Kapan Penderita Hipertensi Bisa Berhenti Minum Obat?
TEMPO.CO, Jakarta – Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit yang berisiko tinggi jika tak mendapat pengobatan yang baik. Karena itu, orang dengan kondisi ini harus mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan dokter dalam jangka waktu yang panjang, bahkan bisa seumur hidup. Meski begitu, bukan berarti penderita hipertensi tidak bisa berhenti mengonsumsi obat dalam waktu tertentu.
Hipertensi adalah kondisi yang terjadi saat darah memberi tekanan berlebihan pada pembuluh darah. Seiring waktu, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan masalah kesehatan lainnya yang lebih serius, termasuk masalah penglihatan, serangan jantung, stroke, gagal ginjal, dan gagal jantung.
Dilansir dari WebMD, kondisi serius yang diakibatkan hipertensi dikarenakan kebanyakan orang yang menderita tekanan darah tinggi tidak menyadari bahwa mereka mengalaminya. Tekanan darah tinggi sering disebut sebagai “pembunuh diam-diam” karena jarang menimbulkan gejala, meskipun dapat menyebabkan kerusakan serius pada tubuh.
Karena itu, penderita hipertensi diwajibkan untuk mengonsumsi obat-obatan secara rutin berdasarkan resep yang diberikan dokter. Namun, bagi sebagian orang, mengonsumsi obat-obatan dalam jangka waktu yang panjang atau mungkin seumur hidup menjadi sebuah rutinitas yang melelahkan. Terlebih ketika penderita merasa kondisinya telah membaik, yang membuatnya memiliki keinginan untuk menghentikan pengobatan.
Padahal, meski merasa sehat, penderita hipertensi harus tetap mengonsumsi obatnya dan dilarang berhenti secara tiba-tiba atau tanpa berkonsultasi terlebih dahulu. Namun bukan berarti menghentikan pengobatan hipertensi adalah hal yang mustahil.
Cara Berhenti dengan Aman
Dikutip dari laman Verywell Health, selama itu dikonsultasikan dengan tenaga kesehatan atau dokter, maka keputusan untuk menghentikan obat tekanan darah bisa saja dilakukan. Namun perlu didasarkan pada pembacaan tekanan darah, kesehatan penderita hipertensi secara keseluruhan, dan kemungkinan faktor yang berkontribusi dan apakah faktor tersebut dapat dimodifikasi.
Penelitian belum dapat memastikan berapa lama tekanan darah penderita hipertensi harus normal sebelum menghentikan pengobatan. Namun, penelitian menyarankan untuk menunggu selama enam bulan hingga dua tahun.
Penderita hipertensi juga bisa memulai untuk mendiskusikan masa percobaan tanpa pengobatan jika:
– Penyedia layanan kesehatan atau dokter menganggap tekanan darah tinggi yang dialami penderita disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat diubah, meliputi masalah pola makan, termasuk terlalu banyak garam, tingkat aktivitas rendah, memiliki berat badan berlebih atau obesitas, konsumsi alkohol berlebihan, merokok, dan stres.
– Penderita hipertensi membuat perubahan positif di area tersebut.
– Hasil tekanan darah penderita telah membaik.
Jika dokter setuju bahwa penderita aman untuk berhenti mengonsumsi obat tekanan darah, ikuti petunjuknya dengan saksama. Dalam beberapa jenis obat, penderita mungkin perlu menurunkan dosis untuk sementara waktu sebelum berhenti total.
Dokter juga dapat memantau tekanan darah pasien selama beberapa minggu sambil menurunkan dosis secara perlahan untuk menghentikannya dengan aman.
Selain dimulai dari penderita hipertensi itu sendiri, penyedia layanan kesehatan atau dokter juga bisa saja lebih dulu menyarankan penghentian konsumsi obat hipertensi dengan melihat beberapa kondisi berikut.
1. Kehamilan
Obat-obatan yang dikenal sebagai penghambat ACE dan penghambat reseptor angiotensin (ARB) tidak aman untuk dikonsumsi selama kehamilan. Jika penderita hipertensi mengonsumsi obat-obatan ini dan mencoba untuk hamil atau dalam kondisi hamil, dokter dapat mengubah pengobatan atau memintanya untuk berhenti sama sekali.
Obat tekanan darah yang umumnya dianggap lebih aman selama kehamilan meliputi metildopa dan labetalol. Jika obat ini tidak berhasil, obat lini kedua meliputi nifedipine, verapamil, klonidin, dan lain-lain.
2. Sebelum Operasi
Beberapa obat hipertensi, seperti ARB seperti losartan atau valsartan, meningkatkan risiko tekanan darah rendah selama operasi. Jika penderita hipertensi menjalani operasi, dokter bedah atau ahli anestesi akan memberi tahu kapan dan apakah pasien harus berhenti minum obat.
3. Efek Samping
Obat apa saja sebenarnya dapat memberikan efek samping yang ringan hingga berat kepada seseorang, begitu pula dengan obat hipertensi. Beberapa orang bisa mengalami efek samping negatif dari obat-obatan yang membuat mereka sulit untuk terus meminumnya.
Efek samping dari obat-obatan tekanan darah yang umum meliputi eksaserbasi asma atau batuk, sembelit, depresi, pusing, disfungsi ereksi, kelelahan, sakit kepala, jantung berdebar-debar, gula darah tinggi, masalah ginjal, kram kaki, kelemahan otot, detak jantung lambat, dan ruam kulit.
Jika penderita hipertensi mengalami efek samping yang tidak nyaman akibat obat tekanan darah, ada baiknya untuk langsung berbicara dengan dokter atau penyedia layanan kesehatan sehingga solusi untuk kondisi tersebut dapat segera ditemukan.
Pilihan Editor: 5 Penyakit yang Penderitanya Harus Minum Obat Seumur Hidup