Hari-1 setelah Serangan Stroke - Aku Sadar, Bahwa Aku Tidak Bisa Apa-Apa

Chapter 1 Hari pertama aku di ICCU di Rumah Sakit St Francis Hospital, San Francisco USA - Aku Sadar, Bahwa Aku Tidak Bisa Apa2 - 8 Januari 2010

Hari-1 setelah Serangan Stroke - Aku Sadar, Bahwa Aku Tidak Bisa Apa-Apa

By Christie Damayanti

Chapter 1

Hari pertama aku di ICCU di Rumah Sakit Katolik (8 Januari 2010) -- St Francis Memorial Hospital, San Francisco USA

Aku tetap berusaha tersenyum dihadapan anak2ku, dan kedua orang tuaku. Tangan kiriku mengapai2 untuk menyentuh wajah mereka, tetapi susah. Mata mereka mengembang air, tetapi tidak jatuh. Aku yakin, mereka menutupi perasaannya, supaya aku tidak semakin terpuruk ......

Bahkan, bapak membimbing anakku dan ibuku untuk tersenyum, dan menyanyi memuji Tuhan sambil bertepuk tangan. Perlahan, aku membuka mulutku untuk berbicara, walau seperti kata anak2ku, suaraku seperti alien dan katak2ku tidak bisa dimengerti ......

Michelle, yang memegang boneka Dumbo, menyorongkan bonekanya untuk kugapai. Katanya,

"Untuk temenin mama, nanti kalau kita pulang"

Juga Dennis, memberikan boneka kecil, yang katanya juga untuk mama. Supaya temani mama, jika dia pulang .....

Hatiku tercekat!

"Memang nya, mereka mau pulang? 

Apakah aku tidak bisa pulang dalam waktu lama? 

Sampai kapan? 

Aduh ... apakah itu "pulang" berarti ke Jakarta atau "pulang" ke hotel?"

                 Michelle memberikan boneka gajah Dumbo nya untukku, yang katanya supaya aku tidak kesepian jika mereka pulang .....  

Aku berdigik! Sepertinya, hari2ku akan memakin muram. Aku mulai tidak betah, tidak bisa bergerak, tidak bisa bicara, tidak bisa berteriak dan tidak bisa berbuat apa2! Huhuhu .....

Tapi, ya sudahlah! Aku abaikan semuanya dulu, yang penting, kedua nak2ku bisa ada disisiku.

Bapak dan ibuku juga ada disisiku. Adik2ku dan keluarganya, boak balik datang.

Aku mulai merasa tenang. 

Walau di pikiranku, aku masih bingung, sebenarnya aku kenapa? Dan, aku sakit apa? Aku belum tahu bahwa aku terserang stroke. Mungkin tahu, tetapi sungguh waktu itu aku merasa ada yang ga beres di otakku.

Aku merasa, otakku bekeja sangat lambat.

Meningat2 saja, susah sekali. Sampai berkerut dahiku, tetap saja ingatanku lelet.

Aku ingat, sewaktu aku dalam gelombang perceraian. Aku sangat terpuruk. Sehingga, orang tuaku membawa aku dan kedua anak2ku untuk berdiskusi dengan seorang psikoloq. Mungkin, ada 5 atau 6 bulan, kai berada dalam pengobaatan psikis.

Aku diberi obat penenang, Xanax 25 mg. Aku dimina minum obat ini jika merasa down. Dimanapun itu, supaya aku bisa tenang.

Dan, waktu itu bisa minum obat itu 2x sehari. Tatpi ternyata, ujung2nya otakku itu menjadi lelet. Benar2 aku ingat, ketika hari kerja saat itu, biasanya aku bisa membereskan jawaban surat2 sampai setumpuk tebal, serta menulis laporan tebal untuk atasan2ku,

Tetapi setelah aku minum obat itu, iya aku memang menjadi tenang, tetapi otakku leletnya minta ampun! Bahkan, 1 lemar surat pun aku tidak bisa membalasnya!

Astaga!

Sejak aku sadar bahwa, mungkin karena obat penenang itu, ketika jadwalku ke psikoloq itu, aku dengan tegas tidak mau menerima resep obat penenang itu. Sehingga, aku hanya diminta istirahat jika aku merasa down.

Hasilnya?

Ya, otakku menjadi normal, bisa melakukan yang biasa, walau efeknya perasaanku tentang perceraianku kian bertumpuk. Efeknya lagi adalah, aku bekerja keras sekali untuk melupakan semuanya! Keras sekali!

***

Tidak lama, pintu kamarku terbuka. Ya, ternyata aku berada di sebuah rumah sakit di San Francisco, dekat dari hotel kami, tempat kami menginap saat itu.

Dan, aku berada di ruang ICCU. Sepertinya, ICCU VIP, karena hanya aku saja seorang diri dan kamarnya sangat luas!

Ini jika melihat keluar kamarku, f0to ini dari adikku walau aku sendiri tidak pernah melihatnya. Suasana rumah sakit di area ICCU, dengan berbagai peralatan serta banyak tenaga medis yang memantau kehiduan bagi pasien2 kritis seperti aku .....

Seorang dokter berpakaian putih, berkulit hitam, sepertinya dari India, menghampiri aku. Dia tersenyum lebar, dan bapakku menyambutnya. Aku hnya tetap berusaha untuk tersenyum, tetapi sepertinya bibirku tidak bergerak ......

"Hi, good morning, beautful lady", dia membuka percakapan.

Aku menatapnya dalam pandangan kosong. Bapakku yang menjawab dan mereka berdua terlihat pembicaan serius tentang aku. Ibuku dan kedua anakku tetao berada di sisi kiri tubuhku dan, tetapi berusaha menghiburku.

"Dok, bagaimana keadaan anak saya? Keadaan otaknya bagaimana?", Bapak ku bertanya

"Ya, dia terserang stroke berat, heavy stroke. Pembuluh darah otak kirinya pecah, dan darah merendam otak kirinya", jawab dokter itu.

"Lalu, bagaimana selanjutnya? Apakah kepala putri saya harus di buka untuk menyerap darah tersebut?", tanya bapakku lagi.

"Tidak perlu, bapak. Ternyata, tiba2 pendarahannya sudah berhenti. Otak itu akan menyerap sendiri darah tersebut, sehingga tidak harus membuka rongga kepalanya", jawab dokter itu lagi.

Dokter itu berkata lagi,

"Dengan keadaannya seperti ini, dengan darah itu merendam otak kirinya sebanyak sekitar 20%, maaf kami harus memberi-tahukan kepada keluarga bahwa putri bapak tidak bisa sembuh, dan hanya bisa berbaring seprti ini saja, entah sampai kapan ..."

Aku tersentak!

Hatiku berontak! Aku ingin menjawab semua kata2 dokter itu. Mulutku terbuka, dan aku mengeluarkan kata2 aneh, yang kata anak2ku seperti suara alien,

"Dok, AKU TIDAK TERIMA DIKATAKAN AKU TIDAK BISA SEMBUH! Tidak! Aku akan sembuh! Jika aku masih hidup di dunia ini, berarti Tuhan masih punya rencana untukku! Minimal, tugasku mash belum selesai. Ada 2 orang anakku yang harus aku hidupi"

"Jadi, aku tidak mau tidak sembuh! AKU MAU SEMBUH!" 

Aku berontak keras. Suaraku dengan kata2 yang tidak dapat dimengerti oleh siapapun, menyentak mereka.

Dokter itu menenangkan aku. Mungkin, dia merasa aku bisa mengerti apa saja yang sedang di diskusikan dengan bapakku.

Orang tuaku dan anak2ku pun, terlihat menenangkan diriku, ketika aku nyerocos terus, dengan kata2 yang tidak dapat mereka mengerti .....

Lalu, aku kembali tenang. Otakku yang menyuruh demikian!

Jujur, aku bingung. Jika otakku lambat untuk bergerak, tetapi mngapa aku mengerti percakapan antara dokter itu dengan bapak, dalam bahasa Inggris? Entahlah ....

Aku menatap bapak dan ibuku. Aku melihat wajah mereka. Ada kesedihan dan galau yang teramat sangat! Mereka berdiam diri beberapa saat, dan dokter itu memberi waktu untuk mereka mencerna kata2nya.

Aku benar2 diam saja, ketika dokter itu menunjukkan video hasil MRI otakku dan foto2 rongent otakku. Ketika foto2 rongent itu ditunjukkan kepada bapakku, dengan cara diletakkan di layar lampu depan tempat tidurku, aku bisa melihat dan mencernanya,

Ya, aku tetap bisa menberti apa yang ada di foto itu. Juga mengerti apa kata2 dokter itu. Otak kiriku ada ruang putih, yang ternyata ruang putih itu adalah darah kental yang merendam otak kiri ku itu.

Irisan2 otakku secara virtual, terpampang di depanku. Kedua orang tuaku serius mendengarkan paparan dokter itu. Dan, aku tetap diam seribu bahasa, setelah aku tenang karena pernyatan dokter tersebut.  

Otak kiriku, terendam barah 20%, terlihat bagian warna putuh tu adalah darah segar yang merendam otak kiriku. Begitu mngerikan terlihat! Jika Tuhan tidak berkenan, otakku akan terendam darah seluruhnya, ketika pembuluh darah otakku tidak berhenti .....  

Anak2ku tidak mengerti apapun. Mereka tenang menyikspinya, dan tetap berada di sisi kiriku, dimana tangagn kiriku semakin lancer untuk menggapai mereka.

Dokter itu, ternyata Dokter Gandhi, seorang dokter dari India yang bertuga di rumah sakit Katolik ini di San Francisco, sangat ramah. Dia terus tersenyum, walau sempat mendapat protest eras dengan pernyataannya.

Dia banyak berkata2, bahwa aku akan segera di terapi dengan berbagai metoda. Aku harus belajar minum. Aku harus belajar bergerak, bahkan aku pun harus belajar pipis!

Ya, aku baru sadar bahwa aku memakai katetr, setelah aku merasa gatal diselangkanganku, dan setelah kugaruk, ternyata ada selang disana.

Dan setelah Dokter Gandhi keluar dari kamarku, datang seorang susuter membawa 1 gelas dengan isi air mineral, serta semangkok eskrim, untukku.

"Untukku? Koq? Koq eskrim?", pikirku

Benar, kan! Otakku benar2 lelet untuk berpikir. Aku benar2 memeras otakku untuk menjawab pertanyaan2ku tentang itu. Duh ......

Aku pun tetap mengibaskan apa yang aku tidak bia menjawab. Suster itu yersenyum ke arahku.

"Good morning, mam. Lets go to have breakfast", kata suster itu.

Dia membantuku untuk menegakaan kepalaku, dengan menegaakkan bagian kepala tempat tidurku.

Begitu aku tegak diposisi berbaring karena tempat tidurku tegak, kepalaku langsung berputar2. Aku memejamkan mataku sejenak. Merasakan denyutan otakku. Semakin lama otakku semakin berdenyut!

"Ah, Tuhan ...... kepalaku sakit sekaliiiiiii ....."

Aku serasa tersedot. Otakku serasa menyedot jiwaku. Nyut ... nyut ... nyut ... dan perlahan sepertinya jiwaku terus tersedot, lama2 menghilang .....

"Beginilah seseorang yang terserang stroke? Benar! Sakit sekali! Sungguh, kepalaku sering berdenyut dan jika itu terjadi, aku merasa jiwaku tersedot ......"

Agak lama mataku tertutup, suster itu sabar menanti. Anak2ku sepertinya juga bingung dengan sikapku dan orang tuaku semakin kawatir. Aku tidak bisa mengeluh, karena aku tidak bisa bebicara! Tetapi, aku yakin dengan wajahku yang penuh kerutan, mereka tahu, ada yang tidak beres di kepalaku.

Setelah sudah tidak terlalu sakit dengan denyutan di otakku, aku membuka mataku. Tenang lagi. Mataku melirik kanan dan kiri. Memanjakan pandangaku setelah aku tidak mampu bergerak sama sekali, sebelumnya.

Mendadak, mulutku mampu tersenym. Kerak2 di mulutku yang sempat tidak bisa bergerak, luruh. Aku bisa tersenyum. Aku tersenyum lebar kepada semua orang. Anak2ku pun senang.

Mereka berebutan memelukku! Astaga ..... betapa bahagianya aku.

Perlahan, satu demi satu, tubuhku mampu merespon untuk hidup kembali ....

Pertama, aku mampu menggerakkan tangan kiriku walau belum bisa menggapai wajah2 mereka yang kusayangi.

Kedua, Aku mampu bersuara dan berkata2 walau kata anakku suaraku seperti alien dan kata2ku tidak ada yang bisa mengerti. 

Ketiga, aku mampu mengerti kata2 dalam bahasa Inggris, walau tidak mampu menjawab.

Dan keempat, aku dudah mampu tersenyum bahkan tersenyum lebar, setelah berjam2 aku berusaha untuk melakukannya .....

Bagaimana aku tidak bersyukur?

Walau aku bukan seseorang yang religious berat, aku mengerti dan yakin bahwa Tuhan selalu berada disisiku dan menolong dengan cara NYA.

Suster itu bergerak mendekat kepadaku ketika dia melihat aku tidak kesakitan lagi. Bapak dan ibuku pun mendekat. Hanya anak2ku yang terbengong2 melihat aku, mamanya.

Mungkin mereka berpikir, bagaimana mamanya bisa makan dan minum?

Suster itu mendekatkan gelas yang berisi air miniral, dan meminta aku membuka mulutku.

"Aaaaaa ...."

Sesendok kecil air mineral dimasukkan ke mulutku dan aku menelan. Tepatnya, berusaha menelan.

Astagaaaaaaa, sudah sekali aku menelan. Sampai, aku menyipitkan mataku utuk menelan! Susah! Tetapi ketika air mineral itu sudah tertelah, tiba2 dadaku terasa panas sekali!

"Aku memegang dadaku dengan tangan kiriku. Aku mengkeret terbungkuk2 memegangi dadaku karena aku merasa sangat kesakita. Ya, Tuhanku ...... mengapa aku tidak bisa menelan?"

Cukup lama aku terbungkuk2 dalam posisi duduk diatas tempat tidurku. Aku mengeluarkan suara2 mengeluh, dan aku yakin, mereka yang berada di selilingku terlhat takut karena keadaanku.

Aku pun sangat ketakutan. Dadaku terasa sangat panas, dan semain panas. Sakit sekali! Mataku berair karena kesakitan, dan suara2 alien it uterus keluar dari mulutku.

Dan, kedua anaku ketakutan, sambil dipeluk oleh kedua orang tuaku .....

"Arrghhhhhhh ...."

Suara2 itu menggema di ruang ini. Kesakitan ku benar2 membuat aku tidak berdaya. Sepertinya, aku berada di lorong antara hidup dan mati. Aku tetap sadar dengan apa yang terjadi, tetap kesakitanku seperti menyedot jiwa dan ragaku!

Cukup lama, kalau tidak mau dikatakan "lama", aku menenangkan diri. Dan setelah dadaku semakin membaik, suster itu meminta aku membuka mulutku lagi, untuk memasukkan air lagi.

Aku ketakutan!

Aku tidak mau mengulang sakit dadaku! Tetapi, aku tahu, bahwa aku harus melakukan itu. Ini adalah salah satu bentuk terapi minum. Jik tidak di terapi, aku benar2 hanya bisa berbaring saja di atas ranjang bahkan minum saja tidak bisa!

Belum lagi, aku harus belajar makan. Belajar bergerka, bahkan belajar pipis!

"Oklah! Aku akan terapi minum lagi", pikirku  

Aku membuka mataku, dan mulutku. Hatiku berdegup, siap merasakan rasa kesakitan besar di dadaku. Dan, ketika air masuk ke mulutku, aku berusaha menelannya.

Sekali lagi, aku tetap susah menelan, dan begitu air mineral itu berhasil tertelan, kesakitan itu langsung menyambutku lagi! Sakiiiiiiiiiitttttt sekaliiiiiiiiiiiii, huhuhuhu .......

Aku terbungkuk2 lagi. Orang tuku memelukku, kulihat sekilas air mta mereka menggenang di sudut2 mata mereka. Bahkan, anakku mengais tersedu, melihat bagaimana mamanya berjuang untuk hidup ......

Seketika itu juga, aku sadar sesadar2nya!

Melihat semua yang menyayangiku ketakutan dan sedih dengan penderitaanku, aku semakin bertekad bahwa aku harus sembuh! Aku harus sembuh untuk mereka!

Aku harus sembuh untuk kedua orang tuaku supaya mereka tidak sedih.Dan, aku harus sembuh untuk kedua anakku, untuk membiayai hidup nya, dan untuk sekolah mereka.

"Ya! 

AKU HARUS SEMBUH! HARUS SEMBUH! HARUS !!!"

Setelah suapan kedua yang membuat aku terus kesakitan di dadaku, dan otakku berdenyut2 keras, aku memantapkan diriku. Sakitku harus kuredam, demi aku bisa sembuh! Dan, semangatku kembali lagi!

Suapan ketiga dan terus suapan keempat, kelima dan seterusnya. Dengan kesakitan yang sama, tetapi semakin berkurang, dadaku semain tegak tampa aku harus terbungkuk2 serta kepalaku tidak berdenyut lagi.

Sampai suapan kesekian, aku sudah bisa menelan dengan baik, dan dadaku tidak sakit lagi ......

Thx GOD! Aku sudah bisa menelan dan bisa minum!

Bapakku bertanya pada suster itu, dalam bahasa Inggris tentunya,

"Mengapa putriku tidak bisa menelan dan mengapa dia terlihat sakit dan memegangi dadanya?"

Suster itu menjawab,

"Karena ibu ini lumpuh seluruh tubuhnya sebelh kanan. Termasuk kerongkongannya. Termasuk saluran2 di tubuhnya, walaupun itu bisa diterapi". 

"Ketika dia bersuaha menelan dan susah, itu karena kerongkongannya terbelah. Sebagian tubuh kanan, tertutup dan ketika air mengalir di kerongkongannya, alirannya masuk ke paru2, bukan ke lambung. Sehingga, dadanya sakit karena paru2nya kemasukan air"

Mungkin, kira2 begitulah artinya, walau mungkin itu pun salah dengan pengertianku sendiri dalam otakku yang sudah rusak karena terendam darah 20%.

Aku bersyukur untuk itu, walau sedikit sekali kemanjuannya, setelah serangsn stroke sejak pagi subuh waktu itu .....

Aku sudah bisa tersenyum, aku membalas pelukan orang tuaku dan pelukan anak2ku. Hatiku bernyanyi2, ternyata sebuah kebahagiaan bukan mahal koq. Bahkan, dengan ak bisa menelan saja, itu merupakan kebahagiaanku, saat itu!

Lalu, suster mengangkat mankok eskrim dan meminta aku untuk membuka mulutku lagi. Sekarang, aku benar2 bersiap untuk mencoba makan. Eskrim mask ke mulutku dan aku menelannya. Tidak susah!

Tetapi, ketika eskrim itu meluncur ke kerongkonganku,

Ah ...... kesakitanku terulang kembali! Sakitnya lebih parah lagi! Lau biasa! Dadaku mengkerut! Aku terbungkuk2 dan aku terbatuk2! Mataku berair, bahkan mengalir deras! Sakit sekali!

Aku berteriak, melolong seperti suara alien. Orang tuaku pasti menangis melihatku. Mereka memlukku, dan bapakku mengucap kata2 penghiburan unutkku,

"Sabar, sayang ..... sabar ..... berdoa ya. Bapak dan ibu dan anak2mu selalu berdoa untukmu"

Sambil mengelus2 punggung ku, aku mejadi tenang. Anak2ku menangis lagi. Michelle sampai sesegukkan. Aku menggapai mereka dengan tangan kiriku, setelah batuk2 dan sakit di dadaku berkurang.

Kami berpelukan berlima. Hatiku rasanya sakit sekali. Sesakit ketika eskrim itu meluncur di kerongkonganku. Melihat semuanya, aku semakin terpuruk ......

"Ah, Tuhan..... sampai kapan aku mengalami kesakitan seperti ini? Hatiku sakit sekali melihat mereka ketakutan dan sedih karena keadaanku? Sampai kapan, Tuhan?"

Setelah reda, suapan kedua mulai lagi dengan kesakitan yang sama, dan kembali aku terbatuk2 dan memegang dadaku lagi sambil terbungkuk2. Mataku sembab karena terus menangis. Menangis karena kesakitan .....

Suapan ketiga dan seterusnya, aku harus jalani dengan sepenuh hati, jika aku mau sembuh! Ya! Aku mau sembuh! AKU MAU SEMBUH !!!!!

Dan, suapan demi suapan, kutelan, dengan kesakitan yang lama kelamaan semakin berkurang.

"Puji Tuhan! Aku berhasil menelan! Aku berhasil makan dan minum! Astagaaaaaa ..... aku menuju sembuhhhhhh ......"

Aku berdendang, aku bernyanyi. Tralala ... trilili ... aku kenyang makan eskrim dan aku bersiap terapi2 makan dan minum selanjutnya .....

"Suster, apakah putri saya sudah bisa makan lebih baik?", tanya bapakku.

"Ya, pak. Ketika dia menelan eskrim itu, tetap mulanya masuk ke paru2, bukan ke lambung. Sakitnya lebih berat dibanding dengan paru2nya kemasukkan air. 

Mengapa kami memberi eskrim awalnya? 

Karena eskrim cukup padat tetapi bisa mencair, sehingga bisa luruh dengan sendirinya ....."

Begtu keterangan dari suster itu.

Hari itu, hari pertama aku di lingkaran pasca-stroke. Hari pertama juga aku di ICCU St. Francis Hospital. Dan, aku mendapatkan pelajaran2 kehidupan.

Sakitku akibat serangan stoke, membuat aku yakin betapa Tuhan sangat sayang kepadaku.

Walau pada kenyataannya, aku maih merasa gamang saat itu.

Berapa lama aku berada dalam lingkaran2 ini? Berapa lama aku bisa bertahan untuk hidup? Atau berapa lama kedua orang tuaku dan anak2ku memendanm kesedihan dengan keadaanku?

Aku tidak tahu ....

Aku merasa, masa depanku masih gelap. Gamang it uterus menerus. Lama kelamaan, gelap. Aku tidak tahu, kegelapan2 apa lagi yang akan melandaku. Karena, aku yakin akan banyak kegelapan2 baru, dimana aku tidak pernah tahu, ada apa di depanku ....

Aku juga merasa, denyutan kepalaku semakin sering dan membuat aku terpuruk. Kesakitan2ku terus bertahan di hatiku.

Akankah kesakitan2 itu terus ada? 

Mungkin bukan di dadaku atau di paru2ku. 

Mungkin bukan di kepalaku dengan denyutan2nya. Tetapi, mungkin kesakitan2ku di tubuh kaanku yang lumpuh.

Aku akan harus sembuh. Berarti aku harus bisa bergerak. Dengan kelumpuhanku, pasti tubuh kananku harus terus diterapi. Akan kah kesakitan2 itu melanda di tubuh kananku yang lumpuh?

Kegelapan masa depanku, sangat terasa ketika saat itu orang tuaku dan anak2ku harus pulang ke hotel, karena sudah sore. Mereka harus beristirahat.

Kegelapn itu sudah mulai sejak itu, dimana aku aku harus berpisah dengan semua orang yang aku sayangi. Mereka memang harus beristirahat, dan aku harus masih Tinggal di ICCU. Karena, bergerakpun aku belum mampu .....

Sabar! Ya, sabar!

Aku harus sabar untuk sembuh! Ya, aku harus sabar! Ku mau hidup! Aku tidak mau mati! Aku tidak mau terkukung dari lingkaran tubuh lumpuhku! Aku mau bisa berbicara! Aku mau tetap bisa menjadi Christie yang dulu! Aku mau itu!

Ya! Aku harus bisa sagat bersabar! Sangat bersabar!

Saat itu, aku merasa berada seperti berada di neraka! Sepertinya, neraka dunia, ketika aku harus berpisah dari semua orang yang kusayangi ....

Ya, sekali lagi, aku memang harus bersabar.

"Bersakit2 dahulu dan bersenang2 kemudian, bukan? Aku akan bersenang2 seteah aku bersakit2 dahulu. Kata2 yang benar2 unik, karena aku benar2 kesakitan. Bukan hanya kata2 kiasan saja. Aku memang benar2 kesakitan ..."

Sabar memang harus terus aku jalanku. Sakitku ini menyadarkan aku bahwa aku harus belajar bersabar. Tidak seperti aku yang susah untk bersabar. Maunya terus segera, segera dan segera.

Proses belajar menelan, belajar minum dan belajr makan itu, harus dibarengi dengan proses belajar bersabar. Ya, Tuhan memang unik untuk mengajariku untuk belajar, termasuk belajar bersabar ......

Kesadaran2ku terus terbentuk. Ternyata, sakitku menyadarkanku. Sebuah kesadaran yang sebenarnya aku sudah tahu, tetapi aku terus mengabaikannya.

Bahwa, dengan sakitku, aku yang awalnya perfeksionis tentang apapun, justru aku harus bisa berpasrah dengan keadaanku sekarang.  

Tuhan mau menggemblengku, Tuhan mau aku berserah, bukan pasrah. Tuhan amu aku bergantung pada DIA, atau setidaknya menurut pemikiranku, Tuhan mau aku tidak bergantung pada diriku sendiri dengan kepongahan2ku ......

Hari pertama yang penuh dengan pembelajaran2 kehidupan untukku. Jika saat itu aku berumur hampir 40 tahun, dan aku sibuk dengan kepongahan2ku selama itu, akan berapa lama kah, kesabaranku terus diuji untuk aku bisa sembuh?

Ah ..... entahlah ......

Aku tidak mau berpikir jauh. Aku hanyan ingin menikmati sehari demi sehari. Siapa tahu, dengan kesabaranku, Tuhan tidak akan mengujiku selama dengan kepongahan2ku .....

Hari itu, walau aku tetap gamang dengan masa depanku, tetapi aku mampu tidur dengan nyenyak, untuk besok aku mampu meredam kesakitan2 baru yang mngkin tidak aku pernah bayangkan ......  

Aku dengan wajah pias, bahkan jika aku tidak detail memperhatikan, aku sekarang pun tidak mengenali wajah piasku, seperti ini .....

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow