MUNDUR Meski Raih Suara Tertinggi,Alasan Caleg Ratu Ngadu Perintah Surya Paloh,Pengamat:Tak Wajar

- Alasan caleg DPR RI Ratu Ngadu Bonnu Wulla mundur setelah meraih suara terbanyak di Pemilu 2024 dianggap tak wajar. Ratu Ngadu Bonnu Wulla memilih mengundurkan diri meski mendapatkan perolehan tertinggi di NTT II. Caleg dari Partai Nasdem ini telah menyerahkan surat pengunduran diri ke KPU RI. Surat pengunduran dirinya telah ditandatangani oleh Ketua Umum Nasdem, Surya Paloh. Pengunduran diri ini dibacakan oleh saksi Partai...

MUNDUR Meski Raih Suara Tertinggi,Alasan Caleg Ratu Ngadu Perintah Surya Paloh,Pengamat:Tak Wajar

TRIBUN-MEDAN.com - Alasan caleg DPR RI Ratu Ngadu Bonnu Wulla mundur setelah meraih suara terbanyak di Pemilu 2024 dianggap tak wajar.

Ratu Ngadu Bonnu Wulla memilih mengundurkan diri meski mendapatkan perolehan tertinggi di NTT II. 

Caleg dari Partai Nasdem ini telah menyerahkan surat pengunduran diri ke KPU RI. 

Surat pengunduran dirinya telah ditandatangani oleh Ketua Umum Nasdem, Surya Paloh. 

Pengunduran diri ini dibacakan oleh saksi Partai Nasdem saat rapat pleno rekapitulasi hasil penghitungan suara tingkat nasional serta penetapan hasil pemilu serentak tahun 2024, Selasa (12/3/2024).

Pembacaan surat pengunduran diri oleh saksi Partai Nasdem ini juga ditayangkan secara langsung di channel youtube KPU RI.

Ratu Ngadu Bonu Wulla mengakui memang mengundurkan diri.

"Iya benar karena ada penugasan lain dari Ketum Partai NasDem Pak SP," jelasnya.

Ratu Ngadu Bonu Wulla menyatakan dia diberikan penugasan lain.

Dia membantah jika nantinya dia ditugaskan untuk maju sebagai Calon Bupati Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD).

"Pilkada SBD tetap Bapk MDT yang maju,saya penugasan lain kk, trimakasih," tutupnya.

Untuk diketahui, Pada pemilihan legislatif 14 Februari kemarin, Ratu Ngadu Bonu Wulla berhasil mendapatkan suara sebanyak 76.318 suara. Suara terbanyak di dapat Ratu Wulla di Kabupaten Sumba Barat Daya yakni 61.384.

Sedangkan rekan satu partainya yakni Viktor Bungtilu Laiskodat meraup suara 65.093 suara dari 12 daerah yang ada di dapil NTT II. Suara Viktor Laiskodat menyebar diatas angka seribuan di 12 kabupaten/kota.

Digantikan Viktor Laiskodat

Eks Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Laiskodat kini memiliki peluang untuk melenggang ke Senayan sebagai calon anggota legislatif (caleg) DPR RI terpilih dari Partai Nasdem.

Dalam rekapitulasi penghitungan suara Pileg 2024 untuk Provinsi NTT di kantor KPU RI, Selasa (12/3/2024), jatah Nasdem sebetulnya hanya 1 kursi. Kursi itu jatuh kepada caleg daerah pemilihan (dapil) NTT II Nasdem dengan suara terbanyak, yaitu Ratu Ngadu Bonu Wulla dengan raihan 76.331 suara.

Ratu Ngadu disebut mengundurkan diri. Sesuai Pasal 426 Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu (UU Pemilu), jatah kursi caleg terpilih yang mengundurkan diri otomatis digantikan oleh caleg dari partai dan dapil yang sama dengan perolehan suara terbanyak berikutnya.

Di bawah Ratu Ngadu, adalah Viktor Laiskodat caleg Partai Nasdem dengan raihan suara terbanyak pada dapil NTT II.

Ia berhasil mengantongi 63.359 suara. Surat yang diklaim sebagai surat pengunduran Ratu Ngadu telah disampaikan oleh saksi Partai Nasdem kepada pimpinan KPU RI pada rekapitulasi barusan.

"Dalam forum terbuka ini bahwa calon anggota legislatif Partai Nasdem nomor urut 5 Dapil NTT II menyatakan mengundurkan diri dan dengan demikian kami dari DPP Partai Nasdem menyampaikan surat kepada KPU RI dengan ditembuskan kepada Bawaslu RI," ucap saksi itu.

Pengamat Nilai Tak Wajar

Pengamat Politik dari Universitas Muhamadyah Kupang, Dr. Ahmad Atang mengatakan, mundurnya Ratu Ngadu Bonu Wulla alias Ratu Wulla sebagai Caleg DPR RI terpilih di luar kewajaran.

Ratu Wulla meraih suara terbanyak di antara Caleg DPR RI Dapil NTT 2 dari Partai NasDem, termasuk mantan Gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Laiskodat.

"Mundurnya ibu Ratu Wulla sebagai caleg terpilih Partai NasDem Dapil NTT 2 diluar kewajaran. Spekulasi publik akan memunculkan pertanyaan bahwa apa benar yang bersangkutan berkeinginan mundur atau dimundurkan," kata Ahmad Atang di Kupang, Selasa petang.

"Dugaan publik selalu saja terjadi karena apa yang dilakukan yang bersangkutan bukan hal yang biasa. Kesangsian publik beralasan, karena seandainya ibu Ratu Wulla merasa tidak sanggup atau tidak nyaman menjadi anggota DPR mengapa tidak dari awal dan kenapa harus diposisi jadi baru mundur," tambahnya.

Terlepas dari itu, lanjut Ahmad Atang, apa yang dilakukan oleh Ratu Wulla hanya dipahami oleh publik di panggung depan dan itu merupakan hak politik yang bersangkutan, namun fenomena ini melahirkan beberapa catatan penting.

Pertama, mundurnya Ratu Wulla sebagai caleg terpilih tidak otomatis caleg perolehan suara terbanyak di bawahnya menjadi penggantinya, karena posisi ibu Ratu Wulla belum menjadi anggota DPR karena belum dilantik sehingga tidak berlaku pergantian antar waktu.

Kedua, apakah dengan mundurnya Ratu Wulla tersebut maka suara yang diperoleh tetap dihitung atau justru gugur bersamaan dengan sikap pengunduran sebelum penetapan.

"Untuk menjelaskan hal ini tentu KPU sebagai penyelenggara yang dapat mengklarifikasinya," ujarnya.

Ketiga, secara etik, Ratu Wulla telah mengabaikan kepercayaan rakyat yang telah memberikan suara kepadanya. Ini merupakan preseden buruk terhadap perilaku politisi caleg yang tidak menghargai suara rakyat.

"Oleh karena itu, sebagai pertanggungjawaban moral dan politik, Ibu Ratu Wulla harus menjelaskan ke publik terkait keputusan mundur agak tidak menjadi bola liar bagi Partai NasDem dan yang bersangkutan ke depannya," katanya.

(*/tribun-medan.com)

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow