Potret Terbaru Pilot Susi Air,Philip Mark Mahrtens 16 Bulan Ditawan KKB Papua,Kurus Tak Terawat

BANGKAPOS.COM--Masih ingat pilot Susi Air Philip Mark Mahrtens yang diculik oleh Teroris Kelompok Kriminal bersenjata (KKB) Papua di bawah pimpinan Egianus Kogoya. Setelah 16 bulan tidak ada kabar, KKB Kembali merilis video keadaan terbaru Kapten Philip Mark Mahrtens. Dalam video tersebut, penampilan Kapten Philip telah mengalami perubahan drastis akibat masa penahanan yang dilaluinya. Berbeda dengan sebelumnya yang tampak bugar dan gagah, kini...

Potret Terbaru Pilot Susi Air,Philip Mark Mahrtens 16 Bulan Ditawan KKB Papua,Kurus Tak Terawat

BANGKAPOS.COM--Masih ingat pilot Susi Air Philip Mark Mahrtens yang diculik oleh Teroris Kelompok Kriminal bersenjata (KKB) Papua di bawah pimpinan Egianus Kogoya.

Setelah 16 bulan tidak ada kabar, KKB Kembali merilis video keadaan terbaru Kapten Philip Mark Mahrtens.

Dalam video tersebut, penampilan Kapten Philip telah mengalami perubahan drastis akibat masa penahanan yang dilaluinya.

Berbeda dengan sebelumnya yang tampak bugar dan gagah, kini Kapten Philip terlihat kurus dan tidak terawat, dengan brewok dan kumis yang semakin tebal.

Kapten Philip, yang menjadi tawanan Organisasi Papua Merdeka (OPM), menunjukkan penampilan yang berbeda dalam foto-foto terbarunya yang dirilis oleh KKB Papua pada Februari 2023.

Jika sebelumnya ia tampak gagah dengan balutan jaket jeans, kini ia terlihat kurus dengan rambut panjang yang tak beraturan dan brewok yang semakin tebal.

Dalam video yang direkam oleh OPM dan dirilis oleh Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) OPM, Sebby Sambom, Kapten Philip terlihat kurus dengan janggut panjang dan mengenakan kaus bergambar burung cendrawasih dengan bendera bintang kejora.

Dalam video tersebut, TPNPB OPM mengajukan syarat untuk pembebasan Kapten Philip, yaitu melalui negosiasi yang difasilitasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Mereka juga meminta agar serangan udara oleh TNI di wilayah penyanderaan dihentikan.

Kapten Philip juga turut mengungkapkan permintaannya agar serangan udara di wilayah tersebut dihentikan, karena merasa khawatir akan keselamatan warga sekitar.

Upaya pembebasan Kapten Philip masih terus berlangsung, dengan harapan bahwa negosiasi melalui PBB dapat membawa hasil positif. Namun, tuntutan OPM kepada pemerintah Indonesia dan Selandia Baru masih belum dijelaskan secara rinci.

Diketahui, nasib Pilot Susi Air Kapten Philip Mark Mehrtens terungkap dalam video terbaru direkam Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Video berdurasi 1 menit 43 detik itu, Kapten Philips tampak kurus dengan janggut panjang dengan kaus coklat bergambar burung cendrawasih dengan bendera bintang kejora.

Video tersebut dikirim oleh Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) OPM, Sebby Sambom.

Dalam video itu pula TPNPB OPM mengajukan syarat untuk pembebasan Kapten Philips.

Yakni, menuntut negosiasi yang difasilitasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sebelum Philips Mark Mehrtens bisa dibebaskan.

"Kami akan melepaskan pilot melalui negosiasi yang difasilitasi oleh pihak ketiga yaitu PBB," ujar Sebby Sambom dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (13/4/2024), dikutip dari Kompas.com.

Sebby mengatakan, pelepasan Philips juga bisa dilakukan jika Pemerintah Indonesia dan Selandia Baru bisa memenuhi dan menjawab tuntutan dari OPM.

Namun Sebby tidak menjelaskan secara rinci apa tuntutan yang diinginkan oleh OPM kepada Pemerintah Indonesia, dan juga Pemerintah Selandia Baru sebagai negara asal Philips.

Di sisi lain, Sebby meminta agar TNI tak lagi menyerang tempat penyanderaan Philips dengan pesawat tempur dan bom.

"Indonesia setop menggunakan pengeboman dengan helikopter, pesawat tanpa awak, kamera drone. Karena tindakan yang dilakukan negara Indonesia melalui TNI/Polri terhadap kami sangat tidak seimbang," imbuh dia.

Masih dalam video tersebut, Kapten Philips Mark meminta agar Pemerintah Indonesia menghentikan serangan udara di wilayah penyanderaan.

"Di daerah sini, TNI, Tentara Negara Indonesia pakai pesawat pemburu dan melepas bom besar," kata Philips dalam video yang dikirimkan Sabtu.

Philips mengatakan, orang sekitar tempat dia ditawan merasa tidak aman karena beberapa bom yang dijatuhkan oleh aparat TNI.

"Orang-orang di sini minta tolong jangan pakai pesawat pemburu, jangan pakai bom, pakai senjata saja, tidak pakai pesawat tidak pakai bom besar, jangan begitu. Tolong berhenti," tutur dia.

Philips kemudian meminta tolong agar negara asing bisa bernegosiasi dengan Indonesia agar tidak menggunakan pertempuran udara di Papua.

"Negara asing negara-negara di luar tolong bantu tolong bicara dengan Indonesia, bicara dengan mereka jangan pakai bom besar, tolong berhenti, tidak boleh begitu," ucap dia.

KKB Papua Ingkar Janji

Sebelumnya, janji Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua yang akan membebaskan Pilot Susi Air Philips Mark Methrtens pada 7 Februari 2024, ternyata hanya isapan jempol belaka.

Hingga Kamis (8/2/2024) pilot Susi Air yang sudah satu tahun disandera KKB Papua belum juga dibebaskan.

Padahal dalam wawancara dengan media, Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNBP-OPM) SEbby Sambom menyebut pembebasan ini demi sebuah kemanusiaan.

"Pilot asal Selandia Baru yang ditahan pasukan kami di bawah pimpinan Egianus Kogoya harus dibebaskan demi kemanusiaan berdasarkan hukum perang humaniter internasional. Tidak ada alasan untuk pilot harus ditahan sampai dunia kiamat,” kata juru bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, kepada VOA, Sabtu (3/2/2024).

Sebby juga sempat mengklarifikasi pernyataan dari Egianus bersama pasukannya beberapa waktu lalu yang mengatakan bahwaPhilip itu harus ditukar dengan kemerdekaan bangsa Papua.

Menurut Sebby, pernyataan yang disampaikan oleh Egianus merupakan emosional sesaat tanpa meminta pendapat dari pimpinan TPNPB-OPM.

Menurut Sebby, dalam waktu dekat mereka akan membebaskan pilot Susi Air itu dengan segera.

Pembebasan itu dilakukan setelah TPNPB-OPM mempertimbangkan sejumlah hal.

"Jika kami membebaskan pilot itu dengan hormat, maka kami akan dihargai oleh masyarakat internasional termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Martabat perjuangan bangsa Papua untuk merdeka akan terangkat.

Namun, jika pilot ini mati di tempat yang ditahan, maka kami akan disalahkan oleh masyarakat internasional," ungkap Sebby.

Sebby juga menyarankan agar semua pasukan TPNPB-OPM di wilayah Nduga tak terpengaruh hasutan dari berbagai pihak soal penyanderaan pilot Susi Air tersebut.

"Ada oknum-oknum yang mengatakan bahwa pilot asal Selandia Baru itu akan dijadikan alat tawar untuk Papua merdeka.

Jika pilot ini jadi korban (mati) maka hal itu akan menjadi legitimasi Indonesia untuk menstigmakan kami sebagai teroris dan kriminal," ujarnya.

Di bagian lain, pernyataan Sebby Sambom ini justru dibantah Ketua OPM, Jeffrey Bomanak.

"Saudara Sebby Sambom yang menyatakan bahwa telah melakukan proposal untuk mengembalikan penyanderaan dan juga dengan komentar-komentar bahwa penyanderaan tidak akan mewujudkan Papua merdeka dan segala macam."

"Kami selalu Ketua Organisasi Papua Merdeka menyampaikan bahwa kami membatah semua pernyataan-pernyataan itu," ujarnya, melalui video yang unggah di akun facebook pribadinya, Selasa (6/2/2024).

"Proposal saudara Sebby Sambon harus disetop. Tidak boleh melakukan proposal, itu bukan aturan dalam Organisasi Papua Merdeka. Seorang Juru Bicara tidak punya hak intervensi terhadap Panglima Egianus Kogoya dan Ketua OPM," sambungnya.

Jeffrey mengaku pihaknya mendukung penuh sikap yang diambil Egianus Kogoya yang masih melakukan penyanderaan terhadap Pilot Susi Air tersebut.

"Kami sebagai ketua organisasi mendukung sepenuhnya pernyataan Brigadir Jenderal Egianus Kogoya dan pasukan TPNPB-OPM Kodap III Ndugama-Derakma bahwa penyanderaan itu kami tidak akan pernah lepaskan, sampai dengan Indonesia membuka diri unruk melakukan negosiasi internasional," pungkasnya.

Jeffrey menyebut, apa yang dilakukan oleh Egianus Kogoya merupakan hal yang benar dan legal.

"Kami sudah mengclearkan bahwa penyanderaan yang dilakukan Brigadir Jenderal Egianus Kogoya itu adalah legal," ujar Jeffrey

Menurutnya, penyanderaan terhadap pilot oleh pasukan TPNPB-OPM Ndugama untuk ditukarkan dengan kemerdekaan bangsa Papua.

"Oleh sebab itu, tuntutan Brigadir Jenderal Egianus Kogoya ketika penyanderaan itu dilakukan pada 7 Februari 2023, sudah jelas bahwa Indonesia harus mengakui kedaulatan bangsa Papua, itu adalah tuntutan tunggal," jelasnnya.(*)

Artikel ini telah Diolah dari Surya.co.id

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow