Peneliti: Rusia Gunakan Rudal Hipersonik Zircon di Ukraina untuk Pertama Kali

Analisis awal menyimpulkan bahwa Rusia menyerang Kyiv pekan lalu dengan rudal hipersonik Zircon, pertama kali digunakan dalam perang di Ukraina.

Peneliti: Rusia Gunakan Rudal Hipersonik Zircon di Ukraina untuk Pertama Kali

TEMPO.CO, Jakarta - Analisis awal menyimpulkan bahwa Rusia menyerang Kyiv pekan lalu dengan rudal hipersonik Zircon, yang pertama kali digunakan dalam perang yang sudah berlangsung hampir dua tahun, kata kepala lembaga penelitian Kyiv pada Senin, 11 Februari 2024, sehingga menghadirkan tantangan baru bagi pertahanan udara Ukraina.

Oleksandr Ruvin, direktur Institut Penelitian Ilmiah Kyiv untuk Pemeriksaan Forensik, mengatakan melalui saluran Telegramnya bahwa lembaganya telah menyelesaikan analisis awal terhadap pecahan rudal dari serangan Rusia pada 7 Februari.

Dia menyertakan video dugaan puing-puing rudal yang menunjukkan tanda-tanda tertentu. “Dalam hal ini, kami melihat elemen yang menjadi ciri khas rudal 3M22 Zircon. Bagian dan fragmen mesin dan mekanisme kemudi memiliki tanda khusus,” tulisnya.

Kementerian Pertahanan Rusia tidak segera membalas permintaan komentar.

Zircon memiliki jangkauan 1.000 km dan bergerak dengan kecepatan sembilan kali kecepatan suara, menurut Rusia. Analis militer mengatakan kecepatan hipersoniknya dapat mengurangi waktu reaksi pertahanan udara dan kemampuan untuk menyerang sasaran yang besar, dalam, dan keras.

Rusia sebelumnya mengatakan pihaknya telah menyelesaikan uji coba rudal Zircon pada Juni 2022, dan Presiden Rusia Vladimir Putin menggambarkan Zircon sebagai bagian dari sistem senjata generasi baru yang tak tertandingi.

Jika penggunaannya di Ukraina terkonfirmasi, senjata tersebut dapat menimbulkan tantangan tambahan bagi pertahanan udara negara tersebut, di tengah ketidakpastian mengenai bantuan militer Barat di masa depan.

Rusia melakukan serangan udara rutin terhadap Ukraina menggunakan serangkaian rudal jarak jauh dan drone yang berbeda. Zircon awalnya dirancang sebagai senjata yang diluncurkan di laut dan versi yang diluncurkan di darat dikembangkan kemudian.

Pernyataan Ruvin tidak menyebutkan apakah senjata tersebut ditembakkan dari darat atau dari laut. Tanda-tanda yang ditemukan dari reruntuhan menunjukkan bahwa senjata tersebut telah dirakit baru-baru ini, katanya.

Serangan tanggal 7 Februari menewaskan sedikitnya lima orang dan merusak bangunan tempat tinggal dan infrastruktur energi, kata para pejabat.

REUTERS

Pilihan Editor: Ini Pernyataan Trump tentang NATO yang Membuat Para Petinggi Barat Murka

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow