Informasi Terpercaya Masa Kini

Kisah Bripka Zulhamsyah,Dibesarkan di Kaki Lima,Kini Tebar Kebaikan Lewat Razia Perut Lapar

0 10

TRIBUNBATAM.id, TANJUNGPINANG – Bripka Zulhamsyah Putra, adalah seorang anggota kepolisian yang bertugas di Polresta Tanjungpinang, yang mendapat sorotan karena aksi sosialnya yang dikenal dengan nama Razia Perut Lapar (RPL).

Di balik aksi sosial yang dilakukan Bripka Zulhamsyah Putra di Tanjungpinang, ternyata ada kisah hidup yang sarat makna. 

Zulhamsyah Putra mengaku, semangat berbagi dan nilai-nilai sosial yang ia lakukan ini adalah warisan dari sosok yang sangat ia cintai, ibunya.

Zulhamsyah mengatakan, sejak kecil ia tidak pernah tahu apa itu bermain seperti anak-anak lain seusianya.

Zulhamsyah Putra menceritakan dirinya lahir di lingkungan yang penuh perjuangan, masa kecilnya lebih banyak dihabiskan untuk belajar hidup, bukan sekadar bermain.

“Sejak kecil, hidupku sudah penuh perjuangan. Kami ini orang pinggiran.”

Baca juga: Razia Perut Lapar Bripka Zulhamsyah Putra Meluas ke Batam, Sasar Pemulung TPA Punggur

“Aku lahir dari ibu yang luar biasa, dari ibu yang tidak bisa melihat dunia.”

“Tetapi ia bisa membesarkan anaknya hingga menjadi seorang polisi,” kenang Zulhamsyah dengan tatapan penuh rasa syukur.

Ibunya berjuang sendiri membesarkannya sejak masih kecil.

Ayahnya pergi meninggalkan mereka saat ia masih berusia delapan tahun. 

Sejak saat itu, ia bersama ibunya berjuang keras menjalani hidup dengan segala keterbatasan tapi memiliki keteguhan hati. 

Di tengah kesulitan ekonomi, ibu Zulhamsyah, selalu mengajarkan anak-anaknya untuk menjalani hidup dengan penuh kejujuran.

“Di kaki lima, kami jualan untuk mencari makan. Ibu tak pernah meminta-minta, dan selalu mengajarkan kami untuk berdagang dengan kejujuran.”

“Meskipun ibu tidak bisa melihat, ia percaya dengan kejujuran, segala sesuatu (rezeki atau kehidupan yang baik) akan datang pada waktunya,” tutur Zulhamsyah mengenang masa-masa sulit mereka.

Baca juga: Aksi Razia Perut Lapar Bripka Zulhamsyah Putra di Tanjungpinang Kepri Makin Dikenal Publik

Sejak kecil, Zulhamsyah sudah belajar betapa kerasnya hidup.

Ia tumbuh di sekitar Bintang Mall, Jalan Pos Kota Tanjungpinang, di tengah keramaian pedagang kaki lima. 

Di sana ia belajar mencari uang dan itu jelas itu bukan hal yang mudah agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti untuk makan.

Selain mencari rezeki, dari situ pula ia belajar tentang nilai ketulusan dan kejujuran yang diwariskan sang ibu.

Setelah menyelesaikan sekolah menengah, Zulhamsyah melanjutkan kuliah di Universitas Sumatera Utara (USU) di Medan.

Namun, tak lama setelah itu, hidupnya berubah drastis. 

Ibu yang sangat ia cintai mengalami stroke, dan ia kembali ke Tanjungpinang untuk merawatnya.

Dalam masa yang penuh ujian itu, kesempatan menjadi polisi terbuka.

“Tanpa koneksi, tanpa embel-embel siapa-siapa, saya bisa menjadi seorang polisi.”

Baca juga: Sasar ASN, Baznas Tanjungpinang Targetkan Penerimaan Zakat Capai Rp7,2 Miliar di 2025

“Semua ini berkat doa ibu. Ibu yang tidak bisa melihat, tetapi memiliki doa yang luar biasa,” ungkap Zulhamsyah, mata berbinar penuh keyakinan.

Begitulah Zulhamsyah, yang kemudian memulai karirnya di kepolisian. 

Setiap langkahnya selalu diiringi oleh ibu yang ia sayangi.

“Ibu saya itu seperti segala-galanya. Ke mana pun saya pergi, akan saja bawa.”

“Kami berdua bersama, seperti tak bisa terpisahkan,” ujarnya, mengenang momen-momen itu.

Bagi Zulhamsyah, semalam bersama ibunya ia menjadi mata, tangan, dan kaki ibunya kemanapun ibunya melangkah.

“Saat saya pertama kali mendapatkan penugasan di Lingga, saya bawa Ibu saya.”

“Saya sempat di bilang anak manja,” ujarnya dengan sedikit ketawa kecil.

Ia yang sudah sangat sayang akan kehadiran sosok Ibu tidak memperdulikan apa yang dikatakan orang lain dan terus selami kehidupan bersama ibunya.

Namun, pada bulan September tahun lalu, Zulhamsyah kehilangan ibu tercinta.

Meski duka begitu mendalam, semangat berbagi yang ibunya tanamkan tidak pernah padam. 

Bagi Zulhamsyah, kepergian ibunya bukanlah akhir, tetapi justru menjadi titik tolak bagi semangat baru untuk melanjutkan perjuangan berbagi kepada sesama.

“Ibu selalu mengajarkan saya untuk berbagi, untuk tidak mengharapkan imbalan. Ia adalah pahlawan saya,” katanya dengan suara bergetar.

Gerakan “Razia Perut Lapar” yang ia ciptakan muncul dari kepedulian Zulhamsyah terhadap mereka yang kesulitan makan.

Di tengah padatnya tugas kepolisian, ia merasa panggilan untuk berbagi tidak bisa ditunda lagi. 

Razia Perut Lapar yang disingkat dengan RPL hadir di tengah kesulitan masyarakat pada masa Pandemi Covid-19.

Kala itu Zulhamsyah sedang bertugas di Polsek Pelabuhan yang berlokasi di depan Pelabuhan Sri Bintan Pura.

Dirinya yang berjiwa sosial, melihat kondisi sekitaran yang banyak sekali masyarakat berjuang melawan kerasnya kehidupan. 

Gerakan hati yang kecil menjadi besar membuat dirinya bergerak cepat dan dengan langkah yang tepat dikala itu.

RPL menjadi opsi tepat dalam pikiran Zulhamsyah.

“Jika kita bisa sedikit berbagi, kenapa tidak?”

“Saya merasa jika tidak dimulai sekarang, kapan lagi?” ujarnya dengan penuh semangat.

Gerakan ini berkembang pesat. Bantuan makan yang ia bagikan tidak hanya meringankan beban orang-orang yang membutuhkan, tetapi juga menginspirasi banyak orang untuk ikut serta dalam aksi kemanusiaan. 

Mahasiswa, pengusaha, bahkan rekan-rekan di Polresta Tanjungpinang turut bergabung, membentuk kekuatan kolektif yang lebih besar.

Namun perjuangan Zulhamsyah tidak berhenti hanya pada dunia sosial. Sebagai seorang polisi, ia tetap memegang teguh nilai pendidikan. 

Pada 2021, di usia yang tidak muda lagi, ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH), mengambil program studi Ilmu Hukum.

“Tidak ada kata terlambat untuk belajar,” ujarnya tegas. 

Meski sibuk, ia selalu berusaha menjaga keseimbangan antara dinas, kuliah malam, dan kegiatan sosial. 

“Saya merasa bersyukur bisa melanjutkan pendidikan dan mendapat hasil terbaik. Semua ini berkat doa, usaha, dan tentunya dukungan keluarga dan pimpinan,” katanya.

Selain itu, Zulhamsyah kini tengah menantikan kelahiran anak kedua, setelah sembilan tahun menunggu.

Kebahagiaan itu terpancar jelas dari wajahnya. 

“Ini adalah kebahagiaan yang luar biasa. Saya sangat bersyukur,” ujarnya dengan senyuman bahagia.

Lebih dari segalanya, Zulhamsyah selalu memegang teguh prinsip yang diajarkan ibunya: berbagi tanpa pamrih. 

“Usaha tidak akan mengkhianati hasil. Kebaikan yang kita lakukan akan kembali kepada kita, meskipun dalam bentuk yang tak terduga,” ujarnya penuh keyakinan.

Prinsip ini yang mendorongnya untuk terus mengembangkan “Razia Perut Lapar”.

Ia berharap semakin banyak orang yang tergerak untuk berbagi. 

“Kebaikan itu menular. Ketika kita menolong orang lain, hidup kita akan dipermudah.”

“Saya percaya, semakin banyak orang yang tergerak, semakin banyak pula kebaikan yang tercipta,” tuturnya.

Sebagai anak bungsu dari empat bersaudara, Zulhamsyah telah melalui banyak tantangan dalam hidup.”

“Kakaknya yang pertama tinggal di Jakarta dan berjualan sarapan pagi, sementara kakaknya yang kedua telah meninggal dunia karena sakit.”

“Kakaknya yang ketiga tinggal di Bintan dan berjualan pecel lele.”

Dalam keluarga yang penuh perjuangan ini, Zulhamsyah tumbuh menjadi pribadi yang peduli dan peka terhadap kesulitan orang lain, dan terus mengajarkan kepada dunia bahwa kebaikan, meskipun kecil, tetap akan memberi dampak besar.

( tribunbatam.id/yukivegoeista )

Leave a comment