Menteri Kebudayaan Israel: Apa yang Disebut Sebagai Bulan Ramadan Harus Dihapuskan

Menteri Kebudayaan Israel: Apa yang Disebut Sebagai Bulan Ramadan Harus Dihapuskan- Menteri Israel berpaham ekstremis ultranasionalis menyerukan untuk “menghapuskan” bulan Ramadan, Jumat (1/3/2024). Sang Menteri juga menyerukan agar Israel menghilangkan ketakutan pada bulan suci itu merujuk pada riwayat konflik yang terus meningkat di Tepi Barat dan Yerusalem Timur selama bulan Ramadan. Baca juga: Brigjen IDF Ingatkan Netanyahu,...

Menteri Kebudayaan Israel: Apa yang Disebut Sebagai Bulan Ramadan Harus Dihapuskan

Menteri Kebudayaan Israel: Apa yang Disebut Sebagai Bulan Ramadan Harus Dihapuskan

TRIBUNNEWS.COM - Menteri Israel berpaham ekstremis ultranasionalis menyerukan untuk “menghapuskan” bulan Ramadan, Jumat (1/3/2024).

Sang Menteri juga menyerukan agar Israel menghilangkan ketakutan pada bulan suci itu merujuk pada riwayat konflik yang terus meningkat di Tepi Barat dan Yerusalem Timur selama bulan Ramadan.

Baca juga: Brigjen IDF Ingatkan Netanyahu, Serbuan ke Rafah saat Ramadan Bisa Picu Perang di Yudea dan Samaria 

“Apa yang disebut sebagai bulan Ramadhan harus dihilangkan, dan ketakutan kita terhadap bulan ini juga harus dihilangkan,” ujar Menteri Warisan (Kebudayaan) Israel, Amichai Eliyahu mengatakan kepada Radio Angkatan Darat dilansir Anadolu Agency.

Politisi sayap kanan tersebut adalah Menteri dari partai Otzma Yehudit yang dipimpin oleh Menteri Keamanan Nasional, Itamar Ben-Gvir.

Baca juga: Ben-Gvir: Kami Akan Terus Persenjatai Sipil Pemukim Israel, Tak Ada yang Namanya Bangsa Palestina

Pada November silam, Eliyahu juga menjadi sorotan karena mengatakan menjatuhkan “bom nuklir” di Jalur Gaza adalah “sebuah pilihan”.

Baru-baru ini, bocoran dokumen keamanan Israel mengatakan, hasil assesment intelijen menunjukkan kekhawatiran akan terjadinya peningkatan situasi di Tepi Barat yang Diduduki dan Yerusalem Timur selama bulan Ramadan.

Eskalasi itu sebagai akibat dari perang Israel di Gaza dan pembatasan yang ingin diberlakukan oleh pemerintah Tel Aviv di Masjid Al-Aqsa selama Ramadhan.

Media Israel mengatakan, pemerintah Amerika menekan Tel Aviv untuk mencapai kesepakatan dengan Hamas mengenai pertukaran sandera dan gencatan senjata di Gaza sebelum Ramadan, yang dimulai sekitar sepuluh hari lagi.

Baca juga: Israel Gempar, AS Kebut Rencana Pendirian Negara Palestina: Gencatan Senjata Sebelum Ramadan

Hamas Mau Israel Hentikan Perang Secara Total

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan pada Kamis, terlalu dini untuk mengatakan Tel Aviv telah mencapai kesepakatan mengenai pertukaran tahanan dengan Hamas.

Ketika pembicaraan mengenai kesepakatan pembebasan sandera berlanjut dengan mediasi dari AS, Qatar dan Mesir, Presiden AS Joe Biden mengatakan, Senin, kalau Israel akan menghentikan perangnya melawan Gaza selama bulan suci Ramadan jika kesepakatan tercapai.

Kelompok Hamas Palestina, yang diyakini menyandera lebih dari 130 orang Israel, menuntut diakhirinya agresi Israel secara penuh di Gaza sebagai imbalan atas kesepakatan penyanderaan.

Kesepakatan sebelumnya pada November 2023 mencakup pembebasan 81 warga Israel dan 24 warga asing dengan imbalan 240 warga Palestina, termasuk 71 wanita dan 169 anak-anak.

Israel telah melancarkan serangan militer mematikan di Jalur Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menurut Tel Aviv menewaskan kurang dari 1.200 orang.

Namun, Haaretz mengungkap kalau helikopter dan tank tentara Israel, pada kenyataannya, justru telah membunuh banyak warga mereka sendiri pada peristiwa tersebut.

Ada sebanyak 1.139 tentara Israel dan warga sipil yang tewas diklaim oleh Israel telah dibunuh oleh Perlawanan Palestina.

Setidaknya 30.035 warga Palestina telah terbunuh dan 70.457 lainnya terluka di tengah kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok.

Israel juga memberlakukan blokade yang melumpuhkan Jalur Gaza, menyebabkan penduduknya, khususnya penduduk Gaza utara, berada di ambang kelaparan.

Perang Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza terpaksa mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.

Israel dituduh melakukan genosida oleh Mahkamah Internasional. Keputusan sementara pada bulan Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow