Tahapan Perkembangan Psikologi Anak dari Bayi hingga Dewasa dan Cara Memahaminya
Perkembangan anak tidak hanya berkembang secara fisik, tetapi juga terjadi pada psikologi anak, Bunda. Psikologi Perkembangan anak ini akan terus berkembang seiring berjalannya waktu, mulai dari anak-anak hingga dewasa,
Perlu diketahui pula bahwa perkembangan psikologi anak itu berbeda-beda di setiap fasenya. Perkembangan psikologi anak usia dini akan berbeda dengan psikologi anak remaja, apalagi saat dewasa.
Untuk itu, materi psikologi anak penting dipahami Bunda dan Ayah. Karena, perkembangan psikologi anak akan berpengaruh pada banyak aspek di kehidupannya.
7 Faktor yang mempengaruhi psikologi anak
Perkembangan psikologi anak berbeda-beda, Bunda. baik dari fase maupun dari tiap individunya. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi psikologi anak.
1. Perkembangan Otak
Salah satu faktor yang mempengaruhi psikologi perkembangan anak yaitu otak. Otak adalah organ paling krusial yang menjadi pusat pengendali tubuh, termasuk pikiran dan emosi.
Baca Juga : 6 Tipe Anak ‘Spesial’ Menurut Psikolog dan Cara Sukses Mengasuhnya
Melansir laman Healthy Parents Healthy Children, perkembangan otak anak sudah dimulai sejak masa kehamilan dan tahun-tahun awal kehidupan anak. Sehingga pembelajaran, perilaku, dan kesehatan yang terbentuk sebenarnya telah dipengaruhi sejak masa tersebut.
Agar perkembangan otak anak sehat, Bunda dan Ayah bisa melatih perkembangan otak dengan cara memberikan kasih sayang kepada Si Kecil, selalu mengajaknya untuk aktif berinteraksi, serta perlihatkan perilaku positif pada anak.
2. Temperamen
Faktor psikologi anak selanjutnya yakni temperamen. Temperamen merupakan sifat yang telah ada sejak lahir. Temperamen dapat terlihat dari cara seseorang berperilaku atau bereaksi terhadap situasi atau orang lain.
Temperamen ini dapat Bunda saksikan, misalnya ada sebagian bayi yang jarang menangis, ada pula bayi yang sering menangis. Hal tersebut merupakan perbedaan temperamen tiap individu.
Temperamen adalah sifat yang melekat pada diri seseorang dan sulit diubah. Namun, Bunda bisa membantu Si Kecil untuk mengelola sifat-sifat temperamennya.
3. Genetika
Mengutip dari laman verywellmind, genetika tidak hanya mewariskan ciri fisik pada anak, tetapi juga sifat seseorang. Ini berkaitan dengan adanya genotipe dan fenotipe.
Genotipe merujuk pada semua gen yang diwarisi seseorang. Sedangkan fenotipe adalah cara gen-gen ini diekspresikan.
Fenotipe dapat mencakup ciri-ciri fisik, seperti tinggi badan dan warna mata. Serta, ciri-ciri nonfisik seperti sifat pemalu dan ekstrovert.
4. Interaksi sosial
Dilansir laman Bonyan Organization, interaksi Si Kecil dengan lingkungannya dapat berpengaruh pada psikologi perkembangan anak.
Kualitas hubungan dengan teman sebaya dan orang dewasa secara signifikan memengaruhi kemampuan anak untuk mengembangkan empati, keterampilan komunikasi yang efektif, dan kerja sama
5. Pengembangan kepribadian
Hal lain yang memengaruhi psikologi anak adalah pengembangan kepribadian. Perkembangan kepribadian merupakan proses ketika pola pikir dan perilaku terorganisir yang membentuk kepribadian unik seseorang muncul seiring waktu.
Pengembangan kepribadian dapat disebabkan oleh faktor genetika, lingkungan, pengasuhan, dan sosial.
6. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif berkaitan dengan pertumbuhan intelektual anak. Perkembangan kognitif meliputi kemampuan anak dalam berpikir, bernalar, dan memecahkan masalah.
Untuk menstimulasi pertumbuhan kognitif Si Kecil, Bunda dan Ayah dapat melibatkan kegiatan seperti membaca, teka-teki, dan permainan edukatif yang menantang pikiran anak dan mendorong pemikiran kritis.
7. Cara pengasuhan
Pola asuh orang tua terhadap anak juga menjadi faktor yang memengaruhi psikologi anak. Bunda dan Si Kecil telah memiliki keterikatan batin sebelum ia lahir ke dunia. Oleh sebab itu, ia akan sangat bergantung pada segala hal yang diberikan oleh Bunda juga Ayah.
Agar perkembangan anak optimal, ada dua hal utama yang Si Kecil butuhkan dari pengasuh mereka, yaitu kehangatan dan struktur atau aturan .
Kehangatan dapat disalurkan orang tua pada anak melalui pelukan yang memberi rasa aman, afirmasi positif yang menunjukkan kasih sayang, dan peduli terhadap apa yang dirasakan anak.
Sementara itu, struktur yang dimaksud adalah peran atau arahan bagi Si Kecil, misalnya memberikan pedoman perilaku dan jelaskan alasannya, serta menjadi panutan yang baik padanya.
Tahapan perkembangan psikologi anak
Psikologi Perkembangan anak akan terus berkembang sampai ia dewasa. Tahapan perkembangan psikologi anak berikut penting untuk diketahui, agar Bunda dapat memahami apa yang dirasakan Si Kecil di setiap tahapannya.
1. Bayi
Tahapan psikologi bayi diawali sejak ia lahir hingga usia 18 bulan. Mengutip laman psychologydiscussion, fase ini disebut sebagai usia kepercayaan vs ketidakpercayaan.
Untuk pertama kalinya bayi mengenal dunia, setelah sebelumnya hidup di rahim Bunda. Ia mungkin saja merasa cemas dan melakukan penolakan. Dengan konsisten memenuhi kebutuhan bayi, Bunda dapat membantunya menumbuhkan rasa percaya dalam dirinya.
2. Masa kanak-kanak awal
Tahapan selanjutnya adalah masa kanak-kanak awal atau disebut juga sebagai tahap perkembangan psikologi anak usia dini. Tahap ini dirasakan anak mulai dari usia 18 bulan hingga 3 tahun.
Sistem otot dan saraf Si Kecil telah berkembang pesat. Sehingga, anak ingin sekali memperoleh keterampilan baru. Pada tahapan ini, anak bergerak dan mengamati lingkungannya.
Isu utama yang dirasakan anak dalam masa kanak-kanak awal adalah rasa kemandirian. Ia juga bisa saja merasakan krisis otonomi vs keraguan. Bunda dan Ayah dapat mendorong anak untuk mengembangkan kemampuan barunya. Hal ini dapat membuat anak merasa dihargai usahanya.
3. Masa kanak-kanak pertengahan
Tahap psikologis anak ini berlangsung pada rentang usia tiga sampai lima tahun. Krisis yang dihadapi selama periode ini adalah inisiatif vs rasa bersalah.
Setelah rasa kemandirian terbentuk di tahapan psikologis sebelumnya, kini anak ingin mengeksplorasi hal-hal baru. Ini berdampak baik bagi anak untuk mengembangkan sifat inisiatifnya.
Dukungan orang tua sangat diperlukan dalam memfasilitasi Si Kecil ketika mencoba hal-hal baru. Tidak adanya dukungan dari Bunda dan Ayah dapat memicu anak mengembangkan rasa bersalah.
4. Masa kanak-kanak akhir
Periode psikologis anak ini berkisar antara lima hingga dua belas tahun. Si Kecil dapat mengeluarkan lebih banyak upaya dalam memperoleh keterampilan, dan membutuhkan pencapaian.
Keberhasilan dalam usaha ini akan menghasilkan perilaku yang lebih rajin, namun kegagalan akan menghasilkan rasa rendah diri. Untuk itu, peran orang tua sangat penting untuk mendampingi, memotivasi, dan meregulasi rasa kepercayaan diri anak.
5. Masa remaja
Ini merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada tahapan psikologis anak remaja, anak akan mengalami berbagai perubahan, mulai dari perubahan fisik hingga emosional.
Pada masa remaja, seseorang akan mulai mencari jati dirinya, serta tujuan hidupnya. Dukungan dari orang tua dan lingkungan sekitar diperlukan untuk mendorong anak menemukan identitas dirinya. Jika tidak, anak bisa saja mengalami krisis identitas.
6. Masa dewasa
Tahap ini berlangsung pada rentang usia dua puluh hingga tiga puluh tahun. Pada masa dewasa, seseorang umumnya telah terlibat dalam kehidupan masyarakat.
Tanggung jawab baru yang diemban bisa saja memicu ketegangan dan stres pada masa ini, baik urusan pekerjaan maupun keluarga.
Dukungan dan afeksi dari orang terdekat dapat meringankan beban yang dipikul. Jika tidak, seseorang bisa saja mengembangkan perasaan keterasingan dan isolasi yang kemudian mempengaruhi kepribadiannya secara negatif.
7. Masa dewasa akhir
Tahap psikologis selanjutnya yakni masa dewasa akhir atau usia paruh baya. Periode ini berkisar pada antara 30-65 tahun. Pada tahapan ini, seseorang tidak hanya memikirkan kesejahteraan dirinya sendiri, tetapi juga orang lain, contoh paling sederhananya adalah anak. Apabila tujuan tersebut tidak tercapai, akan berpotensi mengalami kekecewaan dan perasaan stagnan.
8. Lansia
Selanjutnya adalah tahap lansia, ini berlangsung pada usia di atas 65 tahun. Krisis pada tahap ini adalah integritas vs keputusasaan.
Seseorang dapat menemukan makna atau tujuan dalam dari kehidupan yang telah dilakukan. Sebaliknya, seseorang bisa saja melihat kembali kehidupan dengan ketidakpuasan.
Pada masa lansia, ada berbagai penyesuaian yang harus dilakukan, misalnya adaptasi dengan penurunan fisik dan kesehatan, adaptasi dengan peran sosial secara fleksibel, serta adaptasi dengan kematian pasangan.
Cara memahami psikologi anak
Psikologi anak penting untuk dipahami, Bunda. Karena, perkembangan psikologis anak dapat berpengaruh pada perilaku dan tindakannya terhadap diri sendiri atau orang lain. Untuk memahami psikologi anak, cara-cara berikut bisa Bunda dan Ayah terapkan.
1. Amati perilaku anak secara seksama
Mengutip laman Cordlife India, Bunda bisa mengamati cara Si Kecil bermain, bersosialisasi, berkomunikasi, dan bereaksi terhadap situasi.
Dengan mengamati perilaku anak, Bunda bisa mengetahui apakah kondisi psikologi anak baik-baik saja atau tidak. Bunda juga dapat merespon dan menghadapi perilaku anak dengan tepat.
2. Jadilah sahabat baik bagi anak
Dengan pendampingan dari Bunda dan Ayah, Si Kecil dapat merasa bahwa dirinya tidak sendirian. Anak juga akan lebih leluasa bercerita tentang hal-hal yang ia rasakan. Selain itu, anak akan merasa dirinya dicintai dan dihargai keberadaannya.
Orang tua juga sebaiknya sering membangun interaksi dengan anak. Hal ini baik untuk menghilangkan kecanggungan dan kesenjangan hubungan orang tua dan anak.
3. Menjadi pendengar yang baik
Ketika orang tua mendengarkan keluh kesah anak, ia akan merasa Bunda dan Ayah mendengarkan masalahnya dan menaruh perhatian pada hidupnya. Dengan memperhatikan masalahnya, ia akan merasa diperhatikan.
Memberi kesempatan bagi Si Kecil untuk berbicara. Hal ini dapat membuat orang tua mengerti apa yang ada di pikiran anak dan bagaimana perasaannya.
4. Tidak memarahi anak
Memarahi anak atas kesalahan yang ia lakukan hanya memperburuk keadaan, Bunda. Jika Si Kecil melakukan kesalahan, akan lebih baik jika orang tua menjelaskan mengapa hal yang dilakukan anak itu salah. Meskipun anak mungkin saja kesal, tetapi pengertian dari Bunda dan Ayah lambat laun akan dipahami olehnya.
5. Tidak membanding-bandingkan anak
Setiap anak memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda. Membandingkan Si Kecil dengan anak lain dapat berdampak negatif pada pikiran anak, Bunda.
Sebaliknya, pujilah anak atas segala usaha baik dan pencapaian yang ia lakukan. Sehingga, ia akan merasa dirinya berharga.
Demikian penjelasan tahapan perkembangan psikologi anak dan cara memahaminya. Kondisi psikologi anak akan berbeda seiring berjalannya waktu. Dengan mengetahui materi tahapan psikologi anak, Bunda dapat memahami dan membantu Si Kecil dalam mengatasi perasaan-perasaan yang dialaminya.
Pilihan Redaksi
- Serba-serbi Psikolog Anak, dari Peran hingga Proses Konsultasinya
- 7 Tanda Pola Asuh Orang Tua Sudah Tepat Menurut Psikolog
- 10 Ciri-ciri Orang Tua Melakukan Gaslighting ke Anak Menurut Psikolog, Hindari Bun!
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!