Sri Mulyani Jelaskan Alasan AS Tetap Kuat Meski Banyak Cetak Dolar
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berkesempatan menjawab sejumlah pertanyaan mahasiswa saat menjadi dosen tamu dalam kuliah perdana Ilmu Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Dalam sesi tanya jawab kegiatan tersebut, Sri Mulyani menjelaskan alasan dibalik kuatnya AS meski sudah mencetak banyak dolar saat dunia dilanda inflasi.
Sri Mulyani menjelaskan, ada beberapa hal yang membuat AS memiliki ketangguhan meski mencetak uang cukup banyak. “AS mungkin punya previlage yang mungkin enggak dimilkki ekonomi siapapun,” kata Sri Mulyani dalam siaran daring channel YouTube FEB UI, Senin (26/8).
Pertama, Sri Mulyani mengatakan AS saat ini sudah menjadi negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Kedua, AS mencetak banyak dolar karena memonopoli terhadap banyak sekali teknologi. Ketiga, dalam dominasi di perekonomian dunia, AS menggunakan dolar sebagai proxy power dalam geopolitik.
“Kok bisa bu? Ya bisa karena banyak negara-negara lain yang nilai tukarnya tidak kredibel. Jadi banyak negara yang sukarela pada akhirnya menggunakan dolar AS,” ujar Sri Mulyani.
Baca juga:
- Isi Hari Libur, Sri Mulyani Makan di Warung Makan Sepuasnya Rp 10 Ribu
- Sri Mulyani Siapkan Regulasi Pajak Karbon, Tahap Awal untuk Pembangkit Listrik
- Sri Mulyani Beberkan Lima Prestasi Pengelolaan APBN 2023
Bendahara negara itu menjelaskan bagaimana Hong Kong dan Singapura juga menggunakan dolar AS. Bahkan Arab Saudi juga secara tak langsung menggunakan dolar AS sebagai bagian dari transaksi ekspor minyak bumi.
“Sehingga dolar AS dipakai meskipun sekitar 28% ekonomi dunia. Penggunaan dolar AS hampir 60%, tapi sudah mulai menurun ke 50%-an” kata dia.
Di sisi lain, Sri Mulyani mengatakan Cina muncul dengan membeli banyak surat utang AS. Hal itu membuat AS dan Cina juga menjadi kiblat perekonomian dan saling berkompetisi.
“Cina membeli banyak sekali surat utang AS dan mereka log in menjadi setara. Antara AS dan Cina sekarang tidak bisa dipisahkan. Ini yang disebut kompetisi kekuatan geopolitik,” kata Sri Mulyani.