Perbankan Ramai Bagi Dividen, Mana yang Sahamnya Layak Diburu?

- JAKARTA. Bagi pecinta saham perbankan, momentum pembagian dividen mungkin menjadi satu hal yang ditunggu. Maklum, sektor ini terbilang cukup loyal dalam membagi keuntungan dengan para pemegang sahamnya melalui dividen. Namun, nyatanya tak semua dividen perbankan menarik untuk diburu. Itu tergantung indikator dividend yield yang biasa menjadi pemicu seberapa menarik dividen itu didapatkan. Ambil contoh, PT Bank Central Asia Tbk...

Perbankan Ramai Bagi Dividen, Mana yang Sahamnya Layak Diburu?

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bagi pecinta saham perbankan, momentum pembagian dividen mungkin menjadi satu hal yang ditunggu. Maklum, sektor ini terbilang cukup loyal dalam membagi keuntungan dengan para pemegang sahamnya melalui dividen.

Namun, nyatanya tak semua dividen perbankan menarik untuk diburu. Itu tergantung indikator dividend yield yang biasa menjadi pemicu seberapa menarik dividen itu didapatkan.

Ambil contoh, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang memutuskan pembagian dividen final senilai Rp 270 per saham. Jika dikurangi dengan dividen interim yang sudah dibagi, maka dividen tersisa yang perlu dibagikan senilai Rp 227,5 per saham.

Dengan harga penutupan perdagangan (14/3) di Rp 10.325 per saham, BBCA hanya memiliki dividen yield sebesar 2,2%. Ini menjadi yang terkecil di antara emiten bank lainnya yang sudah mengumumkan besaran dividennya.  

Baca Juga: Rasio BOPO dan CIR Tinggi, Sejumlah Bank Ini Berupaya Tekan Beban Biaya Tahun Ini

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto mengungkapkan bahwa dividen yield yang menarik adalah yang di atas 5%. Setidaknya, itu menjadi indikator bagi investor yang ingin masuk ke saham satu bank hanya untuk mendapatkan dividen.

Jika ditilik dari beberapa bank yang sudah mengumumkan besaran dividennya, hampir dipastikan bank-bank big caps belum ada yang mencapai yield di atas 5%. 

Jika diurutkan dari bank-bank big caps lainnya, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) tercatat yang memiliki dividen yield paling tinggi sekitar 4,78% dengan menggunakan harga penutupan Rp 7.400 per saham.

Disusul oleh PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang akan membagikan dividen senilai Rp 280,49 per saham maka yield-nya sekitar 4,5%. Terakhir, ada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang memiliki dividen yield sebesar 3,82%.

Justru, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM) yang memiliki dividend yield paling besar mencapai 9,14% dengan besaran Rp 54,39 per saham. Bank daerah ini juga menjadi yang mengawali pembagian dividen dari sektor perbankan di tahun ini.

Biasanya, ada juga PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) yang secara historis mampu memberikan dividend yield yang tinggi. Semisal, besaran dividen yang dibagikan sama dengan tahun lalu, yield dividen yang bisa didapatkan sekitar 8,75%. Namun, bank ini belum mengumumkan besaran dividennya untuk kinerja 2023.

Meski demikian, Pandhu mengungkapkan bahwa bukan berarti emiten perbankan yang memiliki dividen yield kecil tidak menarik dikoleksi. Justru, investor bisa mengambil keuntungan dari capital gain.

Ia bilang untuk yang bagus dikejar dividennya itu adalah bank yang memiliki potensi pertumbuhan, valuasi dan kemampuan menghasilkan laba yang kuat.

 

Baca Juga: Bank Syariah Proyeksikan Peningkatan Pembiayaan di Bulan Ramadan

Contohnya, BBCA yang merupakan salah satu bank swasta dengan laba terbesar di 2023. Dengan posisinya seperti itu, Pandhu melihat bank besar ini memiliki sumber daya yang besar dan berpotensi ekspansi lebih besar.

“Kalau bank di luar big caps ini dividennya menarik tapi potensi growth-nya tak sekencang big caps. Jadi lebih baik untuk jangka pendek saja,” ujarnya.

Lebih lanjut, Pandhu menambahkan bahwa untuk mengejar capital gain, investor bisa masuk ke bank-bank big caps ini saat harganya sudah mulai terkoreksi. Mengingat, saat ini posisi harga sedang tinggi akibat tersengat momen dividen.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menambahkan bahwa untuk masuk ke saham perbankan, memang perlu dilihat terlenuh dahulu tujuan investor seperti apa.

Dalam hal mengejar capital gain, Nico mengklasifikasikan antara jangka pendek dan jangka panjang. Jika hanya untuk jangka pendek, bisa mencari volatilitasnya tinggi dan sebaliknya jika untuk jangka panjang perlu melihat fundamentalnya.

Ia juga melihat biasanya investor yang memang mengincar capital gain dan jangka panjang banyak yang masuk ke saham big caps. Ditambah, dividen hanya semacam gula-gula yang membuat saham ini lebih menarik.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa rasio dividen yang tak besar seperti bank-bank lainnya bukan berarti bank ini pelit. Namun, ada kemungkinan laba ditahan bakal digunakan untuk ekspansi perusahaan yang justru bisa menjadi sentimen positif.

“Kalau bank jor-joran kasih dividen tinggi kan nanti jadi beban sendiri setiap tahun harus lebih besar dividennya,” tambahnya.

Adapun, saat ini Nico tetap menjagokan saham bank big caps untuk sektor perbankan. Di mana target harganya antara lain BBCA di Rp 10.700, BBRI di Rp 6.650, BBNI di Rp 6.409 dan BMRI di 7.400.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow