Hamas Belum Kehilangan Kekuatan

Serangan terbaru Israel ke Rumah Sakit Al-Shifa menunjukkan bahwa Hamas belumlah kehilangan kekuatannya.

Hamas Belum Kehilangan Kekuatan

EMPAT bulan lalu tentara Israel menyerbu rumah sakit terbesar di Gaza, Rumah Sakit Al-Shifa. Alasannya, rumah sakit itu telah menjadi pusat komando dan kendali kelompok Hamas. Israel kini menunding, Hamas telah kembali ke tempat itu dan Israel pun menyerang lagi rumah sakit tersebut, Senin (18/3/2024) lalu.

Militer Israel mengatakan, pihaknya punya “informasi intelijen nyata” bahwa anggota Hamas telah berkumpul kembali di sana. Warga Palestina mengatakan kepada BBC tentang ketakutan mereka karena terjebak dalam pertempuran sengit di tempat itu.

Serangan terbaru Israel itu menunjukkan bahwa Hamas belumlah kehilangan kekuatannya. Beberapa analis berpendapat, hal itu menunjukkan betapa mendesaknya kebutuhan akan strategi komprehensif tentang bagaimana menghadapi kelompok bersenjata tersebut dan rencana yang jelas mengenai seperti pemerintahan di Gaza pasca-perang.

Baca juga: Pasukan Israel Kembali Serang RS Al-Shifa di Gaza, Ini Alasannya

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim telah membunuh "lebih dari 140 teroris" dalam pertempuran yang berlangsung di Al-Shifa dan telah menangkap sekitar 600 orang, termasuk puluhan komandan penting Hamas serta beberapa anggota kelompok Jihad Islam. Dua tentara Israel juga tewas dalam peristiwa terbaru itu.

Laporan Israel menyatakan, dalam beberapa minggu terakhir tentara menemukan tokoh-tokoh senior Hamas telah melanjutkan operasi di Al-Shifa dan beberapa bahkan membawa keluarga mereka ke rumah sakit itu. Militer Israel mengatakan, pihaknya menemukan gudang senjata dan sejumlah besar uang tunai di lokasi tersebut.

Hamas membantah para anggotanya bermarkas di sana dan mengklaim bahwa mereka yang tewas adalah pasien yang terluka dan orang-orang yang kehilangan tempat tinggal.

Sejumlah saksi mata Palestina mengatakan kepada BBC bahwa tembakan dan serangan udara Israel telah membahayakan pasien, petugas medis, dan ratusan orang yang masih berlindung di lokasi itu.

Seorang jurnalis lokal membagikan rekaman yang memperlihatkan asap yang mengepul dari kompleks rumah sakit tersebut.

Dalam sebuah video lain yang belum diverifikasi, yang muncul di media sosial, puluhan perempuan terlihat berjongkok di sebuah gedung bersama anak-anak mereka. Salah satu dari mereka mengatakan, "Mereka membawa para pria kami ke suatu tempat yang tidak diketahui dan sekarang mereka meminta perempuan dan anak-anak pergi. Kami tidak tahu ke mana kami akan pergi".

Di latar belakang, seorang tentara Israel berkata melalui pengeras suara, "Jangan meninggalkan gedung tanpa instruksi. Kami berupaya mengevakuasi warga sipil tanpa cedera, seperti yang kami lakukan di rumah sakit lain di waktu sebelumnya."

Pada November lalu, ada tuduhan tentang kemungkinan pelanggaran hukum internasional saat tank Israel mendekati Al-Shifa, yang terletak di jantung Kota Gaza. Sejumlah bayi prematur termasuk di antara orang-orang yang meninggal karena kondisi yang memburuk di rumah sakit yang terkepung itu.

Tentara Israel merilis rekaman kamera pengintai yang menunjukkan dua sandera yang diculik Hamas dari Israel telah dibawa ke rumah sakit itu. Setelah pencarian yang ekstensif, pasukan Israel meledakkan sebuah terowongan besar dengan ruangan-ruangan yang berada di bawah lokasi tersebut dan kemudian mereka mundur.

Tentara Israel kemudian menyatakan, brigade dan batalion regional Hamas di Jalur Gaza utara telah dilumpuhkan. Namun segera muncul laporan bahwa sel-sel kecil Hamas mulai berkumpul kembali.

AS Ragu dengan Langkah Israel

Meskipun Hamas tanpa diragukan telah sangat dilemahkan oleh perang, terdapat tanda-tanda bahwa mereka telah berusaha memulihkan kemampuan pemerintahannya, termasuk melalui pejagaan ketertiban dan beberapa kemungkinan keterlibatan dalam distribusi bantuan.

Amerika Serikat (AS) telah mengindikasikan bahwa tindakan militer terbaru Israel di Rumah Sakit al-Shifa menggambarkan kekhawatirannya bahwa sekutu dekatnya tidak memiliki strategi yang memadai untuk membubarkan Hamas.

Baca juga: Kenapa Rumah Sakit di Gaza Sering Jadi Target Saat Konflik Israel-Hamas?

“Israel pernah membersihkan Shifa. Hamas kembali ke Shifa, yang menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana memastikan operasi berkelanjutan melawan Hamas sehingga mereka tidak dapat melakukan regenerasi, tidak dapat merebut kembali wilayah tersebut,” kata Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, minggu ini.

AS telah menekan Israel untuk memberikan alternatif yang bisa diterima terhadap pemerintahan Hamas di Gaza. Rencananya adalah mempromosikan individu-individu yang terkait dengan Otoritas Palestina (PA) yang diakui secara internasional dan bekerja sama dengan negara-negara Arab untuk mencegah kekosongan kekuasaan.

Israel sebelumnya mengatakan, pihaknya berusaha untuk bekerja sama dengan para pemimpin klan di Gaza yang tidak memiliki afiliasi dengan Otoritas Palestina atau Hamas.

Kini, Wall Street Journal melaporkan bahwa para pejabat keamanan Israel "secara diam-diam mengembangkan rencana untuk mendistribusikan bantuan", bekerja sama dengan para pemimpin dan pengusaha Palestina yang tidak terkait dengan Hamas. Ada dugaan bahwa hal ini "pada akhirnya dapat menciptakan otoritas pemerintahan yang dipimpin oleh orang Palestina".

Media Israel menyatakan, operasi di Rumah Sakit Shifa bisa berlangsung selama beberapa hari. Hal ini tidak dikaitkan dengan operasi militer di Rafah yang menurut Israel harus dilakukan untuk memenangkan perang dengan Hamas.

Ada kekhawatiran internasional terkait dampak serangan di perbatasan Mesir itu karena lebih dari separuh dari 2,3 juta penduduk Gaza kini mengungsi ke sana.

"Itu akan terjadi. Dan itu akan terjadi bahkan jika Israel terpaksa berperang sendirian," kata Menteri Urusan Strategis Israel, Ron Dermer, dalam podcast Call Me Back with Dan Senor.

Meskipun tentara Israel telah merumuskan rencana operasional untuk menyerang Rafah dan telah menyerahkannya kepada pemerintah Israel, belum ada perintah yang diberikan untuk melaksanakan operasi itu.

Tampaknya kecil kemungkinannya bahwa operasi itu akan dilakukan selama Ramadhan, yang berakhir sekitar tanggal 9 April mendatang. Israel juga memerlukan waktu untuk membangun kekuatan yang diperlukan di Gaza.

Meskipun ada deklarasi yang menyatakan sebaliknya, para pakar tentang Israel juga yakin bahwa agar operasi di Rafah bisa efektif, pada akhirnya diperlukan koordinasi dengan Mesir dan Amerika Serikat.

“Orang-orang Mesir berada di sisi lain perbatasan,” kata purnawirawan Jenderal Amos Gilad di Radio Kan Israel. “Anda tidak dapat melakukan apapun di Rafah tanpa berkoordinasi dengan Mesir dan Amerika.”

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow