Sejarah Muhammadiyah, Riwayat Berdiri dan Perannya Bagi Indonesia
Artikel ini tentang penjelasan singkat sejarah Muhammadiyah, riwayat pendidikan dan peran besarnya terhadap kehidupan bernegara di Indonesia, terutama dalam bidang pendidikan dan kesehatan.
—
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
—
Intisari-Online.com – Jika berbicara tentang sejarah pendidikan di Indonesia, Muhammadiyah tentu tak bisa dilewatkan. Baik itu sebagai organisasi atau sebagai salah satu penggerak pendidikan di Tanah Air ini.
Artikel di bawah ini akan menjelaskan secara singkat sejarah Muhammadiyah, riwayat berdirinya, juga peran besarnnya terutama terhadap pendidikan Indonesia.
Mengutip Kompas.com, Muhammadiyah merupakan organisasi kemasyarakatan Islam modernis terbesar di Indonesia. Sejak awal pendiriannya hingga saat ini, kontribusi Muhammadiyah dalam pembangunan selalu terlihat dari waktu ke waktu. Termasuk dalam bidang pendidikan.
Peran Muhammadiyah di berbagai bidang kehidupan termasuk keterlibatannya di ranah politik membuat makin dikenal dan diperhitungkan.
Muhammadiyah didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan yang ketika kecil dikenal sebagai Muhammad Darwis. Darwis berasal dari Kauman, Yogyakarta. Gagasan pendirian Muhammadiyah diperoleh Ahmad Dahlan setelah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim yang kedua kalinya pada tahun 1903.
Ide gerakan tersebut dia dapatkan setelah berguru kepada ulama-ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari Maskumambang Gresik.
Ahmad Dahlan juga membaca pemikiran-pemikiran para pembaharu Islam seperti Ibnu Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha.
Lahirnya Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi merupakan hasil interaksi Ahmad Dahlan dengan teman-temannya di Boedi Oetomo seperti R. Budihardjo dan R. Sosrosugondo. Gagasan pendirian Muhammadiyah juga merupakan saran dari salah seorang siswanya di Kweekscholl Jetis yang menyarankan agar kegiatan pendidikan yang dia rintis tidak diurus sendiri tetapi oleh suatu organisasi agar terdapat kesinambungan setelah dia mangkat.
Sejarawan yang banyak meneliti tentang Muhammadiyah, Adaby Darban, mengatakan, gagasan pendirian organisasi Muhammadiyah itu selain bertujuan mengaktualisasikan pikiran-pikiran Ahmad Dahlan juga secara praktis-organisatoris untuk mewadahi dan memayungi sekolah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah, yang didirikan pada 1 Desember 1911.
Madrasah itu merupakan rintisan lanjutan dari kegiatan Ahmad Dahlan dalam memberikan pelajaran yang mengandung ilmu agama Islam dan pengetahuan umum di beranda rumahnya.
Sementara dalam tulisan Djarnawi Hadikusuma, sekolah yang didirikan pada tahun 1911 di kampung Kauman Yogyakarta tersebut merupakan ”Sekolah Muhammadiyah”, yakni sebuah sekolah agama yang tidak diselenggarakan di surau seperti pada umumnya tapi bertempat di dalam sebuah gedung milik ayah Ahmad Dahlan dengan menggunakan meja dan papan tulis, untuk mengajarkan agama dengan dengan cara baru serta ilmu-ilmu umum.
Lalu pada 18 November 1912 atau 8 Dzulhijjah 1330 H selalu diingat sebagai momentum penting lahirnya Muhammadiyah. Muhammadiyah sebagai organisasi kemudian diajukan pengesahannya pada tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim ”Statuten Muhammadiyah” (Anggaran Dasar Muhammadiyah).
Muhammadiyah kemudian disahkan sebagai organisasi oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus 1914.
Kenapa Muhammadiyah?
“Muhammadiyah” secara bahasa berarti ”pengikut Nabi Muhammad” yang dimaksudkan untuk menisbahkan (menghubungkan) dengan ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad SAW. Mengutip Adaby Darban, nama “Muhammadiyah” pada mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu.
Muhammad Sangidu adalah seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta. Usulan nama tersebut kemudian diputuskan Haji Ahmad Dahlanan setelah melalui shalat istikharah.
Sementara menurut H. Djarnawi Hadikusuma, nama Muhammadiyah memiliki maksud untuk menjelaskan bahwa pendukung organisasi itu adalah umat Muhammad, dan asasnya adalah ajaran Nabi Muhammad SAW, yaitu Islam.
Lebih lanjut,dengan nama tersebut maka tujuan pendirian Muhammadiyah adalah untuk memahami dan melaksanakan agama Islam sebagai ajaran yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW agar dapat menjalani kehidupan dunia sepanjang kemauan agama Islam.
Dengan demikian ajaran Islam yang suci dan benar itu dapat memberi nafas bagi kemajuan umat Islam dan bangsa Indonesia pada umumnya.
Tujuan berdirinya Muhammadiyah
Kelahiran Muhammadiyah didorong oleh beberapa faktor pendukung, antara lain:
1. Islam tidak lagi bersinar dalam cahaya murninya
2. Kurangnya persatuan dan kesatuan umat Islam sebagai akibat gagalnya penegakan Uhuwah Islamiyah dan lemahnya organisasi yang kuat
3. Beberapa lembaga pendidikan Islam tidak mampu menghasilkan eksekutif-eksekutif Islam karena tidak lagi memenuhi tuntutan zaman
4. Sebagian besar umat Islam hidup dalam kisaran sempit fanatisme, keyakinan buta, pemikiran dogmatis, konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme
5. Dari persepsi bahaya Islam yang mengancam jiwa, dan sehubungan dengan misi dan kegiatan pusat Kristen di Indonesia yang semakin mempengaruhi penduduk.
Sementara maksud didirikan organisasi Muhammadiyah ini adalah sebagai berikut:
1. Menyebarkan pengajaran Agama islam berdasarkan panutan Nabi Muhammad SAW kepada penduduk Bumiputra di dalam residensi Yogyakarta
2. Memajukan hal Agama kepada anggota-anggotanya, yakni memajukan pendidikan dan pembelajaran agama di Hindia Belanda
3. Memajukan dan menikmati hidup (way of life) selama kehendak Islam mencapai akhir
Sementara dikutip dari laman Muhammadiyah, organisasi ini memiliki alasan dan tujuan sebagai berikut:
1. Membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam.
2. Reformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern.
3. Reformulasi ajaran dan pendidikan Islam.
4 Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan luar.
Peran Muhammadiyah dalam kehidupan bermasyarakat
Sejak pertama kali berdiri, Muhammadiyah telah memberikan manfaat kepada masyarkaat. Tak hanya dalam bidang pendidikan, tapi juga kesehatan. Muhammadiyah telah mendirikan klinik-klinik perawatan kesehatan, panti asuhan, dan sekolah dari jenjang pendidikan usia dini hingga universitas.
Muhammadiyah juga membentuk ‘Aisyiyah, sebuah organisasi perempuan yang didirikan oleh Nyai Ahmad Dahlan pada 19 Mei 1917 yang bergerak dalam ranah sosial, pendidikan, kesehatan, dan keagamaan.
Itulah penjelasan singkat sejarah Muhammadiyah, riwayat pendidikan dan peran besarnya terhadap kehidupan bernegara di Indonesia, terutama dalam bidang pendidikan dan kesehatan.