Dituduh Sebut Jokowi seperti Binatang, Butet Jelaskan Soal "Wedhus" dan Asu Og"

Dituduh Sebut Jokowi seperti Binatang, Butet Jelaskan Soal "Wedhus" dan Asu Og". #newsupdate #update #news #text

Dituduh Sebut Jokowi seperti Binatang, Butet Jelaskan Soal "Wedhus" dan Asu Og"

Budayawan Butet Kartaredjasa diadukan ke polisi oleh sejumlah relawan Jokowi karena dianggap telah menyebut Jokowi mirip binatang di acara kampanye Ganjar-Mahfud di Alun-alun Wates, Kabupaten Kulon Progo, Minggu (28/1) kemarin.

"Kata binatang yang mana?," kata Butet ditemui di rumahnya di Kasihan, Kabupaten Bantul, Selasa (30/1).

Dia kemudian menjelaskan kata "wedhus" atau kambing yang muncul sebelum dia membacakan pantun di acara kampanye tersebut. Saat itu Butet mengatakan setiap Ganjar ke suatu tempat pasti ada yang mengikuti.

"Setiap Mas Ganjar datang selalu ada yang ngintili (mengikuti). Hari ini Mas Ganjar akan datang menemui kita, kemarin sudah ada yang ngintili. Padahal sik tukang ngintil kui opo jenenge (namanya apa)?," tanya Butet.

"Wedhus (kambing)," jawab massa.

"Wedhus kui isane mung ditongseng (kambing bisanya itu hanya ditongseng). Wedhus kok mendukung paslon," timpal Butet.

Soal ini, Butet mengatakan dirinya tak menyebut nama Jokowi.

"Wedhus? Ha nek ngintil itu siapa? Kan saya cuma bertanya pada khalayak (massa) yang ngintil siapa? "Wedhus" (jawab massa) berarti kan yang tukang ngintil wedhus. Tafsir aja. Apa saya sebut nama Jokowi? Saya bilang ngintil kok," katanya.

Sementara soal kata "asu og" Butet menjelaskan kata itu selama ini sering dia utarakan. Kata itu bukan makian tapi ekspresi personal Butet.

"Bilang asu? Lho koe ngerti dewe (kamu wartawan ngerti sendiri), bagi saya, saya menyatakan "asu og, asu banget" itu bukan makian itu suatu ekspresi personal saya," katanya.

"Saya mengagumi kepintaran "wedyan koe pintere asu tenan og". Cah ayu wae tak unekke (orang cantik saja saya katain) "wasyu iki ayu banget". Asu og itu dalam konteks saya bagaimana kata itu diekspresikan," katanya.

Butet mengatakan pantun dalam acara kampanye itu telah dia siapkan. Sementara narasi sebelum pantun merupakan spontanitas.

"Yang tertulis pantun itu jelas disiapkan. Narasi sebelum membaca itu adalah spontan. Kan mengantarkan pembacaan pantun. Dan itu pantun ya bukan puisi ya," katanya.

Akui Dulu Sebagai Jokower

Butet mengaku dirinya adalah Jokower atau pendukung Jokowi sejak 2014. Namun, ternyata pada ujungnya jutaan orang kena prank.

Butet mengaku perlu mengkritisi Jokowi karena dirinya menyayangi Jokowi.

"Ini orang yang mencintai, menyayangi Jokowi dan mengingatkan Jokowi. Diingatkan secara sopan, secara alus nggak mau, dengerin. Alus nggak iso, ya rodo kasar setitik (halus tidak bisa ya kasar sedikit). Justru karena saya itu menyayangi Jokowi maka saya mengkritik mengingatkan," tegasnya.

Butet menegaskan dirinya bukan penjilat, maka ketika ada suatu yang lurus kemudian bengkok, dirinya wajib mengingatkan.

"Pak Jokowi itu mengkhianati konsitusi kita lihat jelas terang benderang dari proses di MK itu betul-betul hanya untuk anaknya dan itu akal-akalan semua. Hari ini terbongkar semua," katanya.

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow