Informasi Terpercaya Masa Kini

Direktur Eksekutif AEI Gilman Nugraha Berbagi Tips Agar Sukses Investasi

0 2

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Menjadi seseorang yang berkecimpung di dunia finansial ternyata tak menjamin seseorang bisa langsung melek investasi. 

Malah dengan semua kemudahan fasilitas dan pengetahuan yang ada, justru membuat seseorang bisa konsumtif.

Hal itu yang dialami Gilman P. Nugraha, yang saat ini menjabat sebagai Direktur Eksekutif Asosiasi Emiten Indonesia (AEI). 

Pria yang sebelumnya memegang posisi sebagai Direktur PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) ini memulai kariernya di sebuah bank swasta pada 2010.

Baca Juga: Ramai-Ramai Emiten Memilih Pendanaan Lewat Obligasi

Pria kelahiran Bogor ini mengakui, kemudahan fasilitas dan tuntutan status sosial membuat dia impulsif.

“Waktu itu terbentuk pandangan kalau bankir itu harus necis, penampilan dari atas sampai bawah harus bermerek. Jadinya terbentuk impulsive buying karena tuntutan sosial,” katanya.

Gilman bercerita dengan fasilitas kartu kredit, misalnya, dia bisa lebih mudah membeli barang-barang yang sebenarnya cukup tergolong mahal dan bermerek. Menurutnya, semua seakan jadi mudah untuk dibeli.

Sampai dengan akhir Desember 2012, Gilman memutuskan pindah dari bank dan bekerja di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dia memulai perjalanannya sebagai Kepala Kantor BEI Jawa Barat.

Baca Juga: Emiten Gencar Cari Dana dari Obligasi

Saat masuk di BEI kesadaran Gilman terhadap investasi mulai tumbuh. Bagaimana tidak, sebagai otoritas yang memberikan edukasi kepada investor tentu dia perlu memahaminya terlebih dulu.

Namun sebagai karyawan BEI, dia terikat dengan peraturan perusahaan. Saat itu dia tidak boleh berinvestasi pada saham. Hal ini untuk mencegah terjadinya insider trading.

Gilman memilih instrumen investasi lain, seperti reksadana dan Surat Berharga Negara (SBN). Alhasil, instrumen investasi pertamanya jatuh pada reksadana..

“Saya coba investasi reksadana di berbagai produk. Saya suka mengamati fundfact sheet berbagai produk reksadana, sehingga saya bisa tahu perkembangannya dan membandingkannya dengan produk reksadana lainnya,” ucap dia.

Investasi saham

Gilman juga memilih berbagai instrumen SBN ritel sebagai wadah investasinya. Mulai dari Obligasi Negara Ritel (ORI), Savings Bond Ritel (SBR) dan Sukuk Tabungan (ST).

Investasi pertamanya di saham dimulai setelah Gilman keluar dari BEI. Pada tahun 2021, dia memutuskan keluar dari BEI dan memulai perjalanannya dalam membangun bisnis sendiri.

Baca Juga: Mengintip Investasi Mobil Klasik Hingga Saham Direktur Eksekutif AEI Gilman Nugraha

Tetapi siapa sangka, pandemi Covid-19 datang dan melumpuhkan hampir semua sektor bisnis, tanpa terkecuali. Bisnis yang dibangun Gilman pun tak berjalan dengan mulus.

“Waktu pandemi saya jual motor koleksi dengan untung yang lumayan. Saya juga menjual mobil klasik koleksi saya,” ujarnya.

Dari bekal dana darurat dan hasil penjualan kendaraan klasiknya, Gilman punya likuiditas yang tinggi. Dari penjualan kendaraan itu juga, Gilman menyisihkan uangnya untuk mengisi ulang dana darurat dan sebagian diinvestasikan ulang dalam bentuk saham.

“Saya mulai investasi pada saat saham-saham mulai rebound. Ada sinyal, saham-saham sudah mulai kemurahan dan waktunya untuk dibeli,” tuturnya.

Dia sudah sudah menikmati keuntungan dari saham sejak mulai investasi di saham pada 2020. Saat imbal hasilnya sudah di atas 30% dia mulai merealisasikan keuntungannya.

Baca Juga: Pesan Warren Buffett, Hindari 5 Cara Buruk dalam Investasi Uang Ini

Dia hanya punya satu prinsip yang selama ini dia pegang yakni jangan hanya investasi di satu keranjang. Sederhananya, investor perlu menerapkan prinsip diversifikasi.

Menurut Gilman, SBN ritel bisa menjadi pilihan yang tepat untuk investor ritel. Sebab, SBN ritel punya tingkat risiko yang rendah karena ditanggung oleh pemerintah.

Selain itu, reksadana merupakan instrumen investasi dengan tingkat risiko yang rendah. Ada beberapa produk reksadana yang bisa dipilih investor.

Mulai dari pendapatan tetap hingga saham. “Untuk mengukur risiko, jangan cuma investasi di satu instrumen lalu mulailah dari nominal yang kecil,” imbuhnya.

Leave a comment