Naskah Khotbah Jumat 7 Februari 2025 dengan Tema Menyambut Bulan Ramadan 1446 H
JAKARTA, KOMPAS.TV – Teks khotbah Jumat, 7 Februari 2025 kali ini bertema menyambut bulan suci Ramadan 1446 Hijriah.
Seperti diketahui, kurang dari 30 hari lagi, umat Islam di dunia, termasuk Indonesia akan menjumpai bulan Ramadan.
Ramadan adalah bulan penuh rahmat yang di dalamnya umat Islam menjalankan ibadah puasa.
Berikut teks khotbah Jumat tentang menyambut bulan Ramadan 2025 dikutip dari NU Online.
Khotbah I
: ( : )
Hadirin jemaah salat Jumat rahimakumullah Mari bersama-sama kita berusaha meningkatkan takwa kita kepada Allah SWT, dengan melaksanakan sebaik-baiknya apa yang menjadi perintah Allah SWT dan meninggalkan apa yang menjadi larangan-Nya, sehingga kelak kita termasuk ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang beruntung baik di dunia maupun di akhirat, amin, amin ya rabbal ‘alamin.
Baca Juga: Niat Puasa Sunah Februari 2025: Senin-Kamis, Nisfu Syakban dan Ayyamul Bidh Beserta Doa Berbuka
Hadirin jemaah salat Jumat rahimakumullah
Sebentar lagi bulan Ramadan akan tiba. Tamu terhormat yang datang dengan membawa segudang peluang dan kesempatan emas bagi kita. Kenapa dikatakan demikian? Tak lain karena di dalam bulan Ramadan terkandung kemuliaan dan keistimewaan yang amat besar, yang tak bisa dijumpai pada bulan-bulan lainnya.
Nilai ibadah dilipatgandakan, doa-doa dikabulkan, dosa diampuni, pintu surga dibuka, sementara pintu neraka ditutup. Ramadan, tak ubahnya tamu agung yang selalu dinanti-nanti kedatangannya.
Oleh karena itu, kita perlu mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam rangka menyambut bulan yang penuh berkah tersebut, sehingga kita dapat memanfaatkannya secara maksimal untuk beribadah mendekatkan diri kepada Allah.
Dengan demikian, apa yang menjadi tujuan akhir dari puasa Ramadhan ini, yakni derajat ketakwaan dapat kita raih. Rasulullah SAW berpesan kepada umatnya ketika bulan Ramadan datang, sebagaimana hadis yang diriwayatkan an-Nasa’i dari Abu Hurairah:
: . …… ( 7 . 256: 2079)
Artinya, “Dari sahabat Abu Hurairah radliyallahu ‘anh beliau berkata, bahwa Rasulullah telah bersabda, “Sungguh telah datang pada kalian bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah, yang mana pada bulan tersebut Allah SWT mewajibkan kalian untuk berpuasa.
Pada bulan itu, pintu-pintu langit dibuka, sementara pintu-pintu neraka ditutup serta syaitan-syaitan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan.(HR. An-Nasa’i).
Baca Juga: Puasa Ramadan 2025 Berapa Hari Lagi? Simak Jadwalnya Menurut Kalender Hijriah Kemenag
Selain itu, Rasulullah mengajarkan kepada kita sebuah doa yang dipanjatkan menjelang datangnya Ramadan, yakni: Allâhumma bâriklanâ fî Rajaba wa Sya’bâna, wa ballighna Ramâdlana (ya Allah berkahi kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikan (usia) kami berjumpa Ramadhan) (HR. Ahmad dan Bazzar).
Hadirin jemaah salat Jumat rahimakumullah Berikut ini adalah beberapa sikap sekaligus bekal terpuji yang dilakukan para ulama shaleh terdahulu dalam menyambut bulan suci Ramadan yang pantas kita lanjutkan. Pertama, kita harus menyambut Ramadan dengan kegembiraan dan kebahagiaan.
Yahya bin Abi Katsir meriwayatkan bahwa orang-orang salaf terdahulu selalu mengucapkan doa:
Artinya, “Ya Allah berkahi kami di bulan Rajab dan Sya’ban, dan sampaikan (usia) kami berjumpa Ramadan.”
Kedua, kita perlu menyambut Ramadan dengan pengetahuan yang dalam. Puasa Ramadan merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim. Ibadah puasa mempunyai ketentuan dan aturan yang harus dipenuhi agar sah dan sempurna.
Sesuatu yang menjadi prasyarat suatu ibadah wajib, maka wajib memenuhinya dan wajib mempelajarinya. Ilmu tentang ketentuan puasa atau yang sering disebut dengan fikih puasa merupakan hal yang wajib dipelajari oleh setiap Muslim, minimal tentang hal-hal yang menjadi sah dan tidaknya puasa.
Pengetahuan yang utuh tentang bulan Ramadan akan menghindarkan diri dari kesalahan-kesalahan yang bisa merusak ibadah Ramadan. Dengan kekayaan pengetahuan kita bisa meraih keutamaan Ramadan dan mendorong tumbuhnya motivasi dari dalam diri untuk menjalani ibadah dengan sebaik-baiknya. Ketiga, adalah dengan doa.
Bulan Ramadan selain merupakan bulan karunia dan kenikmatan beribadah, juga merupakan bulan tantangan. Tantangan menahan nafsu untuk perbuatan jahat, tantangan untuk menggapai kemuliaan malam Lailatul Qadar dan tantangan-tantangan lainnya.
Keterbatasan manusia mengharuskannya untuk selalu berdoa agar optimis melalui bulan Ramadan. Keempat, yaitu dengan tekad dan planning yang matang untuk mengisi Ramadan. Niat dan azam adalah bahasa lain dari planning atau perencanaan.
Orang-orang saleh terdahulu selalu merencanakan pengisian bulan Ramadan dengan cermat dan optimis. Misalnya tekad mengkhatamkan Al-Quran, rutin bersedekah dan memberi makan orang berpuasa, istikamah menghadiri pengajian dan membaca buku agama, dan kebaikan-kebaikan yang lain.
Kelima, mempersiapkan materi atau finansial. Persiapan materi di sini tidak dimaksudkan untuk membeli kebutuhan berbuka dan sahur yang mewah dan mahal bahkan kadang terkesan berlebihan. Tapi finansial/materi yang diperuntukkan untuk menopang ibadah sedekah dan infak kita. Bulan Ramadan merupakan bulan muwaasah (bulan santunan, pelipur lara).
Sangat dianjurkan memberi santunan kepada orang lain, betapapun kecilnya. Pahala yang sangat besar akan didapat manakala ia memberi kepada orang lain yang berpuasa, sekalipun sekadar sebiji kurma dan seteguk air.
Demikianlah khotbah yang dapat kami sampaikan, semoga kita memperoleh rahmat, hidayat serta kekuatan untuk dapat mempersiapkan diri secara maksimal, menyongsong datangnya bulan Ramadan. Amin.
. , .
Khotbah II
. . . . . . !