Mengupas Tuntas Gejala, Penyebab, hingga Penanganan Gangguan Mental ADHD yang Diidap Fuji

ADHD adalah kondisi di mana seseorang mengalami gangguan dalam perkembangan dan aktivitas otak yang mempengaruhi aspek perhatian, hiperaktivitas

Mengupas Tuntas Gejala, Penyebab, hingga Penanganan Gangguan Mental ADHD yang Diidap Fuji

JAKARTA, KOMPAS TV - Dalam beberapa waktu terakhir, perhatian publik kembali tertuju pada kondisi gangguan mental Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD yang diidap oleh selebgram Indonesia, Fuji. Lantas, apa itu ADHD, gejala, faktor-faktor yang menyebabkan, hingga cara penanganannya?

Menurut laporan dari Kidshealth.org pada Selasa (6/6/2023), ADHD adalah kondisi di mana seseorang mengalami gangguan dalam perkembangan dan aktivitas otak yang memengaruhi aspek perhatian, hiperaktivitas, dan pengendalian diri.

Sementara itu, menurut dosen Psikologi Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta, Ratna Yunita Setiyani Subardjo, ADHD adalah kondisi gangguan mental di mana seseorang mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian pada suatu hal dan sulit untuk berdiam diri.

Mengutip laman Rumah Sakit Siloam, gangguan ADHD dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:

  1. Dominan Inatentif: Individu dengan ADHD kelompok ini mengalami kesulitan dalam fokus dan memusatkan perhatian pada satu hal.
  2. Dominan Hiperaktif-Impulsif: Individu dengan ADHD kelompok ini cenderung bersikap hiperaktif dan bersifat impulsif, melakukan tindakan tanpa memikirkan dampaknya.
  3. Kombinasi Inatentif dan Hiperaktif-Impulsif: Kelompok ini merupakan gabungan dari dua kelompok ADHD sebelumnya, yaitu kelompok inatentif dan kelompok hiperaktif-impulsif.

Mengutip Kompas.com, dokter biasanya melakukan diagnosis ADHD melalui beberapa tahap, meliputi:

  1. Wawancara medis: Dokter akan mengumpulkan informasi mengenai riwayat penyakit, baik yang bersifat turunan maupun tidak, masalah psikologis, serta melihat kegiatan dan catatan sekolah pengidap ADHD. Wawancara medis dapat dilakukan baik kepada pengidap maupun orang-orang di sekitarnya.
  2. Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi kondisi kesehatan secara menyeluruh pada pengidap ADHD.
  3. Tes kuesioner: Tes ini dapat berupa gambar atau pertanyaan psikologis yang membantu dokter dalam menilai gejala dan perilaku yang mungkin terkait dengan ADHD.

Baca Juga: Kerap Dianggap Sama, Ini 5 Perbedaan ADHD dan Autisme

Gejala ADHD

ADHD adalah salah satu gangguan perkembangan saraf yang umum terjadi, terutama pada masa kanak-kanak.

Secara umum, ADHD biasanya didiagnosis pertama kali pada masa kanak-kanak. Tetapi tidak jarang kondisi ini dapat terus berlanjut hingga dewasa.

Gejala ADHD pada Anak-anak

Gejala ADHD pada anak melibatkan kesulitan dalam memperhatikan, mengendalikan perilaku impulsif, atau menjadi terlalu aktif.

Berikut adalah beberapa ciri-ciri ADHD pada anak:

  1. Seringkali melamun atau tampak tidak fokus.
  2. Mudah lupa atau sering kehilangan barang.
  3. Merasa gelisah dan sulit untuk duduk diam.
  4. Bicara terlalu banyak.
  5. Ceroboh dalam melakukan tugas atau aktivitas.
  6. Kesulitan menahan diri dari godaan atau rangsangan sekitar.
  7. Tidak sabar dan sulit menunggu.
  8. Mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial atau bergaul dengan orang lain.

Gejala ADHD pada Orang Dewasa

ADHD memengaruhi sekitar 8,4% anak-anak dan 2,5% orang dewasa, menurut American Psychiatric Association.

Berikut adalah ciri-ciri ADHD pada orang dewasa:

  1. Tidak terorganisir.
  2. Mengalami masalah dalam hubungan interpersonal.
  3. Sulit untuk mempertahankan fokus.
  4. Merasa gelisah dan cemas.
  5. Hiperfokus pada suatu hal tertentu.
  6. Kesulitan dalam manajemen waktu.
  7. Rentan untuk melupakan hal-hal penting.
  8. Bersikap impulsif.
  9. Kurang termotivasi.
  10. Memandang diri sendiri dengan pandangan negatif.

Baca Juga: Marshanda Akui Pernah Dirukiah Gara-Gara Suka Ngamuk karena Penyakit Mental

Penyebab ADHD 

Penyebab dan faktor risiko ADHD masih belum sepenuhnya diketahui, tetapi penelitian terkini menunjukkan bahwa genetika memainkan peran penting. Beberapa studi terbaru telah menghubungkan faktor genetik dengan ADHD.

Selain genetika, para ilmuwan tengah meneliti kemungkinan penyebab dan faktor risiko lainnya, termasuk:

  1. Kerusakan otak.
  2. Paparan risiko lingkungan selama kehamilan atau pada usia muda.
  3. Konsumsi alkohol dan merokok selama kehamilan.
  4. Kelahiran prematur.
  5. Berat lahir rendah.

Walaupun demikian, anggapan bahwa ADHD disebabkan oleh konsumsi gula berlebihan, terlalu banyak menonton televisi, pola asuh, atau faktor sosial dan lingkungan seperti kemiskinan atau disfungsi keluarga belum sepenuhnya terbukti.

Baca Juga: Kenali Eating Disorder, Salah Satu Penyakit Mental: Bukan untuk Disepelekan

Cara Penanganan Pengidap ADHD

Hingga saat ini, ADHD masih dianggap sebagai gangguan mental yang belum dapat disembuhkan sepenuhnya. Meskipun demikian, terdapat beberapa pendekatan penanganan yang dapat membantu pengidap ADHD dalam menyesuaikan diri dengan rutinitas sehari-hari.

Berikut adalah beberapa langkah penanganan untuk individu dengan ADHD:

  1. Penggunaan obat penenang yang diresepkan oleh dokter: Tujuannya adalah membantu mengurangi perilaku hiperaktif dan impulsif yang mungkin dialami oleh pengidap ADHD.
  2. Terapi Kognitif Perilaku (CBT): Terapi ini merupakan psikoterapi yang bertujuan membantu pengidap ADHD dalam mengubah perilaku dan pola pikirnya menjadi lebih positif ketika menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.
  3. Penerapan metode pengasuhan yang tepat, terutama untuk anak-anak pengidap ADHD: Contohnya, orang tua dapat membuat jadwal rutinitas yang terstruktur dan memberikan petunjuk yang jelas kepada anak. Selain itu, memberikan contoh perilaku tenang juga dapat menjadi hal yang penting dalam pendekatan ini.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow