Warga Swedia Merasa Negaranya Terlalu Banyak Berkorban untuk Gabung NATO

Menurut survei, 55 persen warga Swedia yakin negara Skandinavia ini terlalu banyak berkorban untuk bergabung ke NATO.

Warga Swedia Merasa Negaranya Terlalu Banyak Berkorban untuk Gabung NATO

STOCKHOLM, KOMPAS.com - Mayoritas responden dari warga Swedia merasa negaranya terlalu banyak berkorban untuk bisa bergabung ke aliansi pertahanan NATO, menurut survei yang dirilis pada Jumat (1/3/2024).

Swedia saat ini berada di jalur untuk menjadi anggota ke-32 NATO setelah Hongaria menjadi negara terakhir yang meratifikasi pengajuannya.

Bersama Finlandia, Swedia mengakhiri kebijakan non-blok militer yang dianutnya selama dua abad untuk mendaftar masuk NATO setelah terjadinya invasi Rusia ke Ukraina.

Baca juga: Hongaria Akan Lakukan Pemungutan Suara untuk Aksesi Swedia Gabung NATO

Survei yang dilakukan perusahaan analis Indikator untuk stasiun tv SR menyebutkan, 55 persen warga Swedia yakin negara Skandinavia itu terlalu banyak berkorban untuk bergabung ke NATO.

Sementara itu, 77 persen responden percaya bahwa keamanan Swedia semakin kuat jika menjadi anggota NATO.

Sebanyak 2.413 responden berpartisipasi dalam survei ini selama Februari 2024, tetapi tidak ada pertanyaan mengenai jenis pengorbanan yang dipermasalahkan masyarakat.

Kepala penelitian Indikator yaitu Per Oleskog Tryggvason mengatakan kepada kantor berita AFP, survei menunjukkan warga Swedia memandang proses masuk NATO selama ini rumit.

“Ada pendapat besar bahwa keamanan Swedia diperkuat oleh keanggotaan NATO. Namun, bisa Anda lihat bahwa jalan ke sana tidak mudah,” lanjut Tryggvason.

Baca juga:

  • Swedia Akan Kirim Peralatan Militer Senilai Rp 10,69 Triliun ke Ukraina
  • Turkiye Akhirnya Setujui Permohonan Keanggotaan NATO dari Swedia
  • PM Hongaria Undang PM Swedia untuk Bahas Aksesi ke NATO

Pengajuan Swedia untuk masuk NATO juga sempat terganjal oleh Turkiye, yang menuduh negara Nordik itu menyediakan tempat berlindung bagi puluhan tersangka kudeta 2016 yang gagal dan separatis Kurdi.

Pada 2022, Swedia kemudian bersepakat dengan Turkiye untuk berkomitmen mempertimbangkan ekstradisi para tersangka, dan mencabut embargo senjata sejak serangan militer Turkiye ke Suriah pada 2019.

Swedia juga mengubah konstitusinya untuk memperkuat undang-undang anti-teror.

Baca juga: Alasan Mengapa Turki Tak Setuju Swedia dan Finlandia Gabung NATO

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow