8 Cara Menjaga Kesehatan Mental Orangtua, Tips Jitu Mengatasi Stres
Fenomena kesehatan mental tengah menjadi topik yang semakin relevan di era ini, khususnya bagi Mama yang berperan penting dalam membesarkan generasi berikutnya. Berdasarkan survei kesehatan Indonesia, tingkat depresi pada remaja usia 15 tahun mencapai 2%.
Selain itu, hampir 60% Gen Z dilaporkan mengalami masalah kesehatan mental. Sebagai orangtua, kesehatan mental Mama menjadi fondasi utama untuk menjaga keharmonisan keluarga. Untuk solusinya, Dompet Dhuafa mengadakan Mental Health Talkshow yang diadakan pada Rabu, 18 Desember 2024 bertajuk ‘Ibu Bahagia Anak Bahagia’.
Dalam acara ini ditegaskan bahwa kesehatan mental Mama menjadi fondasi penting untuk membesarkan anak-anak yang sehat dan bahagia. Maka itu, Popmama.com akan membahas mengenai 8 cara menjaga kesehatan mental orangtua agar kamu bisa menjalani peran dengan bahagia.
1. Pahami bahwa orangtua juga pahlawan
Mama, tahukah kamu bahwa peran seorang ibu sering kali dibandingkan dengan pahlawan? Seorang pahlawan bertindak dengan penuh kasih sayang tanpa pamrih. Namun, penting diingat bahwa menjadi pahlawan bukan berarti harus selalu sempurna.
Sebagai orangtua, Mama perlu mengajarkan anak mengenai nilai sosial melalui kasih sayang dan pengorbanan yang tulus. Namun, ini tidak bisa dilakukan tanpa dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitar. Mama juga perlu merayakan pencapaian kecil dalam kehidupan sehari-hari sebagai bentuk penghargaan terhadap diri sendiri.
“Saat ini perempuan sering kali menghadapi tekanan yang lebih besar karena peran gender yang menuntut mereka mengutamakan orang lain. Karena itu, dukungan untuk ibu sangat penting agar tetap bisa menjalankan perannya dengan ikhlas,” ucap Tri Swasono Hadi, M.Psi, selaku Psikolog Praktisi Terapi EMDR & Trauma, pada Rabu (18/12/2024).
2. Berikan prioritas pada diri sendiri
Tidak jarang Mama merasa harus selalu mengutamakan kebutuhan keluarga. Namun, ingatlah bahwa memberikan prioritas pada diri sendiri adalah langkah awal untuk menjaga kesehatan mental.
Kesehatan mental bukan hanya soal bahagia, tetapi juga belajar untuk bagaimana bisa menerima masa lalu, masa kini, dan masa depan. Luangkan waktu untuk beristirahat, melakukan hobi, atau sekadar menikmati momen tanpa tekanan.
Cobalah untuk membuat jadwal harian yang seimbang, di mana ada waktu khusus untuk Mama sendiri. Bahkan waktu 15-30 menit setiap hari untuk melakukan sesuatu yang Mama nikmati dapat memberikan efek positif yang signifikan.
3. Atasi trauma masa lalu
Trauma masa lalu yang tidak terselesaikan bisa menjadi penghambat kesehatan mental. Terapi EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing) bisa menjadi salah satu metode yang efektif untuk membantu Mama memproses kenangan traumatis.
Dengan terapi ini, trauma masa lalu dapat diatasi sehingga Mama bisa fokus pada masa kini dan masa depan. Selain terapi, berbicara dengan orang yang dipercaya, seperti sahabat atau konselor, juga dapat membantu Mama meredakan beban emosi. Menuliskan perasaan dalam jurnal juga menjadi salah satu cara efektif untuk melepaskan emosi yang terpendam.
4. Kenali tanda-tanda gangguan mental
Mengetahui tanda-tanda awal gangguan mental adalah langkah penting untuk mencari bantuan. Jika Mama merasa cemas berlebihan, sulit tidur, atau kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya disukai, ini bisa menjadi tanda bahwa Mama perlu berkonsultasi dengan profesional.
Selain itu, penting untuk memiliki pola hidup sehat yang meliputi tidur cukup, makan makanan bergizi, dan rutin berolahraga. Hal ini dapat membantu Mama menjaga keseimbangan hormon yang berpengaruh pada kesehatan mental.
5. Jadilah teladan untuk anak
Mama yang sehat secara mental dapat memberikan contoh nyata kepada anak tentang cara menghadapi tantangan hidup. Anak akan belajar bahwa penting untuk mencari bantuan dan menjaga keseimbangan emosi.
Selain itu, Mama juga dapat mengajarkan anak-anak tentang pentingnya berbicara terbuka mengenai perasaan mereka. Dengan menjadi pendengar yang baik, Mama dapat membangun hubungan yang lebih erat dengan anak.
“Kita harus selalu hadir di saat anak membutuhkan kita, baik dalam situasi sulit seperti ketika mereka sakit, maupun di momen-momen berharga yang membentuk kenangan mereka. Dengan kehadiran kita, secara tidak langsung kita membantu mereka tumbuh menjadi individu yang lebih percaya diri,” kata Fairuz A. Rafiq, yang merupakan Artis & Super Volunteer Dompet Dhuafa.
6. Cari dukungan dari lingkungan
Jangan ragu untuk meminta bantuan, baik dari pasangan, keluarga, maupun teman. Dukungan dari orang-orang terdekat bisa membantu Mama melewati masa sulit.
Mencari dukungan dari komunitas yang memiliki pengalaman serupa juga dapat memberikan inspirasi dan semangat baru. Mama tidak akan merasa sendirian dalam melalui perjalanan ini.
7. Kurangi penggunaan media sosial
Media sosial sering kali menciptakan tekanan untuk selalu tampil sempurna. Namun, ingatlah bahwa kehidupan yang terlihat di media sosial bukanlah gambaran nyata.
Kurangi waktu yang dihabiskan di media sosial dan fokus pada hal-hal yang membawa kebahagiaan nyata. Cobalah untuk menetapkan waktu khusus untuk menggunakan media sosial, dan gunakan waktu tersebut dengan bijak. Pilih konten positif dan inspiratif untuk membantu menjaga suasana hati yang baik.
8. Lakukan kebaikan untuk diri sendiri dan orang lain
Kesehatan mental tidak bisa dipisahkan dari kebaikan. Melakukan kebaikan baik untuk diri sendiri maupun orang lain, dapat meningkatkan perasaan bahagia dan juga kepuasan hidup.
Luangkan waktu untuk berbuat baik, seperti membantu orang lain atau merawat diri sendiri. Mama juga bisa mencoba melakukan hal-hal kecil seperti memberikan pujian kepada diri sendiri atas usaha yang telah dilakukan.
Itu dia 8 cara menjaga kesehatan mental orangtua. Menjaga kesehatan mental bukanlah hal yang egois. Sebaliknya, ini menjadi langkah penting untuk menjadi orangtua yang bahagia dan menciptakan keluarga harmonis.
Baca juga:
- 3 Tanda Anak Punya Pondasi Mental yang Sehat dan Cara Mewujudkannya
- Deteksi Gejala Gangguan Mental pada Anak dengan Tes MMPI
- Bagaimana Cara Memperbaiki Kesehatan Mental Korban Kekerasan Seksual