5 Penyebab Utama yang Membuat Pernikahan Renggang Menurut Psikolog

Setiap hubungan pernikahan memiliki dinamika, ada kalanya pasangan merasa renggang. Tapi, bukan berarti kondisi itu tak bisa diprediksi. Ketahui yuk, alasannya!

5 Penyebab Utama yang Membuat Pernikahan Renggang Menurut Psikolog

Pernikahan merupakan sebuah ikatan suci yang diharapkan mampu bertahan selamanya. Namun, ada kalanya dinamika hidup membawa pernikahan dan pasangan menjadi renggang. Apa penyebab pernikahan renggang menurut psikolog?

Membangun dan memelihara pernikahan yang harmonis membutuhkan usaha serta komitmen dari kedua belah pihak. Permasalahan yang hadir itu biasa, Bunda.

Yang terpenting adalah saling sadar akan perannya masing-masing dalam menjaga keutuhan rumah tangga, menjaga visi misi agar tetap sama, dan mengerahkan seluruh kemampuan untuk menjaganya.

Meski demikian, banyak pernikahan yang mengalami keretakan dan bahkan berujung pada perceraian. Jika Bunda merasa belakangan ini hubungan sedang menjauh dengan suami, perlu dicari tahu penyebabnya, Bunda.

Penyebab pernikahan menjadi renggang

1. Mengorbankan kebutuhan pribadi

Mengutip dari Forbes, peneliti berpendapat bahwa tindakan mendahulukan kebutuhan pernikahan di atas keinginan pribadi merupakan keputusan sadar yang dibuat oleh setiap orang, bukan penerimaan pasif terhadap keadaan yang tidak menguntungkan. Hal ini sering kali berarti mengabaikan kebutuhan dan aspirasi pribadi.

Baca Juga : 12 Tanda Bunda Memiliki Pernikahan Ideal dan Sehat, Salah Satunya Komunikasi Terbuka

Bunda mungkin rela berkorban demi pasangan tanpa mendapatkan banyak kebahagiaan atau makna dari suami sendiri. Misalnya saja, Bunda mungkin mengikuti keyakinan pasangannya atau berpura-pura tertarik pada hobinya.

Akibatnya, Bunda yang melakukan pengorbanan ini sering kali bergulat dengan ketidakpuasan yang timbul karena mengabaikan kebutuhan diri sendiri. Meskipun pengorbanan mungkin berdampak positif dalam situasi tertentu dan mendekatkan pasangan, para partisipan dalam penelitian Marriage & Family Review menunjukkan hal itu sebagai aspek negatif dalam hubungan mereka.

Sebuah studi pada 2022 menunjukkan bahwa pengorbanan seperti itu bisa memakan banyak biaya sehingga menurunkan kepuasan hubungan baik bagi pihak pemberi, yang mengalami kesejahteraan lebih rendah, maupun penerima, yang memiliki perasaan campur aduk seperti rasa syukur dan bersalah akibat pengorbanan pasangannya. 

Peneliti menyarankan untuk mengomunikasikan kebutuhan pribadi dengan jelas, mengevaluasi secara cermat perlunya suatu pengorbanan sebelum melakukannya, dan berfokus pada hasil positif dari pengorbanan tersebut.

2. Memiliki kebiasaan negatif

Pasangan terkadang enggan menghadapi atau mengatasi kebiasaan negatif dalam hubungan. Misalnya saja, sifat-sifat seperti keegoisan atau kurangnya kesadaran sosial dapat menjadi pola perilaku negatif yang gagal memenuhi kebutuhan pasangan suami-istri.

Kepasifan atau kegagalan pasangan dalam berkomunikasi memungkinkan terjadinya perilaku bermasalah sehingga menyebabkan situasi tidak nyaman yang berdampak signifikan terhadap pernikahan.

Mengatasi perilaku ini secara langsung sangat penting dalam mendorong dinamika perkawinan yang lebih sehat dan memuaskan.

3. Masalah keuangan

Masalah keuangan menjadi salah satu sumber stres terbesar dalam pernikahan. Perbedaan pendapat tentang bagaimana mengelola keuangan, utang, atau gaya hidup dapat menimbulkan perselisihan dan ketegangan.

Setiap pasangan perlu memiliki strategi yang jelas untuk mengelola keuangan bersama dan terbuka tentang kebiasaan dan ekspektasi finansial mereka.

4. Ketidaksetiaan

Ketidaksetiaan, baik secara fisik maupun emosional, merupakan pelanggaran kepercayaan yang dapat menghancurkan pernikahan. Rasa sakit hati dan pengkhianatan yang diakibatkan oleh perselingkuhan sangat sulit untuk dipulihkan. 

Pasangan yang ingin menyelamatkan pernikahan setelah perselingkuhan membutuhkan upaya yang luar biasa, termasuk konseling dan terapi pernikahan.

5. Pengaruh pihak luar

Intervensi dari pihak luar, seperti keluarga atau teman, dapat memberikan tekanan sekaligus stres pada pernikahan. Hal ini dapat terjadi ketika keluarga atau teman terlalu banyak mencampuri urusan pribadi pasangan serta tidak menyetujui hubungan keduanya.

Pengaruh dan kesulitan eksternal mempunyai dampak besar terhadap keharmonisan perkawinan. Peristiwa di luar pernikahan lainnya yang menyedihkan seperti kehilangan orang yang dicintai, bergulat dengan masalah kesehatan kronis, atau kesulitan keuangan dapat berdampak buruk bahkan pada pernikahan yang paling kuat sekalipun. 

Intervensi pihak luar juga dapat berdampak pada kesehatan mental pasangan dan kemampuan mereka berkomunikasi secara efektif dalam suatu hubungan. Pasangan perlu menetapkan batasan yang jelas dengan pihak luar dan belajar untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri.

Tips menjaga keharmonisan pernikahan

Menjaga keharmonisan pernikahan membutuhkan usaha dan komitmen dari kedua belah pihak. Berikut beberapa tips yang dapat membantu.

  • Komunikasi yang terbuka dan jujur
  • Memiliki strategi keuangan yang jelas
  • Saling menghormati dan menghargai
  • Meluangkan waktu berkualitas bersama
  • Menjaga keintiman fisik dan emosional
  • Mencari bantuan profesional jika diperlukan

Dengan memahami penyebab utama keretakan pernikahan dan menerapkan tips-tips di atas, Bunda dan suami dapat meningkatkan peluang untuk membangun hubungan yang langgeng serta bahagia.

Pilihan Redaksi
  • 7 Cara Menghadapi Suami Pemarah, Penyebab, dan Dampaknya pada Pernikahan
  • 60 Pertanyaan Deep Talk dengan Pasangan Agar Hubungan Semakin Erat
  • 6 Ciri-ciri Love Language Words of Affirmation, Bukan Gombal Bun

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow