Mengungkap Sisa Pasukan Brigade Infanteri Ukraina Setelah 2 Tahun Berperang Lawan Rusia

Mengungkap Sisa Pasukan Brigade Infanteri Ukraina Setelah 2 Tahun Berperang Lawan Rusia– 24 Februari 2022 menjadi hari buruk bagi Ukraina karena untuk pertama kalinya Rusia melakukan invansi ke negara itu. Konflik antara Ukraina dan Rusia masih terus berlangsung hingga memasuki tahun ketiga. Kedua negara telah mengerahkan sejumlah personel hingga amunisi untuk melakukan pelawanan dan pertahanan. Namun memanasnya situasi di Timur...

Mengungkap Sisa Pasukan Brigade Infanteri Ukraina Setelah 2 Tahun Berperang Lawan Rusia

Mengungkap Sisa Pasukan Brigade Infanteri Ukraina Setelah 2 Tahun Berperang Lawan Rusia

SERAMBINEWS.COM – 24 Februari 2022 menjadi hari buruk bagi Ukraina karena untuk pertama kalinya Rusia melakukan invansi ke negara itu.

Konflik antara Ukraina dan Rusia masih terus berlangsung hingga memasuki tahun ketiga.

Kedua negara telah mengerahkan sejumlah personel hingga amunisi untuk melakukan pelawanan dan pertahanan.

Namun memanasnya situasi di Timur Tengah membuat Ukraina terpuruk karena merasa Barat telah mengalihkan fokusnya.

Akibatnya Ukraina telah mengalami kehabisan pasokan amunisi dan diperparah dengan memanasnya hubungan para elit di Ukraina.

Dilansir dari 24h.com, pada Februari 2022, Brigade Infanteri ke-59 – salah satu brigade utama Ukraina – memasuki medan perang dengan ribuan tentara. 

Baca juga: TRAGIS! Pilot Rusia Pengkhianat yang Membelot ke Ukraina dengan Helikopter MI-8 Ditembak Mati

Saat ini, personel mereka hanya tersisa 60-70 persen, ungkap Tygr (julukan), komandan peleton Brigade Infanteri ke-59.

Menurut Tygr, banyak tentara dari Brigade Infanteri ke-59 yang tewas di medan perang. 

Sisanya terluka atau dipulangkan karena usia tua atau sakit.

Di Perbatasan Timur, selain korban jiwa yang ditimbulkan oleh tentara Rusia, tentara Ukraina juga menderita cuaca dingin yang mengganggu kesehatan sehingga rentan terhadap penyakit.

“Cuaca terus hujan, turun salju, hujan, lalu turun salju lagi. Para prajurit menderita flu dan angina,”

“Mereka harus berhenti berjuang untuk sementara waktu tetapi tidak ada penggantinya,”

“Masalah mendesak yang dihadapi setiap unit adalah kekurangan personel,” kata komandan kompi Brigade No. 59.

Dalam beberapa bulan terakhir, tentara Rusia telah mencapai banyak kemajuan di medan perang. 

Pada tanggal 18 Februari 2024, tentara Rusia mengumumkan kendali penuh atas kota Avdiivka (wilayah Donetsk) - salah satu ‘ring api’ di garis depan di Ukraina.

Baca juga: FAKTA Jenderal Oleksandr Syrskyi, Panglima Baru Ukraina: Lahir di Rusia dan Berteman dengan Moskow

Sebelumnya, pada 16 Februari 2024, Oleksandr Borodin - juru bicara Brigade Penyerang ke-3 Ukraina - mengatakan i bahwa, di Avdiivka, jumlah tentara Rusia 7 kali lebih banyak daripada pasukan Ukraina.

Mengutip pejabat Ukraina, menyebutkan angkatan bersenjata Ukraina saat ini berjumlah sekitar 800.000 orang.

Sementara itu, pada Desember 2023, Presiden Rusia Putin memerintahkan penambahan 170.000 tentara ke pasukan Rusia. Jumlah total pasukan Rusia sekitar 1,3 juta tentara.

Kantor berita Reuters juga mewawancarai lebih dari 20 tentara dan komandan Ukraina di berbagai wilayah di sepanjang garis depan. 

Sebagian besar mengatakan personel dan senjata adalah dua masalah terbesar yang dihadapi pasukan Ukraina.

Hryhoriy - seorang komandan Brigade ke-59 - mengatakan bahwa, setelah kemajuan di Avdiivka, tentara Rusia terus menyerang tanpa henti dengan kelompok "5-7 orang".

Hryhoriy mengatakan, setiap harinya, tentara Rusia bisa mengatur serangan sebanyak 10 kali.

Baca juga: Militer Ukraina Mulai Ketakutan, Rusia Lakukan Serang Menggunakan Rudal Hipersonik 3M22 Zircon

“Ketika 1 atau 2 posisi bertahan menghadapi serangan terus menerus seperti ini, prajurit akan merasa lelah,” kata Hryhoriy.

“Senjata rusak dan jika tentara tidak menerima amunisi tambahan atau senjata pengganti, Anda dapat memahami konsekuensi apa yang akan ditimbulkannya,” tambah Hryhoriy.

Skorpion (nama panggilan) - seorang prajurit yang bertugas di unit artileri Ukraina - mengatakan bahwa sistem GRAD (artileri peluncuran serial) yang ia operasikan saat ini hanya menembak pada kapasitas 30 persen.

“Belakangan ini situasinya menjadi seperti ini. Amunisi yang disediakan oleh bantuan asing tidak banyak,” kata Skorpion.

Kementerian Pertahanan Ukraina belum menanggapi permintaan komentar mengenai status Brigade ke-59.

Ukraina sangat bergantung pada bantuan keuangan dan senjata dari Barat untuk melanjutkan konflik, namun paket bantuan senilai USD 61 miliar masih tertahan di Dewan Perwakilan Rakyat. 

Pasukan Ukraina tampaknya lebih rentan dari sebelumnya. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow