Nasib Pasar Saham di Masa Pilpres, Ini Kriteria Capres-Cawapres Pilihan Investor

- JAKARTA. Penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) dan pemilihan presiden (pilpres) semakin dekat. Pesta demokrasi yang akan berlangsung pada 14 Februari 2024 ini akan menjadi katalis penting yang ikut menyetir arah pasar saham pada tahun 2024. Dari gelanggang pilpres, ada tiga pasangan calon presiden (capres) dan wakil presiden (cawapres) yang sedang berkompetisi. Di nomor urut 1 ada Anies Rasyid Baswedan berpasangan dengan...

Nasib Pasar Saham di Masa Pilpres, Ini Kriteria Capres-Cawapres Pilihan Investor

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyelenggaraan pemilihan umum (pemilu) dan pemilihan presiden (pilpres) semakin dekat. Pesta demokrasi yang akan berlangsung pada 14 Februari 2024 ini akan menjadi katalis penting yang ikut menyetir arah pasar saham pada tahun 2024.

Dari gelanggang pilpres, ada tiga pasangan calon presiden (capres) dan wakil presiden (cawapres) yang sedang berkompetisi. Di nomor urut 1 ada Anies Rasyid Baswedan berpasangan dengan Muhaimin Iskandar. Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka di nomor urut 2, serta  Ganjar Pranowo - Mahfud MD dengan nomor urut 3.

Pengamat Pasar Modal CSA Insitute David Sutyanto menyoroti dampak pemilu dan pilpres yang akan menggerakkan perekonomian. Selain dari anggaran pemerintah senilai Rp 71,3 triliun, belanja yang digelontorkan capres-cawapres, calon legislatif dan partai politik akan signifikan mendongkrak perputaran uang dan aktivitas ekonomi.

Sedangkan dari perspektif investor, David mengamati ada sejumlah faktor yang menjadi sorotan. Merujuk Capital Sensitivity Analysis (CSA) Index Januari 2024, pelaku pasar masih cenderung wait and see menunggu hasil pemilu dan pilpres 2024. 

Dalam riset tersebut, investor dan sejumlah manajer investasi saat ini masih mencuil peluang di tengah tren menanjak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Namun, mereka akan kembali melakukan penyesuaian dengan mencerna hasil pemilu dan pilpres.

"Mereka juga masih menunggu hasil kinerja emiten 2023 dan berbagai katalis global seperti suku bunga The Fed. Untuk langkah investasi yang lebih panjang, kemungkinan ada penyesuaian setelah pilpres atau sebelum Lebaran," kata David kepada Kontan.co.id, Minggu (7/1).

Baca Juga: Sempat Sentuh All Time High, Ini Prediksi Pergerakan IHSG dari Mirae Asset Sekuritas

Hal yang patut dicatat, imbuh David, CSA Index Januari 2024 mengungkapkan investor maupun manajer investasi tidak memandang pemilu dan pilpres dengan perpektif yang negatif. Namun, wajar jika investor bersikap hati-hati dan mencerna dinamika politik yang seringkali diwarnai ketidakpastian.

"Kalau bicara keraguan, pasti ada. Termasuk untuk pilpres ini, satu atau dua putaran? Sebagian berharap bisa satu putaran, karena kalau dua putaran, ketidakpastian akan tambah panjang," imbuh David.

Founder & CEO Finvesol Consulting Fendi Susiyanto meyakini, pasar akan tetap berjalan dalam tren positif pada momentum politik ini. Fendi menilai, IHSG yang melejit di awal tahun 2024 hingga ke level 7.400 tidak hanya terdorong oleh sentimen global dan January Effect.

Lebih dari itu, Fendi memandang IHSG yang menembus rekor tertinggi baru (all time high) juga menggambarkan optimisme para investor terhadap Pemilu & Pilpres 2024. "Kalau (investor) merasa ada yang kurang baik apalagi membahayakan, pasti dari beberapa bulan sebelumnya sudah hengkang, indeks jeblok dan rupiah jatuh. Sekarang kan malah bagus," ujar Fendi.

Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas sepakat, pasar akan merespons positif hasil pemilu dan pilpres, sepanjang terselenggara dengan kondusif. Apalagi, secara historis kecenderungan IHSG meningkat pada tahun pemilu dan investor asing mencatatkan net buy, meski situasi ini juga terkait dengan sentimen global yang sedang mengiringi.

Kriteria Capres-Cawapres Pilihan Investor

Head of Equities Investment Berdikari Manajemen Investasi Agung Ramadoni menimpali, pelaku pasar masih mengkalkulasi visi-misi capres - cawapres, termasuk melalui sesi debat yang tersisa. Adapun, program prioritas yang akan menjadi sorotan terkait target pertumbuhan ekonomi dan bagimana membuka lapangan kerja baru.

Menurut Agung, hal menarik dalam visi-misi kandidat saat ini, ketiganya membawa isu tentang pengembangan energi terbarukan. Kecenderungan sejauh ini, Agung melihat kandidat yang dapat meneruskan program dari pemerintah sekarang relatif lebih market friendly.

David mengamini, pada umumnya investor lebih menyukai kebijakan yang stabil. Jika kebijakan ekonomi berubah terlalu signifikan, maka butuh waktu melakukan penyesuaian. "Sehingga market cenderung menyukai ide keberlanjutan dan perbaikan apabila dirasa ada yang kurang pada kebijakan saat ini," ungkap David.

Baca Juga: Sentuh ATH Pekan Lalu, Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Senin (8/1)

Sukarno menambahkan, beberapa program Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang berdampak secara ekonomi dan investasi adalah pembangunan IKN, program hilirisasi, digitalisasi, konektivitas dan omnibus law. Asumsi saat ini, kemungkinan program pemerintahan Presiden Jokowi akan dilanjutkan Prabowo- Gibran. Asumsi yang cenderung sama ada di pasangan Ganjar - Mahfud.

Sedangkan Anies-Muhaimin yang mengusung kampanye "perubahan" diasumsikan bakal meninjau ulang sejumlah proyek, seperti Ibu Kota Negara (IKN). Sementara itu, Fendi melihat investor akan bersikap rasional dan realistis. Begitu juga dengan pasangan capres-cawapres.

Menurut Fendi, visi-misi dan program dari ketiga pasang capres-cawapres tidak memiliki perbedaan yang terlalu signifikan. Sekalipun Anies-Muhaimin mengusung "Perubahan", tapi Fendi meyakini, pada akhirnya tidak akan terjadi perubahan yang ekstrem.

Dus, kesempatan bagi investor masih tetap terbuka. Dalam isu IKN, misalnya, Fendi mengingatkan  megaproyek tersebut sudah berjalan dan memiliki undang-undang tersendiri. Sehingga, hampir tidak mungkin jika terpilih Anies-Muhaimin akan memangkrakan proyek IKN.

Lagi pula, berkaca dari Pilpres 2019, masih ada kemungkinan adanya konsolidasi elite politik setelah pemilu dan pilpres. "Yang terpenting bagi investor, semuanya berjalan kondusif. Siapa pun presidennya, Indonesia masih sangat menarik, karena ketiganya menawarkan program yang konstruktif," tegas Fendi.

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian turut memperkirakan, tidak akan ada perubahan yang radikal. Dari sisi pasar modal, tahun ini investor juga fokus terhadap sentimen positif dari global, terutama mengenai arah suku bunga. "Pasar melihatnya sama saja. Secara umum ketiga visi-misi capres-cawapres cenderung sama," ujar Fajar.

Baca Juga: Tengok Proyeksi IHSG dan Saham-Saham Jagoan Analis untuk Perdagangan Senin (8/1)

Head of Retail Marketing & Product Development Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi mengamini, sentimen global dan kebijakan moneter menjadi faktor penting yang ikut mewarnai pasar di tahun ini. Dengan kecenderungan penguatan IHSG pada tahun pemilu, momentum ini bisa menjadi peluang mengoleksi saham dari sejumlah sektor prospektif.

Saran Reza, cermati sektor consumer dengan saham pilihannya adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). 

Sektor telekomunikasi, dengan melirik saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT XL Axiata Tbk (EXCL), dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR). Kemudian saham yang terkait infrastruktur seperti PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), PT PP (Persero) Tbk (PTPP),  PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP).

Sedangkan untuk proyeksi IHSG pada tahun ini, Kiwoom Sekuritas memproyeksikan di level 7.835 dalam skenario bullish, dan 6.896 dalam skenario bearish. Sementara, menurut CSA Index, target IHSG pada akhir 2024 ada di level 7.650.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow