Penyesalan Putin Soal Ukraina: Tidak Menginvasi Lebih Awal karena Percaya Penyelesaian Damai

Putin mengatakan bahwa satu-satunya hal yang dia sesali adalah bahwa "operasi militer khusus" di Ukraina tidak dimulai lebih awal.

Penyesalan Putin Soal Ukraina: Tidak Menginvasi Lebih Awal karena Percaya Penyelesaian Damai

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Rabu bahwa satu-satunya hal yang dia sesali adalah bahwa “operasi militer khusus” di Ukraina tidak dimulai lebih awal. Putin mengatakan invasi ke Ukraina tidak dilakukan lebih awal karena yakin akan kemungkinan penyelesaian damai.

Mengomentari reaksi negara-negara Barat terhadap wawancaranya dengan jurnalis Amerika Serikat Tucker Carlson dalam sebuah acara televisi, Putin mengatakan bahwa ada baiknya para politisi Barat menonton wawancara tersebut, namun sayangnya kata-katanya dipelintir.

“Di mana saya katakan bahwa dimulainya operasi khusus ada hubungannya dengan ancaman agresi NATO terhadap Rusia? Saya katakan bahwa kita terus-menerus ditipu tentang tidak adanya ekspansi NATO ke Timur. (Ada) lima ekspansi, (yang merupakan) penipuan total,” tegasnya.

Putin menegaskan kembali kekhawatiran Rusia atas kemungkinan masuknya Ukraina ke dalam NATO, dan menekankan bahwa pemicu dimulainya aktivitas tempur di Ukraina adalah penolakan Kyiv untuk menerapkan Perjanjian Minsk. Ini serangkaian perjanjian yang ditandatangani di ibu kota Belarus, Minsk pada 2014 untuk memperbaiki masyarakat Ukraina yang terpecah.

“Pemicunya adalah penolakan total pemerintah Ukraina saat ini untuk melaksanakan Perjanjian Minsk dan gencarnya serangan dengan banyak korban jiwa di republik Donbass, yang tidak kami akui selama delapan tahun, dan akhirnya meminta kami untuk mengakuinya. Sebuah kesia-siaan menyelesaikan masalah dengan Perjanjian Minsk.”

“Kami mengakui mereka, kemudian membuat perjanjian persahabatan dan saling membantu dengan mereka dan, sesuai dengan Piagam PBB, memenuhi kewajiban kami berdasarkan perjanjian ini. Kami tidak memulai perang, tetapi kami hanya berusaha menghentikannya.”

Pemimpin Rusia tersebut menekankan bahwa selama delapan tahun, dari 2014-2022, yang ia gambarkan sebagai “tahap pertama”, Rusia berusaha menyelesaikan konflik melalui cara-cara politik dan diplomatik.

Namun kemudian, kanselir Jerman dan presiden Prancis mengakui bahwa tujuan Perjanjian Minsk adalah "untuk mempersiapkan Ukraina menghadapi perang dengan Rusia."

“Satu-satunya hal yang dapat kami sesali adalah kami tidak mengambil tindakan lebih awal, karena percaya bahwa kami berurusan dengan orang-orang baik,” katanya.

Pilihan Editor: Putin Tak Puas dengan Wawancara Tucker Carlson: Pertanyaannya Kurang Tajam

ANADOLU

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow