Informasi Terpercaya Masa Kini

Sepinya Penjual Baju di Pasar Tanah Abang Saat Ramadhan, Tergerus Toko Online, Dulu Punya 8 Gerai Kini Sisa 1

0 5

JAKARTA, KOMPAS.com – Para penjual baju di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, merasakan sepinya pembeli meski menjelang Lebaran 2025 atau Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah.

Candra (66), pedagang yang sudah menjual baju selama 12 tahun terakhir di Pasar Tanah Abang, merasakan turunnya jumlah pembeli secara drastis pada tahun ini.

“Penjualan makin menurun. Sepi banget,” ujar Candra ketika ditemui di lokasi, Kamis (20/3/2025).

Candra mengatakan, salah satu penyebab tokonya sepi adalah harus bersaing dengan penjualan baju di online shop.

“Online shop (penyebab) yang pertama, yang kedua keadaan keuangan (pembeli). Tapi online shop itu yang utama. Apalagi, ibu-ibu kalau mau belanja sambil masak bisa online,” kata pedagang yang sehari-hari menjual baju perempuan itu.

Baca juga: Saat Maruf Amin Singgung Pasar Tanah Abang yang Sepi…

Candra mulai merasakan turunnya jumlah pembeli dalam dua hingga tiga tahun terakhir.

Di sisi lain, ia merasa kesulitan saat menjual dagangannya melalui online karena tidak terlalu mengikuti perkembangan teknologi.

Sebelum pandemi Covid-19, Candra bisa menjual ratusan baju per hari. Namun, sekarang, hanya sekitar 10-20 baju yang terjual.

Baca juga: Pasar Tanah Abang Lesu, Menteri UMKM Dorong Pengusaha Adopsi Teknologi Digital untuk Tingkatkan Daya Saing

Penurunan jumlah pembeli juga dialami penjual baju lain, Lisa (52). Menjelang Lebaran, ia biasanya mengirim hingga 20 ballpress baju.

“Tahun lalu masih mending. Dulu bisa ngirim 20 ballpress, sekarang cuma lima atau enam ballpress,” kata Lisa.

Dari delapan gerai, kini tersisa satu 

Dulu, Candra memiliki delapan gerai baju di Pasar Tanah Abang. Namun, kini ia hanya memiliki satu gerai. Candra mengaku mulai mengurangi gerainya saat pandemi Covid-19.

“Dua bulan terakhir ini, sudah tiga bulanan hanya punya satu gerai,” tutur Candra.

Candra awalnya memiliki banyak pegawai, sebab satu gerai terdiri dari tiga pegawai. Saat ini, ia hanya memiliki tiga pegawai di satu gerai.

“Dulu banyak, ada delapan gerai. Satu toko tiga pegawai, hitung saja,” kata dia.

Candra mengaku, jumlah pembeli sempat meningkat sebelum bulan Ramadhan tahun ini.

“Mau puasa itu kemarin, pas libur tuh, ada tuh banyak. Habis itu sudah, sepi lagi,” kata Candra.

“Habis libur, orang masuk kerja lagi sudah, biasa lagi. Enggak laris,” ucap dia.

Baca juga: Pesta Muslim Jakarta 2025 Digelar Maret, Sajikan Fashion Show dan Belanja Ala Tanah Abang

Penjualan merosot karena online shop?

Penjual baju yang lain, Rani (22), mengatakan bahwa pengunjung Pasar Tanah Abang sebenarnya masih ramai setelah pandemi Covid-19.

Namun, dalam dua tahun terakhir, ia mulai merasakan merosotnya jumlah pengunjung.

“Paling parah tahun ini. Habis pandemi itu justru lumayan. Mungkin kan sebelum pandemi itu kan orang pada punya duit,” kata Rani, yang sehari-hari menjual baju muslim itu.

Rani mengatakan, pembeli biasanya ramai ketika Natal dan Tahun Baru atau minggu kedua bulan Ramadhan.

Namun, untuk tahun ini, ia tidak menemukan tanda-tanda pembeli akan ramai.

“Minggu kemarin harusnya puncak (penjualan), tapi tidak terjadi,” tutur Rani.

Baca juga: Sosok Menteri Perdagangan Era Prabowo yang Ideal Menurut Ikatan Pedagang Pasar

Rani mengatakan, adanya online shop turut berpengaruh terhadap penjualannya, terlebih dengan adanya TikTok.

“Online shop berpengaruh, tapi pas tahun 2019 itu sudah ada online shop tapi masih kencang penjualannya. Semenjak TikTok ada tuh, turun. Karena di-spill,” kata Rani.

Adanya platform jual beli baju online yang menggunakan fitur siaran langsung atau live juga turut memengaruhi.

Rani mengatakan, terkadang penjual online menyontek desain dan bahan baju dari gerainya.

“Mereka nyontek, bikin sendiri. Kami kan harganya bisa Rp 500.000, nanti mereka bisa Rp 300.000. Jadi tembakan dari China itu banyak. Nyontek tapi dibikin versi murah,” kata Rani.

“Bahannya lebih murah. Orang mikirnya daripada mahal cari yang murah,” ucap dia.

Baca juga: Asosiasi Pedagang Pasar: Satgas Impor Ilegal Kok Razia Pasar, Kenapa Hilir yang Kena Bukan Hulunya?

Selain itu, adanya konten kreator, lanjut Rani, turut berpengaruh terhadap perilaku konsumen.

“Sekarang kan banyak konten kreator yang ke Tanah Abang, terus langsung ke salah satu toko. Kenapa ngaruh? Karena pembeli sudah tahu tujuan ke mana, nanti pembeli bakal ke situ doang,” kata Rani.

Hal itu, kata Rani, membuat calon pembeli tidak menjelajahi pasar atau mengunjungi toko-toko.

“Kalau sudah direkomendasikan itu, sudah tahu toko ini, toko itu, jadi cuman ke tujuan itu doang,” kata Rani.

Rani mengatakan, para penjual baju di Pasar Tanah Abang khususnya, masih berjualan offline karena mempertahankan kualitas.

“Yang masih-masih bertahan di sini sebenarnya sih karena mempertahankan kualitas saja, sama langganan. Langganan yang sudah tahu kayak barang ini begini. Kalau untuk (pelanggan) yang masih baru-baru ya enggak bakal bisa,” kata dia.

Baca juga: Kritik Gerakan Stop Boros Pangan, Pedagang Pasar: Bapanas Tugasnya Koordinasikan, Bukan Buat Gerakan…

Leave a comment