Rupiah Anjlok 2,06 Persen, Tembus Rp 16.174 per Dolar AS

Berdasarkan data Bloomberg hingga pukul 10:06 WIB, rupiah sudah anjlok 326,5 poin (2,06 persen) ke level Rp 16.174,5 per dolar AS. #bisniupdate #update #bisnis #text

Rupiah Anjlok 2,06 Persen, Tembus Rp 16.174 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah menyentuh level di atas Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan market usai Lebaran, Selasa (16/4). Berdasarkan data Bloomberg hingga pukul 10:06 WIB, rupiah sudah anjlok 326,5 poin (2,06 persen) ke level Rp 16.174,5 per dolar AS.

Sebelumnya Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan pelemahan rupiah ini terjadi di pasar internasional dan cukup wajar. Lemahnya rupiah berkaitan erat dengan data eksternal seperti inflasi di Amerika Serikat juga tensi geopolitik akibat konflik di Timur Tengah dan Rusia-Ukraina.

“Ini mengacaukan perekonomian global sehingga banyak masyarakat yang beralih ke dolar, sehingga dolarnya mengalami penguatan cukup tajam dan orang beralih berinvestasi di dolar meninggalkan mata uang yang melawan dolar, salah satunya rupiah, jadi sangat wajar kalau rupiah (turun),” kata Ibrahim.

Selain data eksternal, Ibrahim juga menuturkan penyebab melemahnya rupiah salah satunya lantaran Indonesia tengah libur panjang dalam rangka Idul Fitri, sehingga tidak ada perdagangan rupiah dalam negeri menyebabkan tidak ada perlawanan terhadap Dolar.

“Apalagi bersamaan dengan libur atau cuti bersama begitu lama hampir dua minggu, ini dimanfaatkan oleh para spekulan, Indonesia sedang cuti nih, libur tidak ada pasar sehingga di situlah tidak ada yang melawan dolar, sehingga dolar terus mengalami penguatan, membuat rupiah melemah secara pasar internasional,” tambah Ibrahim.

Tidak Akan Lama Pelemahannya

Ibrahim memproyeksi pelemahan rupiah ini tidak akan lama dan kemudian menguat.

“Tetapi kita belum melihat nanti pembukaan pasar di hari Selasa, biasanya kalau seandainya rupiah melemah di pasar internasional pada saat pembukaan dia akan melemah dulu, kemudian akan menguat,” jelas Ibrahim.

Terlebih menurutnya, Bank Indonesia (BI) sebagai bank sentral Indonesia, tidak akan diam. Ibrahim bilang, biasanya pada saat rupiah mendekati angka Rp 16.000 per USD, maka akan ada intervensi dari BI, seperti melalui pasar obligasi dan valuta asing, sehingga pelemahan rupiah tidak terlalu tajam.

“Akan turun lagi, itu bisa kelihatan nanti dari rilis cadangan devisa di bulan April kemungkinan besar itu akan menyusut karena sebagian dana cadangan devisa adalah digunakan untuk melakukan intervensi di pasar,” terang Ibrahim.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow