Pengamat Sebut Hamas Bisa Menang Lawan Israel,Apa Alasannya?

- Perang Hamas-Israel telah berlangsung hampir tiga bulan sejak pertama kali pecah pada 7 Oktober 2023 lalu dengan serangan roket Hamas ke Israel. Pengamat militer sekaligus kontributor Aljazeera hingga Middle East Eye, Richard Silverstein, mengungkapkan adanya kemungkinan besar Hamas akan menang atas pasukan Zionis Israel dalam peperangan di Gaza tersebut. Ada beberapa alasan dan analisis yang disampaikan Silverstein dan salah...

TRIBUNNEWS.COM - Perang Hamas-Israel telah berlangsung hampir tiga bulan sejak pertama kali pecah pada 7 Oktober 2023 lalu dengan serangan roket Hamas ke Israel.

Pengamat militer sekaligus kontributor Aljazeera hingga Middle East Eye, Richard Silverstein, mengungkapkan adanya kemungkinan besar Hamas akan menang atas pasukan Zionis Israel dalam peperangan di Gaza tersebut.

Ada beberapa alasan dan analisis yang disampaikan Silverstein dan salah satunya adalah serangan awal Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu.

Serangan itu pun memicu serangan-serangan Hamas lainnya hingga menewaskan ribuan warga Israel khususnya di beberapa kota seperti Kibbutzim.

Alhasil, serangan tersebut justru mengejutkan dunia lantaran pertahanan Israel yang dianggap solid mampu ditembus dengan mudah oleh Hamas.

“Setelah lebih dari satu tahun perencanaan dan pelatihan, 1.000 pejuang menerobos perisai pertahanan senilai miliaran dolar yang telah dibangun Israel dengan susah payah di sekitar Gaza selama lebih dari satu dekade,” katanya dikutip dari Middle East Eye, Minggu (7/1/2024).

Silverstein juga menilai serangan Hamas ke Israel tersebut membuat dunia terkejut lantaran organisasi pimpinan Ismail Haniyeh yang notabene adalah pasukan gerilya bisa mengobrak-abrik pasukan tentara milik Israel dengan segala teknologi alat perang yang dimilikinya.

“Serangan itu menunjukkan kepada semua orang bahwa semua teknologi canggih di dunia dapat dikalahkan oleh pasukan gerilya yang kecil dengan menggunakan taktik pengawasan, perencanaan, dan taktik medan perang yang berkerumun,” ujarnya.

“Hamas menembus langkah-langkah keamanan yang selama ini dianggap tidak dapat ditembus oleh Israel. Hal ini menghancurkan semua asumsi yang telah dibuat oleh intelijen milier Israel tentang Hamas,” sambung Silverstein.

Di sisi lain, Silverstein mengatakan intelijen dan tentara Israel percaya bahwa Hamas tidak tertarik untuk perang dan lebih mementingkan kedudukannya di Gaza.

Ternyata, sambungnya, perkiraan tersebut salah besar dengan bukti serangan roket Hamas ke Isreal pada 7 Oktober 2023 lalu.

“Shin bet dan tentara Israel dengan sombongnya percaya bahwa Hamas lebih tertarik untuk mempertahankan kekuasaannya di Gaza ketimbang berperang. Mereka salah besar,” tegasnya.

Wujud Warga Palestina Tak Betah Dikuasai Israel

Peperangan ini, kata Silverstein, sebagai wujud puncak pemberontakan dari warga Palestina yang sudah enggan untuk dikuasai oleh Israel.

“Sebagian besar dair mereka tidak melihat adanya harapan untuk kehidupan yang lebih baik, untuk masa depan yang lebih baik.”

“Mereka (Israel) hidup, tetapi di atas penderitaan orang lain,” katanya.

Alhasil, serangan 7 Oktober 2023, disebut Silverstein, merupakan pemberontakan terhadap nasib rakyat Palestina yang ditindas oleh Israel.

Di sisi lain, dia menilai negara-negara dunia sudah kehilangan minat terkait okupasi Israel terhadap Palestina.

Baca juga: Perang Gaza Lawan Hamas Kuras Keuangan Israel, Netanyahu Mau Tutup Puluhan Kantor Pemerintahan

Silverstein pun mencontohkan Amerika Serikat (AS) yang sudah merekayasa Perjanjian Abraham dengan empat negara Arab yang sebelumnya telah menyatakan kesetiaan mereka pada perjuangan Palestina.

Contoh lainnya adalah ketika AS kini justru merayu Arab Saudi untuk beraliansi pasca serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023 lalu.

“Namun, Hamas telah memupuskan salah satu dari beberapa pencapaian regional Presiden AS, Joe Biden," katanya.

Tak hanya itu, Silverstein menilai agresi brutal Israel ke Gaza hingga membuat puluhan ribu korban sipil berjatuhan semakin menghancurkan persepsi dunia kepada Israel.

Dia mengungkapkan, alih-alih dipandang sebagai negara demokrasi dan inovator teknologi, dunia justru menganggap Israel sebagai rezim yang haus darah dan pembunuh massal.

“Hamas telah memberikan pukulan telak, mengingatkan warga Palestina bahwa perlawanan bersenjata, berapapun biayanya, adalah hal yang dipahami oleh dunia,” tutur Silverstein.

Hamas hanya Perlu Bertahan, Pengusiran Warga Palestina hanya Gertakan Biden-Netanyahu

Silverstein juga mengatakan agar kemenangan Hamas semakin berpeluang untuk terealisasi hanyalah bertahan dari serangan Israel.

Hal tersebut perlu dilakukan Hamas lantaran tujuan Israel perang di Gaza hanyalah untuk melenyapkannya.

“Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu telah mengatakan berulang kali bahwa tujuan negaranya adalah untuk melenyapkan Hamas. Biden telah menambahkan dukungannya sendiri untuk tujuan ini,” ujarnya.

Di sisi lain, rencana pengusiran warga Palestina oleh Israel yang sempat disampaikan beberapa menteri kabinet Netanyahu, kata Silverstein, hanyalah gertakan semata dan tidak mungkin terealisasi.

“Israel tidak akan menyingkirkan warga Palestina dari Gaza seperti halnya menyingkirkan Hamas. Semua yang dibicarakan oleh Netanyahu dan Biden hanyalah gertakan dan janji-janji yang tidak bisa ditepati,” ujar Silverstein.

“Ini adalah bagian dari tragedi konflik ini. Tidak ada yang berbicara dengan jelas dan jujur. Setiap orang memiliki delusi bahwa entah bagaimana Hamas akan mengalah karena memang harus mengalah,” sambungnya.

Baca juga: Tak Terima Pentolan Hamas Dibunuh, Hizbullah Hujani Israel dengan Roket

Lebih lanjut, Silverstein mengungkapkan Hamas bukanlah organisasi "ecek-ecek" yang mudah dilenyapkan.

Dia menilai Hamas bukanlah hanya entitas politik atau militer, tetapi sebuah gerakan itu sendiri.

“Ini (Hamas) adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk mempromosikan hak-hak dan kepentingan rakyat Palestina,” ujarnya.

Silverstein pun mengatakan meski Hamas berhasil dikalahkan oleh Israel, maka Israel justru bakal menghadapi lawan-lawan baru yaitu negara lain di Timur Tengah.

“Hal ini akan mendorong musuh-musuhnya untuk mengintensifkan perlawanan bersenjata di seluruh Timur Tengah, baik di dalam maupun di luar Gaza.”

“Anda dapat mengalahkan sebuah gerakan di medan perang, tetapi Anda tidak dapat melenyapkannya,” pungkasnya.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow