Hati-Hati, 3 Kalimat Destruktif Ini Bisa Pengaruhi Psikologis Anak!
Setiap kata yang diucapkan orangtua memiliki kekuatan besar dalam membentuk pola pikir dan emosi anak. Sayangnya, saat lelah atau emosi, orangtua tanpa sadar mengucapkan kalimat yang justru merusak kepercayaan dirinya, yang justru bisa berdampak hingga anak dewasa.
Kalimat sepele dan mengerdilkan perasaannya seperti, “Masalah kecil aja kamu sedih!” bisa membuat anak merasa tidak dipahami, Ma. Alih-alih menyepelekan, lebih baik berikan empati dengan mengatakan, “Kamu sedih ya? Yuk, cerita sama Mama.”
Selain kalimat tersebut, yuk, simak dalam rangkuman Popmama.com berikut terkait 3 kalimat destruktif yang sering terucap dan mulai ganti dengan kata-kata positif untuk mendukung perkembangan mental si Kecil.
1. Kalimat yang mengecilkan anak
Alih-alih mengatakan, “Jangan nangis, gitu aja takut!”
Lebih baik katakan, “Adik takut ya? Sini Mama peluk.”
Mengapa kalimat mengecilkan anak seperti di atas perlu dihindari? Hal ini karena mengabaikan emosi anak dan membuatnya merasa tidak berharga.
Menurut para hali, anak yang sering diabaikan perasaannya cenderung kesulitan mengelola emosi saat dewasa, Ma. Mereka mungkin tumbuh dengan keyakinan bahwa perasaannya tidak penting, yang pada akhirnya memicu rasa rendah diri atau kesulitan bersosialisasi.
Dari kalimat mengecilkan yang kerap dianggap sepele ini, tentunya bisa berdampak pada psikologis mereka, mulai dari anak yang belajar menekan emosi alih-alih mengungkapkannya dengan sehat, risiko terjadinya anxiety atau kecemasan, hingga hubungan dengan orangtua yang merenggang karena merasa tidak didukung
2. Kalimat yang membebani dengan ekspetasi
Kalimat membebani anak seperti, “Mama sedih sampai sakit karena kamu bandel!” sering kali terucap karena anak yang mungkin sulit diperingati. Padahal, sebaiknya Mama bisa mengatakan kalimat seperti ini, “Bantuin Mama sebentar yuk, coba adik dengerin Mama ya.”
Ucapan yang menyalahkan seperti “Kamu sih bikin Mama sakit!” ini bisa menciptakan “emotional guilt” (rasa bersalah emosional) pada anak.
Anak yang sering dibebani emosi orangtua seperti ini bisa membuat mereka mengembangkan “parentification” atau suatu kondisi di mana anak merasa harus memenuhi kebutuhan psikologis orangtuanya.
Dampaknya pun nggak main-main, Ma, anak bisa merasa bahwa ia bertanggung jawab atas kebahagiaan orang lain, bahkan hingga dewasa. Anak mama mungkin juga memiliki sikap perfeksionis karena takut mengecewakan, serta potensi depresi atau kecemasan karena tekanan yang tidak sesuai usia mereka
3. Tidak sabaran dan langsung mengambil alih
Siapa nih, Mama di sini yang suka nggak sabaran kalau lihat si Kecil terlalu lama melakukan sesuatu dan berujung gemas sendiri? Mama mungkin tanpa sadar sering berkata, “Sini Mama aja yang urusin, lama deh kamu!”
Padahal, sebaiknya kalimat seperti ini harus dihindari, Ma. Lebih baik ajak anak bertanggung jawab dengan kalimat, “Mama tunggu 10 menit lagi ya? Coba selesaikan dulu.”
Jika memang belum bisa juga, Mama bisa membantu anak sembari berkata, “Sekarang Mama bantu dulu, lain kali adik coba lagi sendiri ya.”
Mengambil alih kegiatan anak karena ingin cepat terselesaikan ternyata bisa memberikan sinyal kepada anak dan membuat mereka merasa dirinya tidak mampu. Jika terus dilakukan, anak bisa kehilangan kepercayaan diri dan mengembangkan kebiasaan bergantung pada orang lain, Ma.
Dampaknya, anak bisa saja malas berusaha karena sudah terbiasa dibantu. Selain itu, anak juga sulit bersikap mandiri sampai dirinya tumbuh besar.
Memang bukan hal mudah dalam mengasuh anak untuk menjadi pribadi yang tumbuh dengan baik. Tak jarang ucapan yang mendestruktif anak sering kali terucap, terutama ketika kita sedang lelah atau emosi.
Nah, dengan memahami dampak psikologis di balik setiap kalimat di atas, diharapkan orangtua bisa lebih bijak memilih kata-kata untuk si Kecil, ya.
Yuk, Ma, terus berlatih dan saling mengingatkan agar tidak sampai salah berucap, karena setiap kata positif yang kita ucapkan adalah investasi berharga untuk masa depan anak!
Baca juga:
- Kalimat Terlarang yang Tidak Boleh Ditanyakan pada Anak korban KDRT
- 10 Kalimat untuk Membangun Kepercayaan Diri Anak
- 10 Contoh Kalimat Positif yang Membuat Anak Merasa Dihargai