Di Balik Meredanya Konflik Iran-Israel,Apa Peran AS untuk Cegah Perang Baru?

- Ketegangan hubungan Iran dan Israel mulai mereda setelah saling menyerang beberapa minggu lalu. Sadegh Zibakalam, seorang pakar masalah politik, mencoba menganalisis peran apa yang dimainkan oleh Amerika Serikat (AS) sebagai sekutu dekat Israel dalam meredakan ketegangan Iran-Israel. Sejak pecahnya agresi Israel melawan gerakan Palestina, Hamas, di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023, AS mengambil peran sebagai pelindung dan...

Di Balik Meredanya Konflik Iran-Israel,Apa Peran AS untuk Cegah Perang Baru?

TRIBUNNEWS.COM - Ketegangan hubungan Iran dan Israel mulai mereda setelah saling menyerang beberapa minggu lalu.

Sadegh Zibakalam, seorang pakar masalah politik, mencoba menganalisis peran apa yang dimainkan oleh Amerika Serikat (AS) sebagai sekutu dekat Israel dalam meredakan ketegangan Iran-Israel.

Sejak pecahnya agresi Israel melawan gerakan Palestina, Hamas, di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023, AS mengambil peran sebagai pelindung dan pendukung Israel melalui bantuan militer dan politik.

Dalam perkembangannya, Israel meluncurkan serangan udara ke konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada 1 April 2024.

Serangan itu meruntuhkan sebagian besar kompleks itu dan menewaskan tujuh anggota Garda Revolusi Iran (IRGC) termasuk Brigjen Mohammad Reza Zahedi, Komandan Pasukan Quds elit Iran.

Iran membalasnya dengan meluncurkan Operasi Janji Sejati pada 13 April 2024, yang menembakkan 300 drone dan rudal ke situs militer Israel.

Di sini, AS bersama mitranya Inggris, Prancis, dan Yordania melumpuhkan sebagian besar serangan Iran ke Israel, yang disusul dengan keinginan kuat Israel untuk merespons serangan balasan Iran.

AS Merasa Wajib Melindungi Israel

"Pertama, AS sama sekali tidak ingin ada konflik antara Iran dan Israel," kata Sadegh Zibakalam kepada Al Arabi, Senin (29/4/2024).

Pakar politik itu mengatakan, AS menganggap bahwa melindungi dan membela Israel adalah tugas AS.

"Senat dan Kongres AS akan mendukung langkah ini," katanya.

Baca juga: Iran: Demo Pro-Palestina di AS dan Barat Ungkap Kebobrokan Pemerintahnya

Jika terjadi konflik serius antara Iran dan Israel, AS tidak akan segan-segan turun tangan untuk mendukung Israel, meski AS tidak mau terlibat langsung untuk menyerang Iran.

Karena tidak ingin terlibat konflik serius dengan Iran yang dapat merugikan negaranya, menurut pakar tersebut, AS berhati-hati agar konflik Iran dan Israel tidak terjadi.

Sehingga AS tidak akan terseret dalam masalah Israel.

"Tentu saja, mereka (AS) mempunyai pengaruh di Israel sampai batas tertentu, tetapi mereka tidak mempunyai kendali dan pengaruhnya terhadap Iran," katanya.

AS secara diam-diam melobi Swiss yang bersikap netral terhadap Iran untuk menyampaikan pesan bahwa Iran perlu mengizinkan Israel untuk membalas serangan balasan Iran demi menyelamatkan 'wajah Israel'.

Di sisi lain, AS meminta Israel untuk merespons serangan balasan Iran dengan 'lebih lunak' untuk meredakan ketegangan, seperti diberitakan The Cradle.

Pada 19 April 2024, terjadi ledakan di dekat situs nuklir Iran di Isfahan, yang dikaitkan sebagai respons Israel terhadap Operasi Janji Sejati yang diluncurkan Iran.

Namun, Iran mengatakan ledakan itu hanya diakibatkan oleh tiga drone quadcopter kecil yang ditembak jatuh.

Seorang analis Iran mengatakan drone itu ditembakkan dari dalam wilayah Iran dan bukan serangan dari luar negeri, yang berupaya mematahkan narasi bahwa itu adalah serangan dari Israel.

Iran, Israel, AS Tak Mau Berperang

Sementara itu, banyak pemimpin militer Israel dan opini publik di Israel mengatakan tidak ingin berkonflik serius dengan Iran.

Sadegh Zibakalam mengatakan pemerintah dan militer Israel sudah cukup mendapat tekanan dalam agresinya di Jalur Gaza dan kegagalan mencegah Operasi Banjir Al-Aqsa yang diluncurkan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Menurutnya, menghadapi banyak perang dapat mengancam kekuasaan para pemimpin di Israel, sehingga lebih baik menghindari perang baru dengan Iran.

"Dalam serangan yang sama di Isfahan, kita melihat bahwa Israel berusaha sekuat tenaga untuk memperkecil dimensinya dan Republik Islam juga berusaha memperkecil dimensinya," katanya.

"Hal ini karena Israel ingin memberitahu Iran bahwa 'Anda harus tidak merespons karena Anda tidak terkena pukulan sekeras itu'," lanjutnya.

Ia menekankan bahwa tidak satupun dari ketiga pihak yang menginginkan perang.

Terutama karena mereka tidak siap dengan risiko korban jiwa dan masalah lainnya, termasuk kemungkinan tidak mempunyai peluang untuk memenangkan perang seperti itu.

Akar Hubungan Israel dan Iran

Hubungan Israel dan Iran memburuk setelah revolusi Iran pada tahun 1979 yang dipimpin oleh Ayatollah Ruhollah Khomenei.

Revolusi tersebut menumbangkan kekuasaan Syah (Raja) Iran, Mohammad Reza Shah Pahlavi, yang merupakan sekutu Amerika Serikat (AS), Inggris, dan mitra Israel.

Setelah revolusi Iran, Israel menuduh Iran yang menerapkan kebijakan anti-Israel, telah mendanai front perlawanan seperti Hamas, Jihad Islam Palestina (PIJ), Hizbullah, Houthi, kelompok perlawanan Irak, Lebanon, dan Suriah untuk melawan Israel, sebuah tuduhan yang dibantah Iran.

Ketegangan Iran dan Israel baru-baru ini terjadi di tengah perang Israel dan Hamas di Jalur Gaza.

Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza setelah operasi Banjir Al-Aqsa yang diluncurkan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi 34.454 jiwa dan 77.575 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Minggu (28/4/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Xinhua News.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Iran VS Israel

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow