Inilah Kerajaan Islam Tertua di Indonesia, antara Kerajaan Perlak dan Samudera Pasai, Mana yang Benar?
—
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
—
Intisari-Online.com – Kerajaan Islam tertua di Indonesia adalah Samudera Pasai, begitu kata beberapa kalangan. Ada juga yang menyebut bahwa Perlak-lah kerajaan Islam pertama di Nusantara. Mana yang benar?
Kerajaan Perlak
Dari berbagai sumber, kerajaan Islam pertama atau tertua di Indonesia adalah Kerajaan Perlak (atau Kesultanan Peureulak). Kerajaan ini disebut sudah ada sejak abad ke-9, persisnya tahun 840. Kerajaan Perlak runtuh pada 1292 dan bergabung dengan Kerajaan Samudera Pasai yang berdiri (maujud sekitar 1267).
Kerajaan Perlak merupakan kerajaan bercorak Islam di Sumatera yang ibu kotanya terletak di Aceh Timur. Kerajaan Perlak berdiri pada abad ke-9 hingga abad ke-13, atau lebih tepatnya antara tahun 840-1292 M.
Baca Juga: Bukan Samudera Pasai, Kerajaan Islam Pertama di Indonesia adalah Ini, Sudah Ada Sejak Abad ke-9
Pendiri kerajaan ini adalahSultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Azis Syah. Tak hanya di Indonesia, Kerajaan Perlak disebut sebagai kerajaan Islam tertua di Asia Tenggara.
Meskipun begitu,banyak peneliti yang meragukannya karena bukti keberadaan Kerajaan Perlak sangat terbatas. Tak heran bila Kerajaan Samudera Pasai yang kerap dianggap sebagai kerajaan Islam di nusantara karena mempunyai banyak bukti yang meyakinkan.
Masa kejayaan Kesultanan Perlak berlangsung pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin II, yang berkuasa antara 1230-1267 M. Di bawah kekuasaannya, Perlak mengalami kemajuan pesat, terutama dalam bidang pendidikan Islam dan perluasan dakwah.
Kerajaan Perlak berawal ketika rombongan dakwah yang disebut Nakhoda Khalifah dari Mekkah datang ke Perlak pada 800 M untuk berdagang dan menyebarkan Islam. Salah satu anggota rombongan tersebut adalah Sayid Ali Al-Muktabar bin Muhammad Diba’i bin Imam Ja’far Al-Shadiq.
Dengan cara dakwah yang menarik, mereka berhasil mengislamkan penduduk setempat. Selain itu, sebagian rombongan mulai menikah dengan penduduk lokal, termasuk Sayid Ali Al-Muktabar.
Pernikahan Sayid Ali Al-Muktabar dengan Putri Tansyir Dewi dianugerahi putra bernama Alaiddin Sayid Maulana Abdul Azis Syah. Alaiddin Sayid Maulana Abdul Azis Syah inilah yang ketika dewasa mendirikan Kerajaan Perlak.
Sejak berdiri sampai bergabung dengan Kerajaan Samudera Pasai, terdapat 18 raja yang memerintah Kerajaan Perlak dengan gelar sultan. Para sultan Kerajaan Perlak dapat dikelompokkan menjadi dua dinasti, yaitu Dinasti Sayid Maulana Abdul Azis Syah dan Dinasti Johan Berdaulat.
Inilah daftarnya:
1.Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Azis Syah (840 – 864 M)
2. Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Rahim Syah (864 – 888 M)
3. Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abbas Syah (888 – 913 M)
4. Sultan Alaiddin Sayid Maulana Ali Mughayat Syah (915 – 918 M)
5. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Johan Berdaulat (928 – 932 M)
6. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Johan Berdaulat (932 – 956 M)
7. Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Johan Berdaulat (956 – 983 M)
8. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Johan Berdaulat (986 – 1023 M)
9. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Johan Berdaulat (1023 – 1059 M)
10. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mansur Johan Berdaulat (1059 – 1078 M)
11. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah Johan Berdaulat (1078 – 1109 M)
12. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad Johan Berdaulat (1109 – 1135 M)
13. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Johan Berdaulat (1135 – 1160 M)
14. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Usman Johan Berdaulat (1160 – 1173 M)
15. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Johan Berdaulat (1173 – 1200 M)
16. Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Jalil Johan Berdaulat (1200 – 1230 M)
17. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin II Johan Berdaulat (1230– 1267 M)
18. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat (1267 – 1292 M)
Dengan berdirinya Kerajaan Perlak, semakin banyak orang Arab dari kalangan Syiah juga Sunni yang datang untuk berdagang. Kedua aliran ini bahkan terus menyebarkan pengaruhnya hingga timbul perlawanan terbuka pada masa pemerintahan Sultan Sayid Maulana Ali Mughayat Syah (915-918 M).
Peperangan antara dua aliran ini terus berlangsung hingga akhirnya dapat diredam setelah dibuat perjanjian damai yang disebut dengan Perjanjian Alue Meuh. Perjanjian tersebut mengatur pembagian Kerajaan Perlak menjadi dua, yakni:
1. Perlak Baroh (Syiah) yang berpusat di Bandar Khalifah dengan wilayah dipesisir.
2. Perlak Tunong (Sunni) dengan wilayah di pedalaman.
Meskipun begitu, Islam Syiah tidak berkembang karena Perlak Baroh dihancurkan oleh Kerajaan Sriwijaya. Kondisi inilah yang membangkitkan semangat bersatunya kembali kepemimpinan dalam Kesultanan Perlak.
Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Johan Berdaulat akhirnya ditetapkan sebagai Sultan ke-8 Perlak dan melanjutkan perlawanan terhadap Sriwijaya hingga 1006 M.
Kerajaan Perlak terkenal sebagai penghasil kayu Perlak, kayu berkualitas tinggi untuk bahan pembuatan kapal. Hasil alamnya ini yang menarik para pedagang dari Gujarat, Arab, dan India untuk datang hingga membuat Kerajaan Perlak berkembang menjadi bandar niaga yang maju.
Kondisi ini juga mendorong perkawinan antara para saudagar muslim dengan penduduk setempat, yang akhirnya membuat Perlak menjadi pusat penyebaran Islam di nusantara. Kerajaan Perlak kemudian mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin II (1230-1267 M).
Di bawah kekuasaannya, Kerajaan Perlak mengalami kemajuan pesat, terutama dalam bidang pendidikan Islam dan perluasan dakwah. Kemunduran Kerajaan Perlak Ketika masih berkuasa, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin II mengawinkan putrinya, Putri Ganggang Sari dengan raja Kerajaan Samudera Pasai, Malik Al-Saleh.
Kesultanan Perlak berakhir setelah rajanya yang ke-18, Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Aziz Johan Berdaulat wafat pada 1292 M. Sejak saat itu, Kerajaan Perlak bersatu dengan Kerajaan Samudera Pasai.
Samudera Pasai
Sementara beberapa ahli yang lain menyebut bahwa Samudera Pasai-lah kerajaan Islam pertama di Nusantara. Kerajaan yang berdiri sekitar abad ke-13 itu adalah kerajaan bercorak Islam yang juga berlokasi di Aceh, seperti halnya Perlak.
Kerajaan ini maujud dari abad ke-13 hingga abad ke-16.
Kerajaan Samudera Pasai berkembang pesat dan menjadi pusat perdagangan karena letaknya yang sangat strategis di dekat Selat Malaka, atau lebih tepatnya di Kota Lhokseumawe, Aceh. Berbagai bukti sejarah menjadi tanda keberadaan kerajaan ini bahkan merekam masa kejayaannya.
Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Meurah Silu yang bergelar Sultan Malik Al Saleh pada tahun 1267 M. Menurut laman Pemerintah Provinsi Aceh, Kerajaan Samudera Pasai merupakan gabungan dari Kerajaan Pase dan Peurlak.
Pada masa jayanya, kerajaan ini merupakan pusat perniagaan penting yang dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negara, seperti Cina, India, Siam, Arab dan Persia. Adapun komoditas utama Kerajaan Samudera Pasai adalah lada.
Selain itu, Kerajaan Samudera Pasai juga merupakan pusat perkembangan agama Islam. Catatan sejarah keberadaan Kerajaan Samudera Pasai direkam oleh beberapa catatan pengembara.
Menurut catatan Marcopolo disebutkan bahwa ada seorang pedagang yang berasal dari Venesia, Italia yang singgah di Samudera Pasai tahun 1292 masehi. Dari catatan tersebut, Marcopolo menerangkan bahwa terdapat sebuah kerajaan Islam yang telah berkembang pada saat itu.
Diketahui bahwa kerajaan Islam yang Marcopolo lihat adalah Samudera Pasai dengan ibukotanya di Pasai.
Ada juga catatan dari pelancong Maroko bernama Ibnu Batutah. Dia pernah mengunjungi Kerajaan Samudera Pasai di masa-masa kejayaannya. Ibnu Batutah berkunjung pada masa pemerintahan Sultan Al Malik Az Zahir II yang berkuasa hingga tahun 1349 M.
Ketika itu Samudera Pasai memiliki peran sebagai bandar dagang besar yang bahkan telah memiliki alat tukar berupa koin emas atau dirham dengan komposisi 70 persen emas murni.
Dari catatan Ibnu Batutah pula diketahui bahwa Kerajaan Samudera Pasai tidak memiliki benteng pertahanan yang terbuat dari batu, melainkan memagari kota-kotanya dengan kayu yang memiliki jarak beberapa kilometer dari pelabuhan. Pada kawasan pusat pemerintahan tersebut, kerajaan ini pun memiliki masjid, pasar serta dilalui oleh sungai yang bermuara ke laut.
Namun seiring berjalannya waktu, Kerajaan Samudera Pasai mengalami kemunduran akibat serangan Majapahit sekitar tahun 1360 M dan akhirnya ditaklukkan oleh kerajaan Aceh pada tahun 1524 M.
Begitulah, kerajaan Islam tertua di Indonesia adalah Kerajaan Perlak oleh beberapa ahli dan Kerajaan Samudera Pasai oleh beberapa yang lain. Semoga bermanfaat.
Baca Juga: Inilah Lokasi Dan Sumber Sejarah Kerajaan Samudera Pasai, Kerajaan Islam Pertama Di Nusantara