dr. Ryu Hasan: Uang Tidak Bisa Membeli Kebahagiaan Kalau Sedikit, Tapi Kalau Banyak Kayaknya Bisa Deh!
Pernyataan “uang tidak bisa membeli kebahagiaan” sering kali kita dengar, terutama dalam berbagai diskusi tentang hidup sederhana dan arti kebahagiaan sejati.
Namun, ada sisi menarik dari pernyataan ini yang dipertegas oleh Dr. Roslan Yusni Hasan, Sp.BS, seorang dokter spesialis bedah saraf.
Menurut beliau, uang memang tidak bisa membeli kebahagiaan kalau jumlahnya sedikit. Tapi kalau jumlahnya banyak? Nah, itu cerita lain.
Pandangan ini cukup realistis dan memberikan perspektif baru tentang hubungan antara uang dan kebahagiaan.
Dr. Roslan Yusni Hasan, atau yang akrab dikenal sebagai dr. Ryu Hasan, adalah sosok yang penuh pengalaman dan keilmuan.
Beliau merupakan dokter spesialis bedah saraf yang lulus dari Universitas Airlangga (Unair) pada tahun 1985. Setelah menyelesaikan pendidikan spesialis bedah saraf di Unair, beliau melanjutkan studi hingga ke Sydney untuk menjadi ahli bedah saraf yang mumpuni.
Tidak berhenti di situ, dr. Ryu juga mendalami neuroscience di Tokyo, yang semakin memperkaya ilmunya di bidang medis.
Selain berkarier di dunia medis, beliau juga memiliki kemampuan linguistik yang luar biasa. Dr. Ryu fasih berbahasa Arab, Parsi, Hebrew, Inggris, hingga Jepang.
Dengan kemampuan ini, beliau pernah bekerja di lembaga internasional di Jepang selama 20 tahun, sebelum akhirnya kembali ke Indonesia dan memimpin Neuro Center di RS Mayapada Jakarta.
Saat ini, beliau juga aktif mengajar di Universitas Padjajaran dan beberapa universitas lainnya di luar negeri.
Fakta menarik lainnya, dr. Ryu Hasan ternyata merupakan cucu dari salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Sebagai tokoh yang kaya akan ilmu dan pengalaman, pandangan beliau tentang hubungan uang dan kebahagiaan ini disampaikan dalam sebuah podcast di kanal YouTube Cania Citta. Di sana, beliau memberikan perspektif yang lugas dan menarik perhatian.
Dengan latar belakang keilmuan dan pengalaman yang begitu kaya, dr. Ryu Hasan menghadirkan sudut pandang yang realistis tentang bagaimana jumlah uang dapat memengaruhi kebahagiaan.
Pandangan ini mengingatkan kita bahwa uang, meski bukan segalanya, tetap berperan penting dalam kehidupan sehari-hari.
Intinya, menurut dr. Ryu Hasan, uang tidak bisa beli kebahagiaan kalau jumlahnya sedikit, karena biasanya hanya cukup untuk kebutuhan dasar seperti makan atau bayar kontrakan.
Kalau kebutuhan dasar saja belum terpenuhi, memikirkan kebahagiaan jadi terasa sulit.
Tapi kalau uangnya banyak, ceritanya lain. Uang besar bisa membuat hidup lebih nyaman, tidak khawatir soal tagihan, punya rumah layak, atau bisa liburan.
Uang juga bisa jadi alat untuk bantu orang lain, menyumbang, atau membuat program sosial, yang membuat kita merasa hidup lebih bermakna.
Selain itu, uang banyak memungkinkan kita mengejar impian—entah sekolah lagi, membuat usaha, atau beli barang impian.
Jadi, uang bukan sumber kebahagiaan langsung, tapi alat untuk membuka peluang.
Pandangan ini realistis, dimana uang memang penting, tapi tetap ada batasnya. Sebanyak apa pun uang, tanpa hubungan baik, kesehatan, dan makna hidup, kebahagiaan nggak akan bertahan lama. Jadi, semuanya soal keseimbangan.
Kalau ngomongin hubungan uang dan kebahagiaan, sebenarnya banyak orang sepakat kalau uang tidak selalu membuat bahagia, tapi jelas punya peran penting.
Uang itu ibaratkan alat. Kalau kita tahu cara pakainya, sangat bisa bantu kita hidup lebih bahagia.
Contohnya, uang bisa dipakai untuk beli pengalaman. Liburan ke tempat yang kita impikan, makan di restoran favorit, atau ikut workshop yang membuat kita berkembang.
Pengalaman-pengalaman ini tidak hanya membuat hati senang, tapi juga bisa kasih kenangan manis yang bertahan lama.
Selain itu, uang juga penting untuk memberikan rasa aman secara finansial. Misalnya, punya tabungan atau asuransi membuat kita nggak perlu khawatir soal hal-hal tak terduga, seperti biaya rumah sakit atau perbaikan rumah.
Rasa tenang karena tidak dihantui masalah keuangan itu sudah jadi bentuk kebahagiaan tersendiri.
Uang juga bisa membuat kita lebih leluasa mendukung keluarga. Misalnya, bantu biaya sekolah anak, kasih orang tua tempat tinggal yang nyaman, atau traktir keluarga besar makan bersama.
Melihat orang-orang terdekat kita bahagia karena bantuan kita, rasanya pasti memuaskan.
Jadi, uang itu bukan segalanya, tapi tetap penting untuk menciptakan peluang kebahagiaan.
Selama kita bijak pakai uang, kebahagiaan itu bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang lain di sekitar kita.
Pernyataan dr. Ryu Hasan ini sebenarnya mengingatkan kita soal pentingnya keseimbangan. Uang memang penting, tapi kebahagiaan tidak hanya soal materi.
Ada hal-hal non-materi yang juga nggak kalah penting, seperti hubungan sosial, kesehatan, dan makna hidup.
Misalnya, sebanyak apa pun uang kita, kalau hubungan dengan keluarga atau teman berantakan, rasanya tetap kosong.
Atau, punya uang banyak tapi badan sakit-sakitan, ya nggak bisa dinikmati juga.
Sama halnya kalau hidup kita nggak punya tujuan atau makna—uang jadi terasa hambar, seperti tidak ada yang membuat kita benar-benar puas.
Jadi, intinya uang memang alat penting untuk membuat hidup lebih nyaman, tapi kebahagiaan sejati datang dari hal-hal sederhana seperti hubungan yang baik, rasa syukur, dan tujuan hidup yang jelas. Semua itu saling melengkapi.