Cerita Kami Jajal Mobil Hybrid Haval H6 HEV, Sekali Isi Bensin Tembus 1.072 Km!

Mobil hybrid Haval H6 HEV sekali isi bensin tempuh jarak 1.072 kilometer, simak ulasannya! #kumparanOTO

Cerita Kami Jajal Mobil Hybrid Haval H6 HEV, Sekali Isi Bensin Tembus 1.072 Km!

Haval H6 HEV (Hybrid Electric Vehicle) menambah jajaran mobil hybrid asal China di Indonesia. Kehadiran model ini diharapkan mampu menjawab keraguan efisiensi BBM mobil-mobil bermesin bensin dengan sistem sumber tenaga ganda lansiran Tiongkok.

kumparan jadi salah satu media yang mendapat kesempatan untuk menjajalnya dalam waktu cukup lama, seminggu. Mengukur seberapa banyak Haval H6 HEV ini menenggak bensin sudah barang tentu jadi salah satu indikator yang diukur.

Oke, mari bicara spesifikasi teknisnya secara singkat. H6 HEV dibekali dengan mesin bensin 1.500 cc turbo yang dikombinasikan dengan motor listrik penggerak untuk menyalurkan tenaganya ke dua roda di depan. Plus, ditambah dengan baterai lithium untuk menyimpan cadangan daya listrik.

Konfigurasi tak biasa untuk sebuah mobil hybrid yang umumnya dibekali dengan mesin tanpa turbo bersiklus Atkinson, lumrah karena memang mengejar konsumsi bahan bakar yang irit. Untuk Haval H6 HEV, mesin bensinnya mampu menyemburkan tenaga 147,9 dk pada 5.500 rpm dan torsi 230 Nm di 1.500-4.000 rpm.

Sementara motor listrik penggeraknya berkekuatan 130 kW atau setara dengan 174,5 dk dan torsi 300 Nm, kombinasi keduanya dapat memproduksi tenaga rata-rata 239,6 dk dan torsi super 530 Nm. Figur tenaga yang besar untuk kategori mobil 'irit'.

Bobot Haval H6 HEV tidak bisa dibilang ringan, beratnya 1.190 kilogram. Dimensinya juga terbilang bongsor dengan panjang 4.683 mm, lebar 1.886 mm, dan tinggi 1.730 mm. Pabrikan juga menyematkan kaki-kaki besar dengan profil 225/55-R19 alias pakai velg 19-inci.

Sebagai pembanding, mobil hybrid lainnya lansiran Jepang seperti Honda CR-V HEV 5-seater teranyar punya panjang keseluruhan 4.691 mm, lebar 1.866 mm, dan tinggi 1.681 mm. Ruang penyimpanan bahan bakarnya sebesar 57 liter, sedangkan H6 HEV yaitu 61 liter.

Konsumsi BBM dalam kota Haval H6 HEV

Kami mendapat kesempatan dipinjamkan Haval H6 HEV bertepatan dengan momen Lebaran kemarin. Sebelumnya membawanya ke luar kota, beberapa hari pertama kami ajak SUV ini berkelana di Jakarta yang saat itu sudah mulai sepi ditinggal pemudik.

Pada momen ini, mobil lebih sering diisi satu orang yakni pengemudi dan tanpa membawa barang bawaan yang banyak. Situasi lalu lintas sehari-hari yang dilalui mayoritas lancar dari Bekasi-Jakarta, begitu juga sebaliknya.

Kepadatan lalu lintas sebenarnya tetap ada, namun hanya pada jam-jam tertentu. Kami sendiri tidak pernah menjumpai kemacetan yang amat parah selayaknya periode rush hour hari-hari kerja kota Jakarta, mobil lebih sering cruising santai pada 60 km/jam.

Sistem hibrida pada Haval H6 HEV ini sebisa mungkin mengarahkan mobil dalam keadaan EV mode alias hanya motor listrik penggeraknya saja yang aktif, salah satu hal yang kami suka dari mobil ini. Meski tidak ada tombol atau fitur khusus untuk mengaktifkan EV mode saja.

Mesin bensin turbonya baru akan menyala saat daya listrik pada baterai lithium-nya sudah kurang menurut sistem atau saat kami ingin tenaga atau akselerasi lebih. Perpindahan transfer tenaga dari mesin bensin ke motor listrik penggerak atau sebaliknya sangat halus.

Karena karakteristiknya itu, mengemudikan Haval H6 HEV di situasi dalam kota yang punya kondisi lalu lintas ramai lancar atau macet-macetan sungguh menyenangkan. Ia halus, tenang, bertenaga, dan juga lembut.

H6 HEV sanggup mencetak angka konsumsi BBM antara 6,1 liter/100 km atau 16,3 km/liter hingga 6,4 liter/100 kilometer atau 15,6 km/liter. Memang bukan yang paling efisien di antara mobil hybrid lainnya, tapi karena turbo saya cukup memaklumi.

Sekali isi bensin hingga ribuan kilometer

Oke, masuk ke bagian yang ditunggu. Kami menetapkan tiga hari untuk mencoba Haval H6 HEV ini ke luar kota, mengambil hari Jumat atau H+2 setelah hari raya Lebaran kemarin ke Yogyakarta hingga pulang kembali ke Jakarta pada hari Minggu malam.

Kebetulan hari pertama kondisi tangki H6 HEV sudah mulai kosong, menyisakan satu bar tipis dengan estimasi jarak yang bisa ditempuh tersisa antara 60-70 kilometer lagi. Isi dengan bensin RON 92 hingga mulut tangki, di dapat angka yang masuk 61 liter. Pas.

Pada layar panel meter digital, perkiraan jarak yang bisa dijangkau dengan kondisi tangki penuh adalah 889 kilometer. Angka ini dapat berubah-ubah tergantung dari cara berkendara dan situasi lalu lintas, kadang bisa dapat 910 kilometer atau di bawahnya.

Trip B di-reset kembali ke nol, setelahnya saya mencoba jalan-jalan dalam kota Jakarta yang saat itu suasananya cukup lengang ditinggal pemudik. Dapat 30 kilometer pertama sebelum kembali bergegas ke rumah yang ada di Bekasi untuk menjemput keluarga, sorenya kami berangkat menuju Yogyakarta.

Perjalanan menuju Yogyakarta sudah pasti ditempuh melewati tol Trans Jawa yang ternyata cukup lancar hingga tujuan, menurut peta digital. Estimasi waktu tiba di Daerah Istimewa itu adalah jam 3 pagi, terlalu dini sebelum bisa masuk ke hotel yang baru tersedia jam 14 siang.

Selama berada di tol, kelajuan rata-rata dijaga sesuai dengan batas kecepatan yang disarankan yakni 100 km/jam. Sesekali di bawah itu atau di atasnya tatkala hendak menyalip kendaraan yang lebih lambat di depan mobil kami.

Singkat cerita, pagi sekali kami sudah tiba di Yogyakarta. Indikator bensin terpantau masih penuh, dengan sedikit sekali bar yang berkurang saat itu. Estimasi jarak tempuh yang mampu dilalui pun juga masih banyak sekitar 800-an kilometer. Masuk petang, kami memutuskan untuk beristirahat.

Hari ke dua di Yogyakarta, kami hanya berkeliling kota sesekali main di lingkungan Universitas Gadjah Mada dengan kondisi lalu lintas ramai lancar. Esoknya lagi hari Minggu, saya sempatkan berkunjung ke daerah Klaten untuk menuju ke Desa Tegalmulyo di kawasan kaki Gunung Merapi.

Mendekati lokasi yang dituju, perjalanan diwarnai dengan medan menanjak sejauh 20 kilometer. Pada momen ini, mesin bensin lebih sering bekerja sendirian dan saat itu juga indikator bensin sudah tinggal satu bar dengan estimasi jarak turun drastis yakni 80 kilometer.

Turun kembali ke Kota Klaten, saya bergegas menuju Solo untuk mengantar adik dari masa libur kuliahnya yang sudah usai. Melalui jalur provinsi Jalan Klaten-Solo dengan perempatan serta puluhan lampu merah, situasi lalu lintas kala itu lebih sering macet.

Ada yang menarik selama melakukan perjalanan turun yang panjangnya lebih kurang 20 kilometer. Memanfaatkan gaya gravitasi, mobil saya biarkan meluncur. Selama momen ini, mesin bensinnya tetap mati karena mobil tidak membutuhkan tenaga lebih.

Karena jalur menurunnya cukup panjang dan hampir tidak ada kendaraan lainnya yang membuat mobil sering deselerasi, Haval H6 cukup memakai motor listrik penggeraknya saja. Benar-benar seperti mengendarai mobil listrik.

Regenerative brake kami posisikan di level medium. Selama hampir satu jam memanen energi kinetik, mobil jadi bisa berada pada EV mode dalam jangka waktu lebih lama. Bahkan ketika sudah sampai di kota Klaten yang kontur jalannya sudah rata.

Baru saat mesin bensinnya untuk pertama kalinya hidup sejak dari awal jalan, estimasi jarak tempuh yang dapat diraih seketika berubah dari 80-an kilometer menjadi 150-an kilometer dengan bensin tersisa saat itu.

Belum lagi tadi, perjalanan menuju Solo via jalur Jalan Klaten-Solo yang penuh banyak sekali perempatan lengkap dengan lampu lalu lintasnya, membuat perjalanan kami kerap diwarnai oleh kemacetan dan berjalan pelan. Lagi-lagi, kinerja motor listrik penggerak lebih banyak berperan.

Sesampainya di Solo, yang lalu lintasnya juga cukup padat dan ramai, kami segera melanjutkan perjalanan ke Jakarta melalui tol Trans Jawa. Begitu masuk ruas tol, kepadatan menyambut kami dikarenakan ada proses peralihan sistem one way malam itu.

Alhasil, kami cuma bisa berjalan pada kecepatan rata-rata 60-85 km/jam. Kepadatan masih berlanjut hingga tol Banyumanik, setelahnya kondisi lalu lintas ramai lancar sampai dengan gerbang tol Kalikangkung.

Selepas melewati gerbang tol Kalikangkung, indikator bar bensin sudah berubah menjadi warna merah. Sistem juga sudah tidak menampilkan estimasi jarak yang bisa ditempuh dengan bensin tersisa.

Kami jadi menebak-nebak, sejauh mana Haval H6 HEV masih sanggup berjalan. Apalagi situasi di jalan tol, mesin bensin dan motor listrik penggerak lebih sering aktif bersama. Total jarak yang sudah ditempuh berdasarkan MID adalah 900-an kilometer, sudah lewat dari estimasi perkiraan jarak 889 kilometer saat awal isi bensin pada hari Jumat.

Hingga akhirnya, mobil sudah mulai terasa tersedat, menandakan suplai bensin ke ruang bakar tak lagi konsisten akibat menipisnya bahan bakar di dalam tangki. Tibalah kami di KM 218 alias penghujung ruas Tol Palikanci.

Ketika mesin bensinnya sudah benar-benar mati, sistem motor listrik penggerak mengambil peran seluruhnya. Ternyata kemampuannya dibatasi, muncul indikator pesan yang berbunyi 'Hybrid system power temporary limited. Please drive carefully'.

Laju mobil menjadi sangat pelan, mirip seperti mobil mainan remot kontrol yang daya baterainya sudah lemah. Tidak peduli seberapa dalam pedal akselerator diinjak, Haval H6 HEV tak mau lagi melaju lebih kencang.

Kami menggunakan lajur paling kiri, hingga lajur darurat ketika mobil sudah sangat pelan sambil memasang lampu hazard. Sayang, pada saat yang sama di depan ada sebuah mobil tengah berhenti darurat. Kami tidak berani menyalip karena mobil sudah tidak bisa dibejek.

Pasrah, kami lepas pedal akselerator dan mobil seketika berhenti, mati di KM 218 dengan posisi jarak yang telah ditempuh sejauh 1.072 kilometer! Setelahnya kami mengeluarkan tangki BBM cadangan yang telah diisi bensin 5 liter.

Lalu bagaimana soal konsumsi BBM untuk figur luar kotanya? Mobil dihuni lima penumpang dewasa plus barang bawaan yang cukup banyak di bagasi 600 liternya itu. Menariknya, konsumsi BBM yang ditampilkan sebenarnya lebih bervariasi.

Pada layar MID kami sempat mendapatkan angka 5,8 liter/100 km atau 17,2 km/liter, ini adalah angka paling kecil atau yang paling hemat saya dapatkan dari Haval H6 HEV. Lalu kalau pakai metode single full tank didapat angka 17,5 km/liter, hasil dari 1.072 kilometer dibagi kapasitas tangki 61 liter.

Sebenarnya hasil ini terbilang agak jauh dari klaim pabrikan yang bisa sampai 19,2 km/liter, tapi menurut kami tetap bukan hasil yang buruk. Sebab, kalau bicara lini mobil hybrid lainnya di Indonesia, cuma Haval H6 HEV yang menawarkan mesin turbo yang amat bertenaga di kelasnya.

***

Apa Reaksi Anda ?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow