Informasi Terpercaya Masa Kini

Kenapa di Bioskop Tidak Ada Baris Kursi ‘I’ dan ‘O’? Ini Alasannya

0 1

KOMPAS.com – Bagi yang sering menonton film di bioskop pasti mengetahui bahwa tempat duduk penonton ditandai dengan huruf dan angka.

Urutan kursi bioskop berjajar dari belakang ke depan dari A-Z, lalu diikuti angka di belakangnya.

Namun, pernahkan memperhatikan jika kursi bioskop tidak ada baris kursi untuk huruf “I” dan huruf “O”?

Lalu, apa alasan baris kursi bioskop tidak ada huruf “I” dan “O”?

Baca juga: Rekomendasi 20 Film Terbaru Tayang di Bioskop November 2024

Alasan tidak ada baris “I” dan “O” di bioskop

Dikutip dari Financial Express, tidak adanya baris kursi “I” dan “O” di bioskop bukannya tanpa alasan.

Tidak adanya baris I dan O di bioskop dimaksudkan untuk memudahkan penonton dalam mencari tempat duduk yang telah dipesan.

Alasannya, huruf “I” dan “O” memungkinkan kesalahpahaman pembacaan bagi penonton khususnya pada ruangan yang gelap.

Penonton bisa saja salah membaca huruf I dan O menjadi angka 1 dan 0. Selain itu, huruf I dan O akan terlihat tetap mirip dengan huruf yang lainnya.

Misalnya, jika abjad “I” tetap digunakan, dan ditulis dengan huruf kapital tentunya akan mirip dengan huruf “L” tidak kapital.

Lalu, huruf “O” akan mirip dengan angka nol ataupun huruf “D” kapital.

Agar memudahkan penonton, kedua abjad yang bisa bikin salah paham itu pun akhirnya dihilangkan.

Bagi yang penasaran dengan hilangnya dua baris kursi ini, cobalah untuk melihatnya dengan lagi dengan seksama di bioskop.

Baca juga: Daftar Film Baru Tayang Pekan Ini di Bioskop

Bioskop pertama di Indonesia

Bioskop pertama di Indonesia muncul di akhir tahun 1900.

Dikutip dari Kompaspedia, pada 5 Desember 1900 sebuah surat kabar Bintang Betawi menampilkan pengumuman tentang pertunjukkan film untuk pertama kalinya akan dimainkan di Batavia.

Di dalam iklan disebutkan bahwa Nederlandsch Bioscoop Maatschappij akan memutar sebuah film di sebuah rumah di Tanah Abang Kebondjae (Manage) pada pukul tujuh tiap malamnya.

Masyarakat yang ingin menonton diharuskan membeli tiket sekitar f 0.25 sampai f 2 sesuai dengan kelasnya masing-masing.

Film yang dimainkan ketika itu adalah film dokumenter dan tidak bersuara.

Film bercerita baru muncul pada tahun 1903. Sedangkan film yang memuat suara para aktornya baru muncul pada tahun 1929.

Leave a comment