebut.

Hal demikian tidak terlepas dari apa yang anak ucapkan sesuai dengan apa yang sering anak lihat, salah satunya tontonan pada aktivitas screen time tersebut. Oleh sebab itu, agar anak tidak terlena dan kecanduan terhadap waktu layar, maka sebaiknya orang tua membatasi penggunaan serta menyaring tontonan agar terhindar dari konten-konten negatif.

6. Membuat kesepakatan

Kesepakatan yang dimaksud bukan sebuah ancaman, melainkan sebuah sanksi atau hukuman yang bersifat mendidik. Misalnya, orang tua dan anak membuat kesepakatan penggunaan kata-kata baik setiap hari. Namun, apabila anak secara reflek mengucapkan kata-kata kotor baik disengaja maupun tidak, maka sebaiknya orang tua memberikan sanksi kepada anak.

Sanksi tersebut salah satunya dapat berupa anak sama sekali tidak diperbolehkan screen time dalam waktu sehari baik itu menonton televisi maupun HP. Selanjutnya, ajarkan anak untuk meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya.

Satu hal yang perlu orang tua perhatikan adalah buat kesepakatan tersebut dengan cara kreatif dan menyenangkan. Komunikasikan dengan penuh kasih sayang dan kelembutan agar anak senantiasa merasa nyaman.

7. Memberi contoh yang baik.

Agar anak memiliki tutur kata yang baik dan tidak kotor, maka orang tua bisa memulainya dari rumah. Keluarga sebagai lingkup sosialisasi terkecil bagi anak, maka sebaiknya orang tua memberikan sebuah keteladanan. Dalam membangun komunikasi bersama keluarga hendaknya menghindari caci maki, olokan, dan ejekan.

Sebagai figur orang tua sebaiknya memberikan contoh melalui perkataan yang lembut, sejuk, dan indah didengarkan. Mengingat anak akan meniru yang paling sering didengarnya. Dalam usianya yang masih belia, anak bisanya meniru tanpa pikir panjang.

***

Demikianlah beberapa cara bijak orang tua dalam menghadapi buah hatinya yang berbicara kotor. Sebagai tugas orang tua dalam proses pengasuhannya adalah memperbaiki, membina, dan memberikan keteladanan sebaik-baiknya terhadap anak.

Mengubah perilaku anak dari tidak baik menjadi baik memang tidaklah membutuhkan waktu yang singkat. Hal demikian dibutuhkan kesabaran dan kemantapan niat dalam hati melalui kebiasaan-kebiasaan baik dalam pengasuhan. Semoga setiap orang tua dimampukan dalam mendidik putra-putrinya seiring dengan perkembangan zaman untuk menjadi generasi yang berakhlak mulia. Amin.

Semoga bermanfaat.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow